Jangkauan Persoalan
Sekitar satu per tiga dari populasi dunia pernah terpapar pada suatu waktu pada virus hepatitis B (HBV). Selain itu, hampir 350 juta individu-individu diseluruh dunia terinfeksi secara kronis (durasi yang lama) dengan virus ini. Sebagai akibatnya, komplikasi-komplikasi dari infeksi virus hepatitis B menjurus pada dua juta kematian-kematian setiap tahunnya.
Menurut angka-angka dari Centers for Disease Control (CDC), 140,000 sampai 320,000 kasusu-kasus akut (durasi yang pendek) hepatitis B (infeksi hati dengan virus hepatitis) terjadi setiap tahun di Amerika. Hanya kira-kira 50% dari orang-orang dengan hepatitis B akut, bagaimanapun, mempunyai gejala-gejala (adalah simptomatik). Diantara pasien-pasien yang simptomatik (symptomatic), 8,400 sampai 19,000 orang-orang diopname dan 140 sampai 320 meninggal setiap tahun di Amerika. Pada dekade yang lalu, bagaimanapun, suatu penurunan yang lebih dari 70% dalam kejadian hepatitis B akut telah terjadi di Amerika. Penurunan ini mungkin berkaitan dengan kesadaran publik yang meninggi pada HIV dan AIDS dan praktek-praktek seksual yang lebih aman yang diakibatkannya. (Hepatitis Virus B dan HIV disebarkan dalam suatu cara yang hampir sama). Pada saat ini, kejadian-kejadian hepatitis B akut yang paling tinggi adalah diantara dewasa-dewasa muda, terutama orang-orang hitam dan orang-orang hispanik, antara umur 20 dan 30 tahun.
Kebanyakan dewasa-dewasa (lebih besar dari 95%) dengan hepatitis B akut akan sembuh sepenuhnya. Sebagai akibatnya, mereka akan menjadi imun (terlindung dari) terhadap suatu infeksi virus hepatitis B masa depan. Berlawanan dengannya, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang terinfeksi dengan virus hepatitis B akut akan menjadi terinfeksi kronis dengan virus. Jadi, di Amerika, suatu perkiraan dari 1 sampai 1.25 juta orang-orang terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Lebih jauh, 5,000 sampai 6,000 orang-orang meninggal setiap tahun dari penyakit hati virus hepatitis B kronis dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati (hepatocellular carcinoma) primer (berasal dari hati).
Pada beberapa bagian-bagian dunia, infeksi virus hepatitis B adalah selalu hadir (endemic) dalam populasinya. Contohnya, di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, sebanyak 15 sampai 20% dari dewasa-dewasa terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Di Amerika, angka-angka sebegitu tinggi dari infeksi-infeksi kronis terlihat hanya diantara kelompok-kelompok etnik spesifik yang tertentu. Kelompok-kelompok ini termasuk pribumi-pribumi Alaska, orang-orang kepulauan Pasifik, dan bayi-bayi dari ibu-ibu imigran (pendatang) generasi pertama dari negara-negara dengan angka-angka infeksi virus hepatitis B yang tinggi.
Definisi Virus Hepatitis B
Virus hepatitis B termasuk suatu keluarga dari virus-virus DNA yang disebut Hepadnaviridae. Virus-virus ini terutama menginfeksi sel-sel hati. Nama keluarga datang dari Hepa, berarti hati; DNA, merujuk pada deoxyribonucleic acid, materi genetik virus; dan viridae, berarti virus. Virus-virus lain dalam keluarga ini dapat menyebabkan hepatitis pada hewan-hewan tertentu. Virus-virus ini termasuk virus hepatitis woodchuck, virus hepatitis bajing tanah, dan virus hepatitis bebek. Hepadnaviridae adalah sangat serupa satu dengan lainnya. Maka, beberapa model-model hewan telah dikembangkan untuk mempelajari virus hepatitis B dan untuk mengevaluasi obat-obat baru untuk merawat virus hepatitis B.
Gen-gen dari virus hepatitis B mengandung kode-kode genetik untuk membuat sejumlah produk-produk protein, termasuk hepatitis B surface antigen (HBsAg), hepatitis B core antigen (HBcAg), hepatitis B e antigen (HBeAg), dan DNA polymerase. Keempat protein-protein ini adalah penting untuk diketahui karena mereka diukur dalam tes-tes darah yang digunakan untuk mendiagnosis virus hepatitis B.
Virus hepatitis B terdiri hanya dari suatu partikel core (bagian pusat) dan suatu bagian luar yang mengelilinginya (surrounding envelope). Core terdiri dari HBcAg, dimana bagian luar terdiri dari HBsAg. Partikel core mengandung virus hepatitis B DNA (VHB-DNA), HBeAg, dan DNA polymerase. HBeAg, seperti didiskusikan kemudian, melayani sebagai suatu marker (penanda) dari kemampuan virus untuk menyebarkan infeksi. DNA polymerase adalah suatu bagian penting dari proses reproduksi virus yang unik dari virus. Apa yang relevan (bersangkut-paut) disini adalah bahwa virus HIV (human immunodeficiency virus) juga ber-reproduksi menggunakan proses yang sama ini. Sebagai akibatnya, banyak obat-obat yang telah dikembangkan untuk menghambat proses reproduksi ini untuk merawat infeksi HIV mungkin juga adalah efektif dalam merawat infeksi virus hepatitis B kronis.
Cara Virus Hepatitis B Melukai Hati
Virus hepatitis B sendiri tidak secara langsung menyebabkan kerusakkan pada hati. Agaknya, respon imun tubuh pada virus secara bertentangan menyebabkan kerusakkan. Jadi, pada suatu infeksi virus hepatitis B, respon imun tubuh pada virus bertanggunga jawab untuk kedua-duanya, eliminasi (penghilangan) virus hepatitis B dari tubuh dan kesembuhan dari infeksi. Namun, pada saat yang bersamaan, luka pada sel-sel hati disebabkan oleh respon imun yang sama itu pada virus hepatitis B dalam sel-sel hati.
Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan yang merusak dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana keseimbangan ini dicapai menentukan hasil akhir pada seorang individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi virus hepatitis B akut dapat menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut (jarang), dan adakalanya pada infeksi kronis. Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus namun tetap sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari hati) dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati.
Penyebaran/Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani (semen), kotoran vagina, air susu ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang rendah dalam urin dan tidak ada dalam feces. Oleh karenanya, hepatitis B tidak disebar melalui makanan atau minuman atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh, virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah karena semua darah untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau kontaminasi dengan virus hepatitis B.
Di Amerika, dewasa-dewasa dan dewasa-dewasa muda bertanggung jawab pada kebanyakan kasus-kasus infeksi hepatitis B yang dilaporkan. Kontak seksual (intercourse) adalah cara-cara penularan yang paling umum. Virus juga dapat ditularkan oleh darah atau cairan tubuh yang tercemar virus hepatitis B dalam beberapa cara-cara yang berbeda. Cara-cara ini termasuk penggunaan obat secara intravena, skin-popping (suntikan dibawah kulit), tato, menindi tubuh (body piercing), dan akupunktur menggunakan alat-alat yang tidak steril. Sebagai tambahan, virus hepatitis B dapat ditulari melalui penggunaan bersama sikat-sikat gigi dan alat-alat cukur. Akhirnya, serangga-serangga penghisap darah seperti nyamuk-nyamuk dan kutu-kutu ranjang didaerah tropis dilaporkan telah menularkan virus hepatitis B.
Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-ibu yang terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-wilayah dimana infeksi virus hepatitis B selalu hadir (endemik), seperti di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Angka penularan virus hepatitis B kepada bayi-bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah sangat tinggi, mendekati 100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua dari bayi-bayi ini akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.
Gejala-Gejala Hepatitis B Akut
Hepatitis B akut adalah penyakit awal yang timbulnya cepat dan berlangsung singkat yang berakibat dari infeksi virus hepatitis B. Kira-kira 70% dari dewasa-dewasa dengan hepatitis B akut mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala. Sisanya yang 30% mengembangkan gejala-gejala yang signifikan dua sampai empat bulan setelah terpapar pada virus hepatitis B. Periode waktu ini antara terpapar dan gejala-gejala petama disebut periode inkubasi. Gejala-gejala yang paling umum dari hepatitis B akut adalah kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, dan sakit perut diatas daerah hati. Kekuningan atau jaundice (kulit kuning) seringkali menemani gejala-gejala lain ini. Ketika ini terjadi, infeksi biasanya dirujuk sebagai hepatitis ikterik akut [acute icteric (jaundiced) hepatitis].
Adakalanya, individu-individu dengan hepatitis B akut mengembangkan apa yang disebut gejala-gejala prodromal. Ini adalah gejala-gejala yang mulai tepat sebelum timbulnya gejala-gejala hepatitis yang dibahas dalam paragraf sebelumnya. Kadangkala, gejala-gejala prodromal menyerupai suatu reaksi alergi, seperti ruam kulit, sakit dan bengkak sendi-sendi, dan demam derajat rendah. Waktu-waktu lain, gejala-gejala prodromal menyerupai gejala-gejala influensa.
Jarang (kurang dari 0.5% dari dewasa-dewasa), individu-individu dengan hepatitis B akut dapat mengembangkan gagal hati akut (hepatitis fulminan). Pasien-pasien ini adalah sangat sakit dengan gejala-gejala hepatitis akut yang telah dibahas dan persoalan-persoalan tambahan dari kebingungan atau koma (encephalopathy) dan memar atau perdarahan (coagulopathy). Faktanya, sampai dengan 80% dari orang-orang dengan hepatitis fulminan dapat meninggal dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.
Yang Menentukan Hasil Akhir Hepatitis B Akut
Seperti disebutkan sebelumnya, suatu kemampuan individu untuk menghilangkan/mengeliminasi virus hepatitis B dari tubuh dan sembuh dari hepatitis B akut tergantung dari kekuatan respon imun tubuh pada infeksi. Lebih kuat respon imunnya, lebih besar kemungkinan mengeliminasi virus dan sembuh. Dengan tanda yang sama, bagaimanapun, lebih kuat respon imun, lebih mungkin kejadian dari luka hati dan gejala-gejala akut. Pada sisi lain, suatu respon imun yang lebih lemah berakibat pada luka hati yang lebih sedikit dan lebih sedikit gejala-gejala. Pada saat yang bersamaan, bagaimanapun, respon imun yang lebih lemah berakibat pada eliminasi/pembersihan virus yang lebih sedikit dan suatu kemungkinan yang lebih besar mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis. Tentu saja, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang memperoleh infeksi virus hepatitis B akut adalah asimptomatik, namun angka mereka mengembangkan virus hepatitis B kronis adalah lebih besar dari 95%.
Kebanyakan dewasa-dewasa (sekitar 95%), terutama yang dengan hepatitis B ikterik yang akut dan simptomatik, akan sembuh sepenuhnya dari infeksi dalam dua sampai tiga bulan. Mereka juga akan mengembangkan kekebalan, yaitu, perlindungan dari suatu infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Lebih dari itu, individu-individu ini jarang mengembangkan penyakit hati kronis. Berlawanan dengannya, orang-orang dewasa yang dengan sedikit atau tidak ada gejala-gejala selama episode hepatitis B akutnya, jika dibandingkan pada dewasa-dewasa dengan gejala-gejala, kemungkinan lebih kecil membersihkan/menghilangkan infeksinya dan lebih mungkin mengembangkan hepatitis B kronis.
Gejala-Gejala Infeksi Virus Hepatitis B Kronis
Gejala-gejala hepatitis B kronis akan didiskusikan dibawah 5 katagori-katagori berikut; hepatitis B kronis, sirosis hati, sirosis hati yang lanjut, kanker hati, dan keterlibatan dari organ-organ diluar hati (extrahepatic). Diagnosis terakhir dari infeksi virus hepatitis B, bagaimanapun, dibuat berdasarkan tes-tes darah yang adalah spesifik untuk virus hepatitis B. Diagnosis virus hepatitis B didiskusikan pada bagian berikutnya.
Hepatitis B kronis
Diagnosis hepatitis B kronis dapat dibuat, menurut definisi, hanya setelah enam bulan dari timbulnya hepatitis B akut. Adalah seringkali sulit untuk mencurigai diagnosis hepatits B kronis berdasarkan hanya pada gejala-gejala pasien. Penyebab untuk kesulitan ini adalah bahwa individu-individu yang mengembangkan hepatitis B kronis, seperti diindikasikan sebelumnya, adalah biasanya individu-individu yang sama yang mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala untuk mengisyaratkan timbulnya hepatitis B akut mereka.
Lebih dari itu, kebanyakan individu-individu dengan infeksi hepatitis B kronis tetap bebas gejala (asimptomatik) bertahun-tahun, bahkan sampai dua atau tiga dekade. Selama waktu ini, tes-tes darah pasien ini biasanya paling banyak abnormalnya ringan dan peradangan dan luka parut (fibrosis) hati majunya sedikit, jika memang ada. Adakalanya, bagaimanapun, individu-individu ini yang jika tidak dengan hepatitis B kronis yang tidak aktif mungkin mengembangkan pengaktifan-pengaktifan kembali (flares) dari gejala-gejala akut, tes-tes darah hati yang meningkat, dan peradangan hati. Pengaktifan-pengaktifan kembali ini menyerupai hepatitis akut, namun mereka dapat menyebabkan kemajuan dari luka parut (fibrosis) hati yang kronis. Mereka cenderung terjadi pada pria-pria yang mendapat infeksi kronis pada umur mudanya.
Sirosis hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B
Pada beberapa titik, bagaimanapun, hepatitis kronis dapat maju ke sirosis (luka parut atau fibrosis yang parah) hati. Pasien-pasien ini kemudian dapat mengembangkan gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan yang abnormal pada pemeriksaan fisik) dari sirosis. Contohnya, mereka dapat menjadi lemah, lelah, dan peka terhadap infeksi-infeksi. Mereka dapat juga kehilangan massa otot, terutama pada pundak-pundak dan kaki-kaki bagian atas. Faktanya, mereka dapat mengembangkan nutrisi yang buruk dan kehilangan berat badan dari pencernaan yang abnormal, penyerapan yang kurang baik/malabsorpsi, atau metabolisme nutrisi hati yang abnormal. Jadi, kekurangan-kekurangan dapat terjadi, contohnya, dari vitamin A, yang menyebabkan gangguan penglihatan waktu malam, atau dari vitamin D, yang menyebabkan penipisan tulang belakang (spine) atau tulang-tulang pinggul (osteopenia). Pasien-pasien dengan sirosis juga seringkali mengembangkan bukti yang nyata (stigmata) dari sirosis, termasuk payudara-payudara yang bengkak (gynecomastia), buah-buah pelir yang kecil (atrophic), telapak-telapak tangan yang merah (palmar erythema), dan pembuluh-pembuluh yang membesar secara karakteristik pada kulit (spider angioma).
Sirosis hati yang lanjut yang disebabkan oleh virus hepatitis B
Akhirnya, kemajuan dari sirosis menjurus pada apa yang disebut sirosis yang telah lanjut, yang dikarakteristikan oleh perkembangan dari komplikasi-komplikasi tertentu. Sirosis yang telah lanjut adakalanya dirujuk sebagai stadium akhir sirosis atau gagal hati kronis. Beberapa dari para ahli juga menggunakan istilah, decompensated cirrhosis, sebagai yang bersinonim dengan sirosis yang telah lanjut. Yang lainnya, bagaimanapun, mencadangkan istilah, decompensated cirrhosis, untuk sirosis yang telah lanjut yang termasuk secara spesifik komplikasi-komplikasi apa saja yang berakibat terutama dari hipertensi portal (didiskusikan dibawah). Beberapa dari komplikasi-komplikasi sirosis yang telah lanjut dapat mempunyai beragam penyebab-penyebab. Perbedaan dalam terminologi ini berarti sedikit karena pertimbangan yang penting dalam segala kasus tertentu adalah hanya untuk menetapkan mana dari komplikasi-komplikasi sirosis yang dipakai.
Sesuai dengan itu, komplikasi-komplikasi sirosis yang mengindikasikan kehadiran sirosis yang telah lanjut didiskusikan dalam dua paragraf berikutnya. Komplikasi-komplikasi ini termasuk yang berakibat terutama dari hipertensi portal (penahanan cairan, encephalopathy, perdarahan saluran pencernaan, hypersplenism, dan sindrom hepatorenal), dan juga coagulopathy, jaundice, dan sindrom hepatopulmonary.
Hipertensi portal adalah istilah untuk tekanan yang meningkat dalam sistim vena portal yang terjadi pada pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut. (Sistim vena portal mengalirkan darah dari organ-organ usus dan perut ke hati). Komplikasi-komplikasi sirosis yang paling umum yang berasal terutama dari hipertensi portal adalah penahanan cairan, hepatic (hati) encephalopathy, dan perdarahan saluran pencernaan/gastrointestinal (GI). Penahanan cairan menjurus pada pergelangan-pergelangan kaki yang bengkak (edema) dan suatu perut yang bengkak (ascites). Adakalanya, ciaran didalam perut menjadi terinfeksi (spontaneous bacterial peritonitis) dan menyebabkan demam dan sakit perut. Hepatic encephalopathy menyebabkan keadaan mengantuk, kebingungan, dan bahkan koma. Vena-vena yang membesar (varices) dalam kerongkongan dan lambung yang pecah dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan. Sebagai akibatnya, pasien mungkin muntah darah merah yang segar atau mengeluarkan darah yang berwarna gelap.
Beberapa pasien-pasien mengembangkan hypersplenism, suatu komplikasi yang disebabkan, paling sedikit sebagian, oleh hipertensi portal. Pasien-pasien mempunyai suatu limpa yang membesar (splenomegaly), pengurangan sel-sel darah merah (anemia), pengurangan sel-sel darah puth (leucopenia), dan pengurangan platelet-platelet (thrombocytopenia). Anemia menyebabkan kelemahan; leucopenia menyumbang pada infeksi-infeksi; dan thrombocytopenia mengganggu pembekuan darah. Pasien-pasien dengan hipertensi portal juga dapat mengembangkan suatu persoalan yang serius dengan kefungsian ginjal-ginjal mereka tanpa kerusakan yang sesungguhnya pada ginjal-ginjal itu sendiri (hepatorenal syndrome).
Pada sirosis yang telah lanjut, seperti yang telah disebutkan, komplikasi-komplikasi penting lainnya dapat terjadi diluar dari yang terutama disebabkan oleh hipertensi portal. Contohnya, beberapa pasien-pasien cenderung mendapat memar dan perdarahan, sebagian besar karena gangguan fungsi hati menyebabkan kelainan-kelainan dalam proses pembekuan darah (coagulopathy). Pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut dapat juga mengembangkan jaundice karena hati nyang rusak tidak mampu untuk mengeliminasi/menghilangkan secara memadai suatu senyawa kuning yang disebut bilirubin. Lebih jarang lagi, beberapa pasien-pasien dapat mengembangkan kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah lanjut menyebabkan berfungsinya paru-paru yang abnormal (hepatopulmonary syndrome).
Kanker Hati Primer Virus Hepatitis B (hepatocellular carcinoma)
Akhirnya, kanker hati dapat berkembang pada pasien-pasien yang terinfeksi virus hepatitis B kronis sebagai suatu komplikasi dari sirosis yang telah lanjut. Kanker hati primer (berasal dari hati) ini paling mungkin terjadi pada orang-orang dengan reproduksi virus hepatitia B yang aktif, terutama pada individu-individu Chinese dan Hitam. Cara bagaimana kanker berkembang tidak dimengerti sepenuhnya. Diperkirakan, bagaimanapun, bahwa DNA virus hepatitis B entah bagaimana menjadi menyatu kedalam DNA sel hati pasien.
Gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling umum dari kanker hati adalah sakit perut dan suatu hati yang bengkak dan membesar, kehilangan berat badan, dan demam. Sebagai tambahan, tumor-tumor hati dapat menghasilkan dan melepaskan sejumlah senyawa-senyawa, termasuk satu yang menyebabkan peningkatan sel-sel darah merah (erythrocytosis), gula darah yang rendah (hypoglycemia), dan kalsium darah yang tinggi (hypercalcemia). Tes-tes penyaringan (screening) diagnostik yang paling bermanfaat untuk kanker hati adalah suatu tes darah alpha-fetoprotein dan suatu studi gambar ultrasound dari hati.
Kelibatan virus hepatitis B dari organ-organ diluar hati (extra-hepatic)
Jarang, infeksi hepatitis B kronis dapat menjurus pada kelainan-kelainan yang mempengaruhi organ-organ lain daripada hati. Endapan dari kompleks-kompleks imun virus hepatitis B pada beragam organ-organ biasanya menyebabkan kelainan-kelainan ini. Suatu kompleks imun virus hepatitis B adalah suatu kesatuan yang berakibat dari pengikatan bersama dari suatu antibodi virus hepatitis B dan suatu antigen virus hepatitis B. (Suatu antigen adalah suatu senyawa yang adalah asing untuk tubuh dan suatu antibodi adalah suatu protein khusus yang dihasilkan oleh sel-sel darah putih dalam merespon pada antigen).
Kompleks-kompleks imun virus hepatitis B yang menempati atau mengendap dalam arteri-arteri kecil diseluruh tubuh dapat berakibat pada suatu peradangan pembuluh-pembuluh ini (vasculitis), disebut polyarteritis nodosa. Kondisi ini dapat menyebabkan suatu batasan yang lebar dari gejala-gejala, termasuk kelemahan otot, kerusakkan syaraf (neuropathy), borok-borok kulit yang dalam, persoalan-persoalan ginjal dengan kehilangan protein dalam urin (proteinuria), dan adakalanya gagal ginjal, hipertensi, demam-demam yang tidak dapat dijelaskan, dan sakit perut. Kompleks-kompleks imun virus hepatitis B dapat menyebabkan kerusakkan pada ginjal-ginjal dalam cara yang lain. Yaitu, kompleks-kompleks imun dapat diendapkan dalam glomeruli (elemen-elemen penyaring) dari ginjal, menyebabkan glomeronephritis, yang adalah suatu penyakit yang berbeda dari polyarteritis nodosa.
Mendiagnosis Hepatitis B
Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B (serologi) yang mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B. Suatu diskusi dari setiap tes-tes darah virus hepatitis B menyusul. Tes-tes serologi virus hepatitis B ini berbeda dari tes-tes darah hati standar (seperti ALT/SGPT dan AST/SGOT) yang dapat menjadi abnormal ketika hati dirusak oleh penyebab apa saja, termasuk infeksi virus hepatitis B.
HBsAg dan anti-HBs
Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen (HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif dan ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada inidividu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya gejala-gejala. Infeksi virus hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang menetap lebih dari enam bulan.
Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Sama juga, individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.
Anti-HBc
Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan.
IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu, menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya) adalah sangat tidak bermanfaat.
HBeAg, anti-HBe, dan mutasi-mutasi pre-core
Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya, sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil.
Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B, material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan pada yang lain-lainnya.
Hepatitis B virus DNA
Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B adalah pengukuran dari hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa DNA adalah material genetik dari virus hepatitis B. Tingkat-tingkat yang tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu reproduksi/replikasi virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap infeksi virus hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang berbeda (assays) tersedia untuk mengukur hepatitis B virus DNA.
PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling sensitif untuk menentukan tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa PCR adalah metode yang terbaik untuk mendeteksi jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50 sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah. Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk penggunaan diagnosis yang praktis.
Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif (tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak aktif) mempunyai kira-kira satu juta partikel-partikel virus per mililiter darah, sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif mempunyai beberapa milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif.
Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur menggunakan suatu metode yang disebut metode hybridization, yang adalah suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR, metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika banyak partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah aktif.
Menginterpretasikan Tes-Tes Darah Virus Hepatitis B
Tabel 1 memberikan interpretasi-interpretasi diagnostik untuk beragam kumpulan-kumpulan (sets) dari hasil yang didapatkan dengan suatu deretan tes-tes darah virus (serologi) hepatitis B. Ingat, bagaimanapun, bahwa interpretasi dari tes-tes darah virus hepatitis B harus selalu dibuat dengan pengetahuan dari sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil-hasil dari tes-tes darah hati standar yang dapat mengindikasikan kerusakan pada hati.
Tabel 1: Interpretasi tes-tes (+ = positif dan - = negatif) darah (serologi) virus hepatitis B
HBsAg Anti-HBs Anti-Hbc (total) Anti-HBc IgM HBeAg Anti-HBe HBV DNA Interpretasi
+ - + + + + + Tahap awal infeksi akut
+ - + + - + - Tahap Kemudian infeksi akut
- - + + - + - Tahap kemudian infeksi akut
- + + - - - - Kesembuhan dengan kekebalan
- + - - - - - Vaksinasi yang sukses
+ - + - + - + Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
+ - + - - + - Infeksi kronis dalam tahap tidak aktif
+ - + - - + + Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
- - + - - + atau - - Kesembuhan, Hasil positif palsu, atau infeksi kronis
Peran Biopsi Hati pada Hepatitis B Kronis
Suatu biopsi hati adalah suatu bagian yang penting dari pengkajian seorang pasien dengan virus hepatitis B kronis. Tes ini bernilai karena inti yang kecil dari jaringan yang diambil dari hati pada umumnya mewakili keseluruhan dari hati. Lebih jauh, suatu diagnosis dari hepatitis kronis biasanya dapat dibuat dari biopsi. Bagaimanapun, tipe hepatitis kronis (atau sirosis yang diakibatkannya), apakah itu hepatitis B, C, atau hepatitis autoimun, tidak dapat ditentukan secara pasti dari biopsi.
Sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, tes-tes darah hati standar, dan testes darah virus hepatitis B (serologi), bersama dengan biopsi hati, digunakakn semuanya untuk membuat diagnosis dari tipe spesifik hepatitis kronis. Meski demikian, biopsi hati adalah tes yang menunjukan jumlah hati yang luka (peradangan) dan luka parut (fibrosis) pada hepatitis kronis atau sirosis. Informasi yang didapat dari biopsi kemudian digunakan untuk membantu menentukan prognosis (perjalanan dan hasil akhir) dari penyakit dan begitu juga keperluan untuk perawatan anti-virus.
Kemajuan Alami atau Perjalanan Hepatitis B Kronis
Suatu infeksi virus hepatitis B dapat maju/berkembang dari suatu tahap toleran imun (dimana sistim imun mengabaikan virus), melalui suatu tahap pembersihan imun (dimana sistim imun mencoba untuk mengeliminasi virus), ke suatu tahap diam (dimana virus tidak aktif). Perjalanan hepatitis B kronis, bagaimanpun, bervariasi dan berhubungan dengan beberapa faktor-faktor, termasuk umur pasien waktu infeksi mulai. Jadi, perjalanan virus hepatitis B pada orang-orang yang terinfeksi pada umur yang muda adalah sunguh berbeda dari mereka yang terinfeksi dalam kedewasaannya. Akhirnya, bagaimanapun, perjalanan tergantung sebagian besar dari interaksi atau keseimbangan antara sistim imun dan virus.
Tahap Toleran Imun
Untuk individu-individu yang terinfeksi pada saat umur muda (contohnya, anak-anak yang dilahirkan di Asia Tenggara atau Afrika sub-Sahara), sistim imun pada awalnya tidak mengenali atau bereaksi pada virus hepatitis B. Tahap infeksi ini dikenal sebagai tahap toleran imun karena sistim imun tampaknya mentolerir virus. Banyak faktor-faktor mungkin bertanggung jawab untuk toleransi ini. Untuk satu hal, sistim imun dipaparkan pada virus hepatitis B ketika sistim imun masih belum dewasa/matang dan, oleh karenanya, mungkin tidak mampu untuk mengenali virus hepatitis B sebagai material asing. Untuk hal yang lain, virus mungkin mengungkapkan/menyatakan dirinya dalam sel-sel hati selama tahun-tahun awal infeksi berbeda (contohnya, lebih tidak nyata) daripada tahun-tahun kemudian infeksinya.
Selama tahap toleran imun, sedikit atau tidak ada kerusakkan dilakukan pada hati meskipun adanya tingkat-tingkat virus yang tinggi dalam tubuh. Lebih dari itu, tes-tes darah hati adalah normal dan orang yang dipengaruhinya tidak mempunyai gejala-gejala. Tahap ini secara khas berlangsung bertahun-tahun, bahkan sampai dua atau tiga dekade. Hasil-hasil dari tes-tes darah virus hepatitis B selama tahap ini adalah HBsAg positif, HBeAg positif, dan virus hepatitis B DNA positif. Adalah penting untuk mengetahui bahwa tahap toleran imun biasanya tidak terlihat pada individu-individu yang terinfeksi selama masa dewasa, seperti yang biasanya terjadi di Amerika Utara dan Eropa Barat.
Tahap Pembersihan Imun
Tahap pembersihan imun mulai selama dekade ke-3 sampai ke-4 dari suatu infeksi virus hepatitis B yang didapat waktu masa kanak-kanak. Sistim imun pada pasien-pasien ini tidak lagi mengabaikan infeksi virus. Suatu infeksi virus hepatitis B yang didapat pada masa dewasa, berlawanan dengannya, biasanya mulai dengan tahap pembersihan imun. Pada tahap ini, sistim imun menyerang dan melukai sel-sel hati yang terinfeksi virus hepatitis B. Tahap ini disebut tahap pembersihan imun karena sistim imun mencoba untuk membersihkan atau mengeliminasi virus. Namun, karena luka hati yang berlawanan asas yang terjadi selama tahap ini, tes-tes darah hati standar adalah abnormal (meningkat), terutama ALT dan AST. Sebagai tambahan, biopsi hati mungkin menunjukkan luka hati (peradangan) yang signifikan dan pembentukan luka parut (fibrosis). Keparahan dari perusakkan sel hati dan durasi tahap ini menentukan apakah individu-individu mengembangkan penyakit hati yang signifikan atau bahkan sirosis (luka parut hati yang berat). Lebih parah kerusakkan dan lebih lama tahap, lebih mungkin pengembangan sirosis.
Tahap Diam
Setelah tahap pembersihan imun, infeksi virus masuk tahap diam (diam, tidur, atau tidak aktif). Tingkat-tingkat viris hepatitis B menjadi sangat rendah, tes-tes darah hati standar adalah mendekati normal atau normal, dan sedikit atau tidak ada sel-sel hati yang luka (meradang) terlihat pada biopsi hati. Fibrosis yang telah lanjut atau sirosis yang mungkin telah berkembang lebih awal, bagaimanapun, menetap. Pada tahap diam, individu akan hampir selalu tetap HBsAg positif, menandakan kehadiran infeksi virus hepatitis B yang sedang berlangsung. Pada saat ini, bagaimanapun, penanda-penanda (markers) dari reproduksi virus (HBeAg dan hepatitis B virus DNA) menjadi negatif dan anti-HBe (menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan lebih tidak berisiko menularkan) menjadi positif.
Pengaktifan-pengaktifan kembali (flares) dan Kemajuan Hepatitis B selam tahap diam
Adakalanya, selama tahap diam, virus dapat menjadi aktif kembali. Pengaktifan kembali seringkali dikaitkan dengan gejala-gejala, tes-tes darah hati yang abnormal, dan luka pada hati. Flares disebabkan olah suatu gangguan dalam keseimbangan yang lembut antara sistim imun dan virus. Mereka dapat menjadi sangat parah dan berakibat pada luka parut hati yang lebih jauh. Pria-pria Asia yang berumur 40 tahun lebih adalah terutama berisiko mendapatkan pengaktifan kembali (flare) dari penyakit virus hepatitis B mereka. Faktanya, penyakit pada banyak individu-individu ini akan maju ke sirosis dan akhirnya ke sirosis yang telah lanjut atau stadium akhir sirosis, dengan komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengannya, termasuk kanker hati.
Kemajuan ke sirosis, bagaimanapun, adalah tersembunyi/membahayakan pada kebanyakan incividu-individu dengan virus hepatitis B. Ini berarti bahwa kondisinya maju dengan sedikit atau tidak ada gejala-gejala untuk mengindikasikan keseriusan penyakit. Sekali sirosis terjadi, risiko mengembangkan komplikasi-komplikasi utama dari hipertensi portal (penahanan cairan, hepatic encephalopathy, atau perdarahan dari varices-varices kerongkongan) adalah kira-kira 20 sampai 25% melalui 5 tahun. Yang lebih dari itu, risiko mengembangkan kanker hati primer (hepatocellular carcinoma) adalah kira-kira 200 sampai 300 kali lebih tinggi daripada individu-individu yang sehat tanpa infeksi virus hepatitis B.
Pengidap-Pengidap Sehat Virus Hepatitis B
Individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis B yang mempunyai suatu tahap pembersihan imun yang singkat dan ringan sebelum bergerak ke tahap diam cenderung melakukannya sangat baik. Ini berarti bahwa mereka mempunyai tes-tes hati yang normal dan tidak mempunyai gejala-gejala. Mereka dikenal sebagai pembawa-pembawa sehat (healthy carriers) virus hepatitis B. Pembawa-pembawa sehat, bagaimanapun, dapat menularkan infeksi virus hepatitis B kepada yang lain-lainnya. Risiko pembawa-pembawa virus hepatitis B mengembangkan sirosis dan kanker sel hati adalah sangat kecil, meskipun risikonya adalah sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang tanpa infeksi virus hepatitis B kronis. Jarang, pembawa-pembawa sehat secara spontan menjadi HBsAg negatif (menandakan suatu ketidakhadiran dari infeksi virus hepatitis B yang sedang berlangsung), meskipun ini hanya terjadi pada individu-individu yang mendapat virus hepatitis B pada masa dewasanya.
Obat-Obat Yang Digunakan Untuk Merawat Hepatitis B
Infeksi Akut
Infeksi akut dengan hepatitis B biasanya tidak memerlukan perawatan. Pada kasus-kasus yang jarang, bagaimanapun, infkesi mungkin menyebabkan kegagalan hati yang mengancam nyawa. Pasien-pasien dengan kegagalan hati yang disebabkan oleh hepatitis B akut harus dievaluasi untuk transplantasi hati. Studi-studi kecil menyarankan bahwa obat lamivudine (Epivir) mungkin efektif dalam setting ini.
Infeksi Kronis
Jika seorang terinfeksi secara kronis dengan hepatitis B dan mempunyai sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala dari komplikasi-komplikasi, obat-obat biasanya tidak digunakan. Pasien-pasien ini diamati secara hati-hati dan diberikan tes-tes darah periodik. Satu tes mengukur 'viral load', yaitu, jumlah dari viral DNA dalam darah. Dokter-dokter akan merekomendasikan perawatan jika ada tanda-tanda bahwa virus mulai menyebabkan kerusakan atau jika viral load tinggi. Alasan lain untuk meresepkan obat adalah jika pasien mempunyai tes yang positif untuk Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah. HBeAg berhubungan dengan risiko yang meningkat dari kemajuan penyakit hati dan komplikasi-komplikasinya.
Pada hepatitis B kronis, tujuan dari perawatan adalah untuk mengurangi risiko dari komplikasi-komplikasi termasuk sirosis dan gagal hati. Bagaimanapun, itu memakan waktu berdekade-dekade untuk komplikasi-komplikasi terjadi, yang membuatnya sulit untuk mempelajari efek dari obat-obat. Sebagai pengganti untuk menunggu bertahun-tahun untuk menemukan apa yang terjadi, ilmuwan-ilmuwan telah menggunakan tes-tes seperti viral load atau tes-tes fungsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obatnya bekerja. Ini logis karena diketahui bahwa orang-orang yang mempunyai jumlah-jumlah yang besar dari virus dalan darah mereka berada pada risiko yang paling tinggi untuk mendapat sirosis. Sampai dengan satu pertiga dari orang-orang dengan viral loads yang sangat tinggi (lebih dari satu juta viral copies per mililiter darah) akan mengembangkan sirosis melalui satu dekade, dibanding pada hanya 4.5% dari mereka dengan viral loads yang rendah (lebih sedikit dari 300 viral copies per mililiter).
Obat-obat dapat mengurangi jumlah dari virus-virus dalam tubuh dan mungkin mampu untuk mengeliminasi virus dari aliran darah. Secara logis, ini harus menjurus pada mereka untuk mempunyai angka yang rendah dari kemajuan ke sirosis (<1% per tahun), meskipun studi-studi yang besar dan berjangka panjang masih belum dilakukan. Bahkan pada orang-orang yang menghapuskan virus dari darah mereka, jumlah-jumlah yang rendah dari virus-virus tetap hidup dalam hati dan sel-sel lain. Jadi, obat-obat tidak menyembuhkan penyakit, namun mereka dapat mencegah atau menunda komplikasi-komplikasi dan gejala-gejala. Orang-orang yang mempunyai respon yang baik pada perawatan tetap dapat menularkan virus. Dokter-dokter mengikuti tes-tes darah yang mengukur viral load dan fungsi hati dan mereka mungkin merekomendasikan biopsi-biopsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obat bekerja.
Obat-obat yang sekarang dalam penggunaan untuk hepatitis B kronis termasuk interferons dan nucleoside/nucleotide analogues. Agent-aget baru sedang dikembangkan meskipun mereka masih dibawah penyelidikan dan dipertimbangkan sebagai bersifat percobaan. Tidak ada petunjuk-petunjuk yang diterima yang memberitahukan bagaimana setiap pasien harus dirawat. Sebagai akibatnya, perawatan dibedakan dari orang ke orang.
Interferon
Interferon-alpha telah digunakan untuk merawat hepatitis B untuk lebih dari 20 tahun. Interferon-alpha adalah protein yang terjadi secara alami yang dibuat dalam tubuh oleh sel-sel darah putih untuk melawan infeksi-infeksi virus. Sebagai tambahan pada efek-efek anti virus langsungnya, interferon bekerja melawan virus hepatitis B dengan menstimulasi sistim imun tubuh untuk membersihkan virus. Dibanding pada agent-agent interferon alpha yang lebih lama, pegylated interferon alpha, dipasarkan sebagai Pegasys atau Pegintron, mempunyai jadwal pendosisan yang lebih menyenangkan, mungkin sedikit lebih efektif dan menekan virus-virus untuk periode waktu yang lebih lama. Pegylated interferon alpha diberikan sekali setiap minggu untk 48 minggu.
* Pengurangan yang signifikan dalam viral load atau eliminasi dari DNA virus yang dapat dideteksi dari darah terjadi pada duapertiga dari orang-orang selama perawatan.
* Tes-tes darah untuk fungsi-fungsi hati kembali normal pada kira-kira 40% orang-orang yang dirawat dengan interferon.
* Orang-orang yang mempunyai kelainan-kelainan yang signifikan dalam fungsi hati sebelum terapi lebih mungkin merespon pada perawatan.
* Mereka yang mempunyai tes-tes darah hati yang normal sebelum perawatan kurang mungkin merespon pada terapi interferon.
* Hasil-hasil biopsi hati menunjukan perbaikan pada kira-kira sepertiga dari pasien-pasien.
Hanya 27%-32% dari orang-orang yang mempunyai Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah mereka akan mampu untuk mengeliminasi HBeAg dan menghasilkan antibodi-antibodi terhadap HBe antigen setelah perawatan dengan interferon. Kekambuhan mungkin terjadi setelah perawatan dihentikan.
Respon yang mendukung (viral load yang tidak dapat dideteksi dalam darah, tes-tes fungsi hati yang normal) terjadi pada kira-kira 15% sampai 30% dari pasien-pasien setelah obat dihentikan. Meskipun ini bukan penyembuhan (beberapa virus tetap hidup dalam hati dan ditempat lain), orang-orang dengan respon yang mendukung berada pada risiko yang rendah untuk komplikasi-komplikasi dari penyakit hati. Jika sistim imun dari respon dikompromikan, contohnya melalui penggunaan dari steroids atau memperoleh HIV, penyakit dapat berulang. Pengamatan periodik dari tes-tes darah dapat membantu menkonfirmasi bahwa respon berlanjut dipertahankan.
Efek-Efek Sampingan Interferon
Interferon menyebabkan beberapa efek-efek sampingan termasuk:
* kelelahan, sakit-sakit otot keseluruhan, demam, kedinginan dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala seperti flu ini terjadi pada kira-kira 80% dari pasien-pasien yang dirawat;
* turun naiknya suasana hati, depresi, ketakutan dan efek-efek neuropsychiatric lain mungkin terjadi; dan
* kelainan-kelainan kelenjar tiroid yang berakibat ada hypothyroidism (terlalu sedikit hormon tiroid);
* penindasan yang signifikan dari sumsum tulang dan produksi dari sel-sel darah;
* infeksi;
* atau kehilangan rambut (rontok) mungkin terjadi.
Efek-efek sampingan mungkin cukup parah sehingga pasien tidak mampu untuk meneruskan perawatan. Selama perawatan, respon imun normal pada virus distimulasi dan mungkin menyebabkan perburukan peradangan dalam hati. Ini normalnya adalah sinyal yang baik yang menunjukan bahwa interferon bekerja, namun respon-respon yang lebih ekstrim mungkin pada kasus-kasus yang jarang menyebabkan kegagalan hati. Jadi, dokter-dokter akan memonitor tes-tes darah secara ketat selama terapi. Orang-orang dengan penyakit hati yang tidak stabil yang disebabkan oleh sirosis biasanya harus tidak mengambil interferon karena risiko yang meningkat dari kegagalan hati.
Nucleoside/Nucleotide Analogues
Nucleoside/nucleotide analogues (NAs) adalah kimia-kimia yang dibuat manusia yang meniru nucleosides dan nucleotides yang digunakan untuk membuat DNA. Ketika virus mencoba untuk menggunakan analogues untuk membuat DNAnya sendiri, ia tidak mampu untuk membuat DNA dan, oleh karenanya, tidak dapat reproduksi. Contoh-contoh dari agent-agent ini termasuk adefovir (Hepsera), entecavir (Baraclude), lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), telbivudine (Tyzeka) dan tenofovir (Viread).
* Pada pasien-pasien yang mempunai HBeAg dalam darah mereka, NAs mengurangi viral load, meyebabkan virus menjadi tidak terdeteksi pada 21% sampai 67% dari pasien-pasien.
* Normalisasi dari tes-tes darah hati terjadi pada 40% sampai 77%, dan kehilangan dari HBeAg terjadi pada kira-kira 12% sampa 22% dari kasu-kasus setelah satu tahun perawatan.
* Hasil-hasil adalah lebih baik pada pasien-pasien yang tidak mempunyai HBeAg dalam darah mereka, dengan 50% sampai 90% mempunyai virus yang tidak dapat terdeteksi dan 60% sampai 80% mempunyai normalisasi dari tes-tes fungsi hati.
Pada studi tahun 2004 pada orang-orang yang telah mempunyai sirosis dari hepatitis B, perawatan dengan lamivudine memotong risiko kanker hati dan kegagalan hati yang progresif dengan lebih dari 50%. NAs yang lebih baru seperti entecavir (Baraclude) dan telbivudine (Tyzeka) nampak mempunyai angka-angka respon yang lebih tinggi daripada agent-agent yang lebih lama seperti lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), namun ada lebih sedikit pengalaman dengan NAs ini.
Sayangnya, virus hepatitis B mungkin menjadi resisten pada NAs melalui waktu (lihat bawah). Adefovir mungin efektif terhadap strain-strain dari virus yang telah menjadi resisten pada lamivudine dan mungkin ditambahkan pada lamivudine jika resisten nampak. Hanya mengubah dari satu NA ke lainnya tidak direkomendasikan karena ini menjurus pada starin-strain virus yang resisten pada banyak obat-obat.
Sekarang ini, durasi yang optimal dari perawatan dengan nucleoside/nucleotide analogues tidak pasti. Orang-orang dengan HBeAg mungkin dirawat sampai enam bulan setelah HBeAg menghilang dari darah dan digantikan oleh antibodi-antibodi (anti-HBe), jika ini terjadi. Pada orang-orang tanpa HBeAg, titik-titik akhir adalah kurang jelas. Beberapa ahli-ahli mendukung perawatan hingga viral load (viral DNA) tidak terdeteksi dan surface antigen (HbsAg) telah dibersihkan dari darah. Yang lain-lain menyarankan meneruskan obat-obat untuk periode-periode yang berkepanjangan untuk menekan virus. Semua dari strategi-strategi ini dihambat oleh risiko dari virus menjadi resisten pada obat-obat. Pasien-pasien yang menghentikan perawatan dengan NAs harus dimonitor secara hati-hati untuk hepatitis yang berulang, yang mungkin adalah parah.
Mengapa Virus Hepatitis B Menjadi Resisten Terhadap Nucleoside/Nucleotide Analogues ?
Tantangan utama yang berhubungan dengan terapi jangka panjang dengan NAs adalah perkembangan dari resisten virus pada NAs. Resisten ini berakibat dari perubahan (mutasi) dalam materi genetik virus.
* Untuk lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), kejadian dari resisten adalah 25% setelah satu tahun dan setinggi 50% setelah tiga tahun perawatan.
* Dengan telbivudine (Tyzeka), angka-angka resisten adalah 5% sampai 11% setelah satu tahun.
Oleh karenanya, beberapa petunjuk-petunjuk tidak merekomendasikan lamivudine atau telbivudine sendirian sebagai perawatan pertama untuk hepatitis B kronis.
Untuk NAs lain seperti adefovir (Hepsera), resisten adalah kurang umum setelah satu tahun terapi namun meningkat sampai 30% setelah lima tahun. Hasil-hasil awal dengan entecavir (Baraclude) menyarankan bahwa resisten mungkin tidak umum dengan agnet ini. Jika resisten terjadi, viral load mungkin naik atau tes-tes darah hati mungkin menjadi abnormal.
Adakah Perawatan Yang Lebih Disukai Untuk Hepatitis B Kronis ?
Tidak ada petunjuk-petunjuk yang jelas untuk merekomendasikan agent mana yang digunakan pertama dalam merawat hepatitis B kronis. Interferon diberikan untuk periode waktu yang tertentu dan mungkin mempunyai respon yang lebih berkepanjangan setelah obat-obat dihentikan daripada NAs. Bagaimanapun, interferon diberikan sebagai suntikan, dan efek-efek sampingan seringkali menyusahkan. NAs diberikan sebagai pil dan mempunyai sedikit efek-efek sampingan, namun durasi perawatan tidak jelas, dan terapi yang berkepanjangan mungkin diperlukan. NAs mungkin disukai pada pasien-pasien dengan penyakit yang tidak stabil dan sirosis karena mereka diperkirakan kurang mungkin menyebabkan flare-flare yang serius dari hepatitis dengan penyakit hati yang lebih parah.
Efek-efek Alkohol Pada Virus Hepatitis B
Pecandu-pecandu minuman alkohol yang juga mempunyai virus hepatitis B kronis mempunyai suatu risko yang lebih besar mengembangkan sirosis dan kanker hati primer (hepatocellular carcinoma) daripada orang-orang yang sakit karena terlalu banyak minum alkohol atau virus hepatitis B kronis sendirian. Selain itu, studi-studi pada pasien-pasien dengan hepatitis C kronis (keadaan yang sangat tidak sama) telah menunjukan bahwa meminum bahkan tidak belebihan dikaitkan dengan luka parut yang lebih banyak dan suatu kemajuan ke sirosis yang lebih cepat dibandingkan dengan pasien-pasien virus hepatitis C yang tidak minum alkohol. Sayangnya, informasi perbandingan dari efek-efek meminum jumlah-jumlah alkohol yang sedang pada perjalanan hepatitis B kronis masih tidak tersedia. Meskipun demikian, pasien-pasien dengan hepatitis B kronis harus membatasi atau, dengan analogi pada hepatitis C, menghentikan konsumsi alkoholo mereka.
Efek-Efek Obat-Obat Penekan Imun Pada Virus Hepatitis B
Pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis B kronis harus hati-hati dengan konsumsi segala obat-obat yang menekan sistim imun (immunosuppressants) karena obat-obat ini mengurangi respon imun tubuh terhadap virus. Contoh-contoh dari immunosuppressants adalah prednisone yang digunakan untuk merawat banyak penyakit, termasuk asma, penyakit peradangan usus besar, dan tipe-tipe tertentu dari penyakit kulit dan arthritis; methotrexate, yang digunakan untuk merawat tipe-tipe tertentu penyakit kulit , arthritis, dan kanker; atau cyclophosphamide, yang digunakan untuk merawat beberapa kanker-kanker. Immunosuppressants dapat berakibat pada luka hati yang berat dan bahkan gagal hati pada pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis B kronis. Apa yang terjadi selama penekanan imun adalah bahwa virus hepatitis B mampu untuk ber-reproduksi secara bebas. (Mengukur hepatitis B virus DNA dapat memonitor reproduksi virus). Kemudian, ketika obat penekan imun ditarik, suatu peningkatan respon imun pada tingkat-tingkat virus yang tinggi dalam sel-sel hati menyebabkan luka hati yang berat.
Definisi Hepatitis Delta
Virus hepatitis delta (HDV) adalah suatu virus RNA, berarti bahwa material genetiknya terbentuk dari ribonucleic acid. Ia adalah suatu virus kecil yang memerlukan virus hepatitis B untuk hidup terus (survive). HDV tidak dapat hidup terus pada dirinya sendiri karena ia memerlukan amplop virus hepatitis B (HBsAg) untuk memungkinkan ia menginfeksi sel-sel hati. Cara-cara HDV ditularkan atau disebarkan, yaitu, dengan paparan pada darah yang tercemar, terutama penggunan obat secara intra vena, dan dengan kontak seksual, adalah pada dasarnya sama seperti untuk virus hepatitis B.
Virus hepatitis B akut dan hepatitis delta akut dapat diperoleh pada waktu yang bersamaan, yang berakibat pada suatu bentuk yang lebih berat dari hepatitis akut. Kebanyakan dari pasien-pasien ini, bagaimanapun, akan membersihkan kedua virus hepatitis B dan virus hepatitis delta sesudah itu. Individu-individu yang telah mempunyai hepatitis B kronis dapat memperoleh hepatitis delta akut. Individu-individu ini, bagaimanapun, biasanya akan terus mengembangkan infeksi hepatitis delta kronis diatas infeksi hepatitis B kronisnya. Lebih jauh, individu-individu yang mempunyai infeksi hepatitis delta kronis (dan ,menurut definisi, infeksi virus hepatitis B kronis) akan hampir selalu mengembangkan sirosis secara cepat.
Hepatitis delta kronis dengan infeksi yang berbarengan dengan infeksi virus hepatitis B kronis adalah sangat sulit untuk dirawat. Pasien-pasien ini memerlukan paling sedikit satu tahun terapi interferon. Meski demikian, kebanyakan pasien-pasien yang dirawat akan mempunyai suatu kekambuhan setelah interferon dihentikan. Lebih jauh, lamivudine (3TC) tidak mempunyai efek pada virus hepatitis delta.
Infeksi Yang Berbarengan (Co-Infection) Dari Virus Hepatits B Dengan Virus Hepatitis C
Sekitar 10% dari pasien-pasien virus hepatitis B kronis terinfeksi berbarengan dengan virus hepatitis C kronis (HCV). Virus hepatitis C lebih sering ditularkan dengan penggunaan obat secara intra vena daripada kontak seksual. Infeksi berbarengan dengan virus hepatitis B dan virus hepatitis C, oleh karenanya, biasanya (namun tidak secara eksklusif) terlihat diantara pengguna-pengguan obat secara intra vena. Pada infeksi berbarengan (co-infection) ini, biasanya satu dari dua infeksi-infeksi ini mendominasi. Contohnya, jika seorang pasien yang diinfeksi berbarengan mepunyai suatu tingkat virus hepatitis B yang tinggi, tingkat virus hepatitis C umumnya adalah rendah. Pada sisi lain, infeksi virus hepatitis B biasanya tidak aktif pada pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan dengan tingkat-tingkat virus hepatitis C yang tinggi. Terapi anti-virus, oleh karenanya, harus diarahkan melawan infeksi yang dominan.
Yang Terjadi Pada Infeksi Yang Berbarengan dari Virus Hepatits B Dengan HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) dan virus hepatitis B ditularkan pada dasarnya dengan cara yang sama. Kedua virus-virus ditularkan dengan kontak seksual dan paparan pada darah yang tercemar, termasuk penggunaan obat secara intra vena. Tidak mengherankan, oleh karenanya, penanda-penanda (markers) tes darah dari infeksi virus hepatitis B yang lalu atau sekarang ditemukan pada sebanyak 80% dari pasien-pasien dengan AIDS. Selain itu, kira-kira 10% dari pasien-pasien AIDS adalah pembawa-pembawa (carriers) virus hepatitis B; yaitu, mereka mempunyai suatu tes darah HBsAg positif. Memperhatikan co-infection ini dengan cara lain, kira-kira 10% dari pasien-pasien dengan virus hepatitis B kronis juga terinfeksi dengan HIV.
Individu-individu dengan HIV yang mengidap hepatitis B akut lebih mungkin mengembangkan hepatitis B kronis daripada individu-individu yang hanya mengidap hepatitis B akut tanpa HIV. Alasan untuk ini mungkin adalah bahwa penekanan imun yang disebabkan oleh HIV mengurangi kemampuan sistim imun untuk membersihkan virus hepatitis B. Lebih jauh, mungkin untuk alasan yang sama, pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan lebih tidak mungkin untuk menjalankan suatu kehilangan HBeAg dan hepatitis B virus DNA secara spontan dibandingkan dengan pasien-pasien hanya dengan virus hepatitis B sendiri saja. Kalau tidak, bagaimanapun, dampak infeksi HIV pada perjalanan alami dari hepatitis B kronis tidak dimengerti dengan baik. Contohnya, studi-studi lebih awal menemukan bahwa pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan dengan virus hepatitis B dan virus HIV mempunyai tingkat-tingkat virus hepatitis B yang lebih tinggi, tes-tes hati yang kurang abnormal (serum ALT dan AST), dan kelainan-kelainan yang ringan pada suatu biopsi hati dibanding pada pasien-pasien yang hanya terinfeksi dengan virus hepatitis B saja. Studi-studi yang lebih akhir ini, bagaimanapun, telah mendebatkan penemuan-penemuan ini.
Sebelum tersedianya highly active anti-retroviral therapy (HAART) untuk infeksi HIV, pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan virus hepatitis B dan HIV mengalah pada komplikasi-komplkasi AIDS. Sekarang, dengan sukses dari kombinasi-kombinasi anti-virus ini untuk HIV, pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan hidup lebih lama dan, oleh karenanya, mengembangkan komplikasi-komplikasi penyakit hati virus hepatitis B mereka. Selain itu, pada infeksi berbarengan HIV dan virus hepatitis B, infeksi virus hepatitis B merespon lebih kurang baik pada perawatan dengan interferon-alpha daripada pada infeksi virus hepatitis B sendiri saja.
Beberapa dari obat-obat yang dikembangkan untuk memperlambat reproduksi HIV (lamivudine, adefovir, dan lobucavir) adalah juga efektif melawan virus hepatitis B. Sesuai dengan itu, banyak pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan yang menerima lamivudine sebagai bagian dari cara HAART mereka telah mengembangkan varian YMDD dari virus hepatitis B. Adalah penting, oleh karenanya, untuk mengantisipasi kemungkinan suatu perburukan virus hepatitis B jika lamivudine dihentikan sewaktu suatu penyesuaian dari suatu cara HAART pada pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan HIV dan virus hepatitis B.
Peran Pencangkokan Hati Pada Infeksi Hepatits B
Sejak pertengahan tahun 1980, pencangkokan hati telah menjadi suatu perawatan yang diterima untuk gagal hati akut dan stadium akhir sirosis. Sesuai dengan itu, pasien-pasien dengan gagal hati (hepatik) fulminant (tiba-tiba, cepat, dan berat) dari hepatitis B akut dengan atau tanpa infeksi hepatitis delta adalah calon-calon potensial untuk suatu pencangkokan hati. Juga, pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut yang mengalami komplikasi-komplikasi sirosis yang tidak dapat dikendalikan atau kanker-kanker hati yang kecil mungkin adalah calon-calon untuk pencangkokan hati. Kasus-kasus dari infeksi hepatitis B bertanggung jawab untuk 7% dari pencangkokan-pencangkokan hati yang dilaksanakan di Amerika.
Sebelum awal tahun 1990, virus hepatitis B timbul kembali pada hati donor dalam hampir 90% dari pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati untuk penyakit hati virus hepatitis B. Faktanya, selama tahun-tahun itu, separuh dari pasien-pasien dengan hepatitis B yang menjalankan pencangkokan hati meninggal dalam dua tahun karena kekambuhan infeksi hapatitis. Lebih akhir-akhir ini, bagaimanapun, terapi pencegahan dengan kedua HBIG dan lamivudine telah diberikan untuk mencegah kekambuhan virus hepatitis B. Perawatan ini telah menjurus pada suatu kelangsungan hidup diantara pasien-pasien virus hepatitis B setelah pencangkokan yang sekarang sebanding (kira-kira 75% hidup terus setelah 5 tahun) dengan pasien-pasien dengan penyakit hati lain yang menjalani pencangkokan hati.
Pasien-pasien dengan reproduksi virus hepatitis B yang aktif pada waktu pencangkokan hati adalah yang paling mungkin untuk mengembangkan suatu kekambuhan virus hepatitis B setelah pencangkokan. Sesuai dengan itu, pasien-pasien dengan reproduksi yang aktif (tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang tinggi dalam darah) pada waktu pencangkokan ditempatkan pada terapi lamivudine secara tak terbatas. Pasien-pasien ini seringkali mengalami suatu perbaikan kondisi klinisnya (mereka merasa lebih baik) yang berkaitan dengan penekanan reproduksi virus dari lamivudine.
Sebagai tambahan, pada saat pencangkokan, dosis-dosis besar HBIG diberikan. HBIG diberikan ketika hati yang sakit diangkat, sebelum hati donor ditempatkan pada penerima. Tujuan dari memberikan HBIG pada waktu yang tertentu ini adalah mendapatkan antibodi-antibodi yang mengikat pada atau menjerat partikel-partikel virus hepatitis B yang beredar, dan dengan demikian mencegah virus dari menginfeksi hati yang baru (donor). HBIG diberikan setiap hari untuk enam hari dan kemudian setiap tiga sampai empat minggu. Kebanyakan pasien-pasien akan menerima kombinasi lamivudine dan HBIG untuk sisa hidupnya. Strategi yang menggunakan dua agent ini telah mengurangi kekambuhan virus hepatitis B menuju kurang dari 10% setelah suatu pencangkokan. Berlawanan dengannya, angka kekambuhan virus hepatitis B adalah kira-kira 30% ketika hanya menggunakan HBIG sendirian dan kira-kira 75% ketika menggunakan lamivudine sendirian. Persoalan-persoalan dengan terapi HBIG adalah biaya tingginya dan ketersediaannya yang terbatas.
Yang Dapat Diperbuat Untuk Mencegah Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit yang dapat dicegah. Terpenting, praktek-praktek perlindungan spesifik harus dipromosikan untuk menghindari risiko penularan virus secara seksual atau oleh darah yang tercemar. Sebagai tambahan, dua tipe dari immunoprophylaxis (pencegahan dengan metode-metode imunologi) tersedia untuk mencegah virus hepatitis B. Yang satu adalah perlindungan pasif, dimana antibodi-antibodi terhadap virus hepatitis B diberikan kepada pasien. Yang lainnya adalah perlindungan aktif, atau vaksinasi, yang menstimulasi tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodinya sendiri.
Keefektifan Hepatitis B Immune Globulin (HBIG) Dalam Mencegah Hepatitis B
Pada metode perlindungan pasif, anti-Hbs, yang adalah antibodi-antibodi spesifik terhadap HBsAg diberikan. Preparat yang tersedia dari antibodi-antibodi sepesifik dikenal sebagai hepatitis B immune globulin atau HBIG (BayHep B). HBIG terbentuk dari plasma (suatu produk darah) yang diketahui mengandung suatu konsentrasi yang tinggi dari antibodi-antibodi permukaan hepatitis B (hepatitis B surface). Perlindungan pasif biasanya diberikan setelah suatu paparan pada virus untuk mencegah seorang yang peka memperoleh virus hepatitis B. Jika diberikan dalam 10 hari dari paparan pada virus, HBIG adalah hampir selalu berhasil dalam mencegah infeksi virus hepatitis B. Bahkan jika diberikan sedikit lebih telat, bagaimanapun, HBIG mungkin mengurangi keparahan dari suatu infeksi virus hepatitis B. Perlindungan terhadap virus hepatitis B berlangsung/bertahan untuk kira-kira tiga minggu setelah HBIG diberikan. Tidak ada kasus-kasus yang didokumentasikan dari penularan HIV yang telah dikaitkan dengan pemberian HBIG.
Keefektifan Vaksinansi Untuk Hepatitis B
Untuk perlindungan aktif, atau vaksinasi, suatu antigen virus hepatitis B virus yang tidak berbahaya diberikan untuk menstimulasi sistim imun tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodi yang melindungi terhadap virus hepatitis B. Vaksin dengan demikian mencegah infeksi virus hepatitis B. Vaksin-vaksin virus hepatitis B yang pertama diturunkan dari plasma yang disatukan (gabungan) yang diperoleh dari orang-orang dengan tingkat-tingkat HBsAg yang tinggi. Vaksin-vaksin yang sekarang tersedia di Amerika dibuat (disintesis) menggunakan teknologi penggabungan-ulang (recombinant) DNA (menggabungkan segmen-segmen DNA). Vaksin-vaksin recombinant hepatitis B ini (Energix-B dan Recombivax-HB) dikonstrusikan mengandung hanya bagian dari HBsAg yang sangat berpotensi dalam menstimulasi sistim imun untuk menghasilkan anti-HBs. Vaksin tidak mengandung komponen virus lainnya dan adalah tidak menular (tidak menyebabkan infeksi).
Vaksin hepatitis B diberikan sebagai suatu rangkaian dari tiga suntikan-suntikan intramuskular. Untuk efek yang maksimal, vaksin harus disuntikan pada otot deltoid (pundak) pada dewasa-dewasa. Lebih dari 95% dari anak-anak dan anak-anak remaja, dan lebih dari 90% dari dewasa-dewasa yang muda dan sehat mengembangkan antibodi-antibodi (anti-HBs) yang memadai dalam responnya pada rangkaian dari tiga dosis yang direkomendasikan. Suatu kekurangan respon pada vaksin-vaksin hepatitis B tampaknya ditentukan oleh gen-gen warisan (diturunkan) yang spesifik dari individu yang mempengaruhi produksi antibodi-antibodi tertentu dari tubuh. Orang-orang yang merespon dengan antibodi-antibodi yang memadai pada vaksin hepatitis B terlindung terhadap hepatitis B. Sebagai tambahan, mereka, oleh karenanya, terlindung terhadap penyakit-penyakit yang tergantung dari virus hepatitis B, seperti hepatitis B kronis, sirosis virus hepatitis B dan komplikasi-komplikasinya (termasuk kanker hati hepatitis B), polyarteritis nodosa, dan hepatitis delta.
Komite Penasehat pada Praktek-Praktek Imunisasi pada Pusat-Pusat Pengontrolan Penyakit merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk setiap orang berumur 18 tahun atau lebih muda, dan untuk dewasa-dewasa yang berumur lebih dari 18 tahun yang berada pada risiko yang meningkat untuk infeksi virus hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B telah direkomendasikan sebagai suatu vaksinasi untuk bayi-bayi sejak 1991 dan untuk remaja-remaja sejak 1995. Dewasa-dewasa yang berada pada risiko yang meningkat untuk infeksi virus hepatitis B, dan mereka, oleh karenanya, harus menerima vaksin termasuk: heteroseksual-heteroseksual yang aktif secar seksual dengan lebih dari satu pasangan seksualnya dalam waktu sebelum enam bulan atau suatu sejarah dari suatu penyakit yang ditularkan secara seksual; pria-pria yang mempunyai hubunga seksual dengan pria-pria; pengguna-pengguna dari obat-obat suntikan yang ilegal (terlarang); orang-orang dengan suatu risiko infeksi dari pekerjaannya (contohnya, pekerja-pekerja pelayanan kesehatan); pasien-pasien hemodialysis; kontak-kontak rumah tangga dan seksual dari orang-orang dengan infeksi virus hepatitis B kronis; dan penghuni-penghuni dan staf dari institusi-institusi kejiwaan dan penjara-penjara.
Kebanyakan orang-orang dengan fungsi imun yang normal yang merespon secara memadai pada rangkaian 3-dosis vaksin hepatitis B akan mungkin tetap terlindungi secara tidak terbatas. Contohnya, mereka terlindungi bahkan ketika tingkat-tingkat anti-HBs dalam darah, yang secara normal berkurang secara perlahan dalam waktu bertahun-tahun, menjadi begitu rendah sehingga mereka tidak terdeteksi oleh tes-tes yang biasanya digunakan. Untuk sebab ini, memonitor tingkat-tingkat darah anti-HBs setelah vaksinasi dan dosis-dosis pendorong (booster) masa depan tidak direkomendsikan pada orang-orang yang sehat.
Diantara pasien-pasien yang tidak merespon pada suatu rangkaian tiga dosis vaksin hepatitis B, 25 sampai 50% dari mereka dengan fungsi imun yang normal akan merespon pada suatu dosis vaksin tambahan dan 50 sampai 75% akan merespon pada tiga dosis tambahan. Seseorang yang tidak merespon pada enam dosis vaksin, bagaimanapun, tidak akan mendapat manfaat dari dosis tambahan dan tidak terlindung dari infeksi virus hepatitis B. Akhirnya, seorang individu yang sistim imunnya terganggu mempunyai suatu angka respon antibodi yang jauh lebih rendah pada vaksin hepatitis B standar. Contoh-contoh dari individu-individu dengan sistim imun yang terganggu termasuk penerima-penerima pencangkokan atau orang-orang dengan infeksi HIV, kanker, atau gagal ginjal kronis.
Post-exposure immunoprophylaxis Untuk Virus Hepatitis B
Pencegahan infeksi dengan virus hepatitis B setelah seseorang terpapar melibatkan pemberian HBIG dan/atau vaksin hepatitis B (recombinant). Ini adalah kedua metode-metode dari immunoprophylaxis. Tipe immunoprophylaxis yang direkomendasikan pada situasi-situasi setelah paparan (post-exposure) tergantung dari tipe paparan (exposure). (Lihat tabel 2).
Tabel 2: Petunjuk pada post-exposure immunoprophylaxis untuk virus hepatitis B
Tipe Paparan Immunoprophylaxis
Peri-natal Vaksinasi dan HBIG
Seksual
Infeksi akut
Pembawa kronis
HBIG dengan atau tanpa vaksinasi
Vaksinasi
Kontak rumah tangga
Pembawa kronis
Kasus akut
Kasus akut, paparan yang diketahui
Vaksinasi
Tidak ada, kecuali paparan yang diketahui
HBIG dengan atau tanpa vaksinasi
Bayi (12 bulan)
Kasus akut pada pemberi layanan utama
Inadvertent cutaneous atau mukosal
HBIG dan vaksinasi
Vaksinasi dengan atau tanpa HBIG
Mencegah Penularan Virus Hepatitis B Dari Ibu Ke Bayi Yang Baru Dilahirkan
Peri-natal immunoprophylaxis adalah penting sekali (kritis) untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke bayi yang baru dilahirkan. Pada satu situasi, jika bayi dilahirkan oleh seorang ibu yang diketahui adalah HBsAg positif, bayi harus menerima HBIG waktu lahir atau dalam 12 jam kelahiran. Pada situasi yang lain, jika ibu tidak disaring sebelumnya untuk HBsAg dan ditemukan positif setelah melahirkan, bayi harus menerima HBIG sesegera mungkin, tidak lebih telat dari satu minggu setelah kelahiran. Pada kedua situasi, bayi harus juga diberikan vaksin hepatitis B (recombinant); menerima dosis pertama waktu kelahiran (dalam 12 jam), yang kedua waktu 1 bulan (tidak lebih telat dari 2 bulan), dan ketiga waktu 6 bulan.
Yang Baru Dalam Perawatan Virus Hepatitis B
Dua nucleotide yang baru dan nucleoside analogs (derivatif-derivatif kimia) telah dikembangkan untuk merawat virus hepatitis B kronis; adefovir dipivoxil (Hypsera) dan entecavir (Baraclude).
Adefovir adalah suatu penghambat (inhibitor) virus hepatitis B yang potensial (obat nucleotide ini tampaknya lebih berpotensial daripada nucleoside, lamivudine), dan telah sangat bermanfaat merawat varian YMDD dari virus hepatitis B. Adefovir telah ditunjukan memperbaiki hepatitis (peradangan hati yang terlihat pada biopsi hati), mengurangi tingkat virus hepatitis B dalam darah, dan mencegah replikasi virus. Perkembangan dari mutasi-mutasi virus YMDD yang resisten (umum selama perawatan Lamivudine yang memanjang) adalah jarang dengan perawatan adefovir. Oleh karenanya, adefovir adalah bermanfaat dalam merawat pasien-pasien yang telah mengembangkan virus yang resisten terhadap Lamivudine. Kerusakan ginjal, bagaimanapun, telah dikaitkan dengan suatu dosis adefovir yang tinggi pada pasien-pasien HIV. Oleh karenanya dosis rendah adefovir digunakan dalam merawat hepatitis B, dan fungsi-fungsi ginjal (tingkat-tingkat serum creatinine) diukur secara periodik selama perawatan. Pasien-pasien dengan disfungsi-disfungsi ginjal atau mengkonsumsi obat-obat yang adalah nephrotoxic harus menyiagakan (alert) dokter-dokter mereka sebelum menggunakan adefovir.
Entecavir (Baraclude) disetujui oleh komite penasehat FDA pada bulan Maret 2005 untuk perawatan hepatitis B kronis. Entecavir telah ditemukan mengurangi tingkat-tingkat virus hepatitis B dalam darah, mencegah replikasi virus hepaitits B, begitu juga memperbaiki tingkat-tingkat darah dari ALT/SGPT dan memperbaiki peradangan hati (seperti yang ditunjukan oleh biopsi hati). Pada percobaan-percobaan klinis yang membandingkan entecavir pada Lamivudine, entecavir ditemukan lebih unggul (superior) daripada Lamivudine dalam mengurangi tingkat darah virus hepatitis B dan ALT/SGPT, dan juga dalam memperbaiki hepatitis yang terlihat pada biopsi hati.
Adefovir dan Entecavir, seperti Lamivudine, ditolerir dengan baik pada penggunaan jangka panjang. Reaksi-reaksi kurang baik yang serius adalah jarang. Lactic acidosis yang jarang telah dilaporkan dengan penggunaan nucleoside analogues. Perburukan hepaitits dan fungsi-fungsi hati telah dilaporkan atas penghentian yang tiba-tiba dari perawatan-perawatan nucleoside analogue. Efek-efek sampingan dari ketiga obat-obat ini termasuk sakit kepala, sakit perut, mual, dan kelelahan.
Masa depan terapi anti-virus untuk virus hepatitis B kronis akan mungkin melibatkan terapi banyak obat, yang adalah serupa dengan strategi yang digunakan untuk merawat infeksi HIV. Kabar-kabar yang paling baik, bagaimanapun, adalah bahwa suatu program vaksinasi universal yang sukses harus berakibat pada eliminasi virus hepatitis B pada beberapa generasi-generasi berikutnya.
Sekitar satu per tiga dari populasi dunia pernah terpapar pada suatu waktu pada virus hepatitis B (HBV). Selain itu, hampir 350 juta individu-individu diseluruh dunia terinfeksi secara kronis (durasi yang lama) dengan virus ini. Sebagai akibatnya, komplikasi-komplikasi dari infeksi virus hepatitis B menjurus pada dua juta kematian-kematian setiap tahunnya.
Menurut angka-angka dari Centers for Disease Control (CDC), 140,000 sampai 320,000 kasusu-kasus akut (durasi yang pendek) hepatitis B (infeksi hati dengan virus hepatitis) terjadi setiap tahun di Amerika. Hanya kira-kira 50% dari orang-orang dengan hepatitis B akut, bagaimanapun, mempunyai gejala-gejala (adalah simptomatik). Diantara pasien-pasien yang simptomatik (symptomatic), 8,400 sampai 19,000 orang-orang diopname dan 140 sampai 320 meninggal setiap tahun di Amerika. Pada dekade yang lalu, bagaimanapun, suatu penurunan yang lebih dari 70% dalam kejadian hepatitis B akut telah terjadi di Amerika. Penurunan ini mungkin berkaitan dengan kesadaran publik yang meninggi pada HIV dan AIDS dan praktek-praktek seksual yang lebih aman yang diakibatkannya. (Hepatitis Virus B dan HIV disebarkan dalam suatu cara yang hampir sama). Pada saat ini, kejadian-kejadian hepatitis B akut yang paling tinggi adalah diantara dewasa-dewasa muda, terutama orang-orang hitam dan orang-orang hispanik, antara umur 20 dan 30 tahun.
Kebanyakan dewasa-dewasa (lebih besar dari 95%) dengan hepatitis B akut akan sembuh sepenuhnya. Sebagai akibatnya, mereka akan menjadi imun (terlindung dari) terhadap suatu infeksi virus hepatitis B masa depan. Berlawanan dengannya, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang terinfeksi dengan virus hepatitis B akut akan menjadi terinfeksi kronis dengan virus. Jadi, di Amerika, suatu perkiraan dari 1 sampai 1.25 juta orang-orang terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Lebih jauh, 5,000 sampai 6,000 orang-orang meninggal setiap tahun dari penyakit hati virus hepatitis B kronis dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati (hepatocellular carcinoma) primer (berasal dari hati).
Pada beberapa bagian-bagian dunia, infeksi virus hepatitis B adalah selalu hadir (endemic) dalam populasinya. Contohnya, di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, sebanyak 15 sampai 20% dari dewasa-dewasa terinfeksi kronis dengan virus hepatitis B. Di Amerika, angka-angka sebegitu tinggi dari infeksi-infeksi kronis terlihat hanya diantara kelompok-kelompok etnik spesifik yang tertentu. Kelompok-kelompok ini termasuk pribumi-pribumi Alaska, orang-orang kepulauan Pasifik, dan bayi-bayi dari ibu-ibu imigran (pendatang) generasi pertama dari negara-negara dengan angka-angka infeksi virus hepatitis B yang tinggi.
Definisi Virus Hepatitis B
Virus hepatitis B termasuk suatu keluarga dari virus-virus DNA yang disebut Hepadnaviridae. Virus-virus ini terutama menginfeksi sel-sel hati. Nama keluarga datang dari Hepa, berarti hati; DNA, merujuk pada deoxyribonucleic acid, materi genetik virus; dan viridae, berarti virus. Virus-virus lain dalam keluarga ini dapat menyebabkan hepatitis pada hewan-hewan tertentu. Virus-virus ini termasuk virus hepatitis woodchuck, virus hepatitis bajing tanah, dan virus hepatitis bebek. Hepadnaviridae adalah sangat serupa satu dengan lainnya. Maka, beberapa model-model hewan telah dikembangkan untuk mempelajari virus hepatitis B dan untuk mengevaluasi obat-obat baru untuk merawat virus hepatitis B.
Gen-gen dari virus hepatitis B mengandung kode-kode genetik untuk membuat sejumlah produk-produk protein, termasuk hepatitis B surface antigen (HBsAg), hepatitis B core antigen (HBcAg), hepatitis B e antigen (HBeAg), dan DNA polymerase. Keempat protein-protein ini adalah penting untuk diketahui karena mereka diukur dalam tes-tes darah yang digunakan untuk mendiagnosis virus hepatitis B.
Virus hepatitis B terdiri hanya dari suatu partikel core (bagian pusat) dan suatu bagian luar yang mengelilinginya (surrounding envelope). Core terdiri dari HBcAg, dimana bagian luar terdiri dari HBsAg. Partikel core mengandung virus hepatitis B DNA (VHB-DNA), HBeAg, dan DNA polymerase. HBeAg, seperti didiskusikan kemudian, melayani sebagai suatu marker (penanda) dari kemampuan virus untuk menyebarkan infeksi. DNA polymerase adalah suatu bagian penting dari proses reproduksi virus yang unik dari virus. Apa yang relevan (bersangkut-paut) disini adalah bahwa virus HIV (human immunodeficiency virus) juga ber-reproduksi menggunakan proses yang sama ini. Sebagai akibatnya, banyak obat-obat yang telah dikembangkan untuk menghambat proses reproduksi ini untuk merawat infeksi HIV mungkin juga adalah efektif dalam merawat infeksi virus hepatitis B kronis.
Cara Virus Hepatitis B Melukai Hati
Virus hepatitis B sendiri tidak secara langsung menyebabkan kerusakkan pada hati. Agaknya, respon imun tubuh pada virus secara bertentangan menyebabkan kerusakkan. Jadi, pada suatu infeksi virus hepatitis B, respon imun tubuh pada virus bertanggunga jawab untuk kedua-duanya, eliminasi (penghilangan) virus hepatitis B dari tubuh dan kesembuhan dari infeksi. Namun, pada saat yang bersamaan, luka pada sel-sel hati disebabkan oleh respon imun yang sama itu pada virus hepatitis B dalam sel-sel hati.
Oleh karenanya, ada suatu keseimbangan antara efek-efek yang melindungi dan yang merusak dari respon sistim imun pada virus hepatitis B. Bagaimana keseimbangan ini dicapai menentukan hasil akhir pada seorang individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis. Makanya, suatu infeksi virus hepatitis B akut dapat menjurus pada kesembuhan (hasil yang umum), pada gagal hati akut (jarang), dan adakalanya pada infeksi kronis. Infeksi kronis dapat berakibat pada suatu keadaan pengidap sehat (healthy carrier, dimana orang yang terpengaruhi mengandung virus namun tetap sehat) atau berlanjut ke sirosis (luka parut yang berat, atau fibrosis dari hati) dan komplikasi-komplikasinya, termasuk kanker hati.
Penyebaran/Penularan Hepatitis B
Virus hepatitis B disebar atau didapat melalui paparan pada darah yang terinfeksi atau pengeluaran-pengeluaran (sekresi) tubuh. Konsentrasi-konsentrasi dari virus hepatitis B yang paling tinggi ditemukan dalam darah, air mani (semen), kotoran vagina, air susu ibu, dan air liur. Hanya ada konsentrasi-konsentrasi virus hepatitis B yang rendah dalam urin dan tidak ada dalam feces. Oleh karenanya, hepatitis B tidak disebar melalui makanan atau minuman atau kontak yang sepintas lalu. Lebih jauh, virus hepatitis B tidak lagi ditulari oleh transfusi-transfusi darah karena semua darah untuk transfusi disaring (diperiksa) untuk meniadakan pencemaran atau kontaminasi dengan virus hepatitis B.
Di Amerika, dewasa-dewasa dan dewasa-dewasa muda bertanggung jawab pada kebanyakan kasus-kasus infeksi hepatitis B yang dilaporkan. Kontak seksual (intercourse) adalah cara-cara penularan yang paling umum. Virus juga dapat ditularkan oleh darah atau cairan tubuh yang tercemar virus hepatitis B dalam beberapa cara-cara yang berbeda. Cara-cara ini termasuk penggunaan obat secara intravena, skin-popping (suntikan dibawah kulit), tato, menindi tubuh (body piercing), dan akupunktur menggunakan alat-alat yang tidak steril. Sebagai tambahan, virus hepatitis B dapat ditulari melalui penggunaan bersama sikat-sikat gigi dan alat-alat cukur. Akhirnya, serangga-serangga penghisap darah seperti nyamuk-nyamuk dan kutu-kutu ranjang didaerah tropis dilaporkan telah menularkan virus hepatitis B.
Terakhir (namun bukan yang paling akhir), virus hepatitis B dapat ditularkan dari ibu-ibu yang terinfeksi kepada bayi-bayi mereka pada waktu kelahiran (yang disebut penularan vertikal). Ini adalah cara-cara penularan yang paling penting di wilayah-wilayah dimana infeksi virus hepatitis B selalu hadir (endemik), seperti di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara. Angka penularan virus hepatitis B kepada bayi-bayi yang baru lahir dari ibu-ibu yang sangat terinfeksi adalah sangat tinggi, mendekati 100%. Lebih dari itu, seperti diindikasikan lebih awal, hampir semua dari bayi-bayi ini akan mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis.
Gejala-Gejala Hepatitis B Akut
Hepatitis B akut adalah penyakit awal yang timbulnya cepat dan berlangsung singkat yang berakibat dari infeksi virus hepatitis B. Kira-kira 70% dari dewasa-dewasa dengan hepatitis B akut mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala. Sisanya yang 30% mengembangkan gejala-gejala yang signifikan dua sampai empat bulan setelah terpapar pada virus hepatitis B. Periode waktu ini antara terpapar dan gejala-gejala petama disebut periode inkubasi. Gejala-gejala yang paling umum dari hepatitis B akut adalah kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, dan sakit perut diatas daerah hati. Kekuningan atau jaundice (kulit kuning) seringkali menemani gejala-gejala lain ini. Ketika ini terjadi, infeksi biasanya dirujuk sebagai hepatitis ikterik akut [acute icteric (jaundiced) hepatitis].
Adakalanya, individu-individu dengan hepatitis B akut mengembangkan apa yang disebut gejala-gejala prodromal. Ini adalah gejala-gejala yang mulai tepat sebelum timbulnya gejala-gejala hepatitis yang dibahas dalam paragraf sebelumnya. Kadangkala, gejala-gejala prodromal menyerupai suatu reaksi alergi, seperti ruam kulit, sakit dan bengkak sendi-sendi, dan demam derajat rendah. Waktu-waktu lain, gejala-gejala prodromal menyerupai gejala-gejala influensa.
Jarang (kurang dari 0.5% dari dewasa-dewasa), individu-individu dengan hepatitis B akut dapat mengembangkan gagal hati akut (hepatitis fulminan). Pasien-pasien ini adalah sangat sakit dengan gejala-gejala hepatitis akut yang telah dibahas dan persoalan-persoalan tambahan dari kebingungan atau koma (encephalopathy) dan memar atau perdarahan (coagulopathy). Faktanya, sampai dengan 80% dari orang-orang dengan hepatitis fulminan dapat meninggal dalam waktu beberapa hari sampai beberapa minggu.
Yang Menentukan Hasil Akhir Hepatitis B Akut
Seperti disebutkan sebelumnya, suatu kemampuan individu untuk menghilangkan/mengeliminasi virus hepatitis B dari tubuh dan sembuh dari hepatitis B akut tergantung dari kekuatan respon imun tubuh pada infeksi. Lebih kuat respon imunnya, lebih besar kemungkinan mengeliminasi virus dan sembuh. Dengan tanda yang sama, bagaimanapun, lebih kuat respon imun, lebih mungkin kejadian dari luka hati dan gejala-gejala akut. Pada sisi lain, suatu respon imun yang lebih lemah berakibat pada luka hati yang lebih sedikit dan lebih sedikit gejala-gejala. Pada saat yang bersamaan, bagaimanapun, respon imun yang lebih lemah berakibat pada eliminasi/pembersihan virus yang lebih sedikit dan suatu kemungkinan yang lebih besar mengembangkan infeksi virus hepatitis B kronis. Tentu saja, kebanyakan bayi-bayi dan anak-anak yang memperoleh infeksi virus hepatitis B akut adalah asimptomatik, namun angka mereka mengembangkan virus hepatitis B kronis adalah lebih besar dari 95%.
Kebanyakan dewasa-dewasa (sekitar 95%), terutama yang dengan hepatitis B ikterik yang akut dan simptomatik, akan sembuh sepenuhnya dari infeksi dalam dua sampai tiga bulan. Mereka juga akan mengembangkan kekebalan, yaitu, perlindungan dari suatu infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Lebih dari itu, individu-individu ini jarang mengembangkan penyakit hati kronis. Berlawanan dengannya, orang-orang dewasa yang dengan sedikit atau tidak ada gejala-gejala selama episode hepatitis B akutnya, jika dibandingkan pada dewasa-dewasa dengan gejala-gejala, kemungkinan lebih kecil membersihkan/menghilangkan infeksinya dan lebih mungkin mengembangkan hepatitis B kronis.
Gejala-Gejala Infeksi Virus Hepatitis B Kronis
Gejala-gejala hepatitis B kronis akan didiskusikan dibawah 5 katagori-katagori berikut; hepatitis B kronis, sirosis hati, sirosis hati yang lanjut, kanker hati, dan keterlibatan dari organ-organ diluar hati (extrahepatic). Diagnosis terakhir dari infeksi virus hepatitis B, bagaimanapun, dibuat berdasarkan tes-tes darah yang adalah spesifik untuk virus hepatitis B. Diagnosis virus hepatitis B didiskusikan pada bagian berikutnya.
Hepatitis B kronis
Diagnosis hepatitis B kronis dapat dibuat, menurut definisi, hanya setelah enam bulan dari timbulnya hepatitis B akut. Adalah seringkali sulit untuk mencurigai diagnosis hepatits B kronis berdasarkan hanya pada gejala-gejala pasien. Penyebab untuk kesulitan ini adalah bahwa individu-individu yang mengembangkan hepatitis B kronis, seperti diindikasikan sebelumnya, adalah biasanya individu-individu yang sama yang mempunyai sedikit atau tidak ada gejala-gejala untuk mengisyaratkan timbulnya hepatitis B akut mereka.
Lebih dari itu, kebanyakan individu-individu dengan infeksi hepatitis B kronis tetap bebas gejala (asimptomatik) bertahun-tahun, bahkan sampai dua atau tiga dekade. Selama waktu ini, tes-tes darah pasien ini biasanya paling banyak abnormalnya ringan dan peradangan dan luka parut (fibrosis) hati majunya sedikit, jika memang ada. Adakalanya, bagaimanapun, individu-individu ini yang jika tidak dengan hepatitis B kronis yang tidak aktif mungkin mengembangkan pengaktifan-pengaktifan kembali (flares) dari gejala-gejala akut, tes-tes darah hati yang meningkat, dan peradangan hati. Pengaktifan-pengaktifan kembali ini menyerupai hepatitis akut, namun mereka dapat menyebabkan kemajuan dari luka parut (fibrosis) hati yang kronis. Mereka cenderung terjadi pada pria-pria yang mendapat infeksi kronis pada umur mudanya.
Sirosis hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B
Pada beberapa titik, bagaimanapun, hepatitis kronis dapat maju ke sirosis (luka parut atau fibrosis yang parah) hati. Pasien-pasien ini kemudian dapat mengembangkan gejala-gejala dan tanda-tanda (penemuan-penemuan yang abnormal pada pemeriksaan fisik) dari sirosis. Contohnya, mereka dapat menjadi lemah, lelah, dan peka terhadap infeksi-infeksi. Mereka dapat juga kehilangan massa otot, terutama pada pundak-pundak dan kaki-kaki bagian atas. Faktanya, mereka dapat mengembangkan nutrisi yang buruk dan kehilangan berat badan dari pencernaan yang abnormal, penyerapan yang kurang baik/malabsorpsi, atau metabolisme nutrisi hati yang abnormal. Jadi, kekurangan-kekurangan dapat terjadi, contohnya, dari vitamin A, yang menyebabkan gangguan penglihatan waktu malam, atau dari vitamin D, yang menyebabkan penipisan tulang belakang (spine) atau tulang-tulang pinggul (osteopenia). Pasien-pasien dengan sirosis juga seringkali mengembangkan bukti yang nyata (stigmata) dari sirosis, termasuk payudara-payudara yang bengkak (gynecomastia), buah-buah pelir yang kecil (atrophic), telapak-telapak tangan yang merah (palmar erythema), dan pembuluh-pembuluh yang membesar secara karakteristik pada kulit (spider angioma).
Sirosis hati yang lanjut yang disebabkan oleh virus hepatitis B
Akhirnya, kemajuan dari sirosis menjurus pada apa yang disebut sirosis yang telah lanjut, yang dikarakteristikan oleh perkembangan dari komplikasi-komplikasi tertentu. Sirosis yang telah lanjut adakalanya dirujuk sebagai stadium akhir sirosis atau gagal hati kronis. Beberapa dari para ahli juga menggunakan istilah, decompensated cirrhosis, sebagai yang bersinonim dengan sirosis yang telah lanjut. Yang lainnya, bagaimanapun, mencadangkan istilah, decompensated cirrhosis, untuk sirosis yang telah lanjut yang termasuk secara spesifik komplikasi-komplikasi apa saja yang berakibat terutama dari hipertensi portal (didiskusikan dibawah). Beberapa dari komplikasi-komplikasi sirosis yang telah lanjut dapat mempunyai beragam penyebab-penyebab. Perbedaan dalam terminologi ini berarti sedikit karena pertimbangan yang penting dalam segala kasus tertentu adalah hanya untuk menetapkan mana dari komplikasi-komplikasi sirosis yang dipakai.
Sesuai dengan itu, komplikasi-komplikasi sirosis yang mengindikasikan kehadiran sirosis yang telah lanjut didiskusikan dalam dua paragraf berikutnya. Komplikasi-komplikasi ini termasuk yang berakibat terutama dari hipertensi portal (penahanan cairan, encephalopathy, perdarahan saluran pencernaan, hypersplenism, dan sindrom hepatorenal), dan juga coagulopathy, jaundice, dan sindrom hepatopulmonary.
Hipertensi portal adalah istilah untuk tekanan yang meningkat dalam sistim vena portal yang terjadi pada pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut. (Sistim vena portal mengalirkan darah dari organ-organ usus dan perut ke hati). Komplikasi-komplikasi sirosis yang paling umum yang berasal terutama dari hipertensi portal adalah penahanan cairan, hepatic (hati) encephalopathy, dan perdarahan saluran pencernaan/gastrointestinal (GI). Penahanan cairan menjurus pada pergelangan-pergelangan kaki yang bengkak (edema) dan suatu perut yang bengkak (ascites). Adakalanya, ciaran didalam perut menjadi terinfeksi (spontaneous bacterial peritonitis) dan menyebabkan demam dan sakit perut. Hepatic encephalopathy menyebabkan keadaan mengantuk, kebingungan, dan bahkan koma. Vena-vena yang membesar (varices) dalam kerongkongan dan lambung yang pecah dapat menyebabkan perdarahan saluran pencernaan. Sebagai akibatnya, pasien mungkin muntah darah merah yang segar atau mengeluarkan darah yang berwarna gelap.
Beberapa pasien-pasien mengembangkan hypersplenism, suatu komplikasi yang disebabkan, paling sedikit sebagian, oleh hipertensi portal. Pasien-pasien mempunyai suatu limpa yang membesar (splenomegaly), pengurangan sel-sel darah merah (anemia), pengurangan sel-sel darah puth (leucopenia), dan pengurangan platelet-platelet (thrombocytopenia). Anemia menyebabkan kelemahan; leucopenia menyumbang pada infeksi-infeksi; dan thrombocytopenia mengganggu pembekuan darah. Pasien-pasien dengan hipertensi portal juga dapat mengembangkan suatu persoalan yang serius dengan kefungsian ginjal-ginjal mereka tanpa kerusakan yang sesungguhnya pada ginjal-ginjal itu sendiri (hepatorenal syndrome).
Pada sirosis yang telah lanjut, seperti yang telah disebutkan, komplikasi-komplikasi penting lainnya dapat terjadi diluar dari yang terutama disebabkan oleh hipertensi portal. Contohnya, beberapa pasien-pasien cenderung mendapat memar dan perdarahan, sebagian besar karena gangguan fungsi hati menyebabkan kelainan-kelainan dalam proses pembekuan darah (coagulopathy). Pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut dapat juga mengembangkan jaundice karena hati nyang rusak tidak mampu untuk mengeliminasi/menghilangkan secara memadai suatu senyawa kuning yang disebut bilirubin. Lebih jarang lagi, beberapa pasien-pasien dapat mengembangkan kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada sirosis yang telah lanjut menyebabkan berfungsinya paru-paru yang abnormal (hepatopulmonary syndrome).
Kanker Hati Primer Virus Hepatitis B (hepatocellular carcinoma)
Akhirnya, kanker hati dapat berkembang pada pasien-pasien yang terinfeksi virus hepatitis B kronis sebagai suatu komplikasi dari sirosis yang telah lanjut. Kanker hati primer (berasal dari hati) ini paling mungkin terjadi pada orang-orang dengan reproduksi virus hepatitia B yang aktif, terutama pada individu-individu Chinese dan Hitam. Cara bagaimana kanker berkembang tidak dimengerti sepenuhnya. Diperkirakan, bagaimanapun, bahwa DNA virus hepatitis B entah bagaimana menjadi menyatu kedalam DNA sel hati pasien.
Gejala-gejala dan tanda-tanda yang paling umum dari kanker hati adalah sakit perut dan suatu hati yang bengkak dan membesar, kehilangan berat badan, dan demam. Sebagai tambahan, tumor-tumor hati dapat menghasilkan dan melepaskan sejumlah senyawa-senyawa, termasuk satu yang menyebabkan peningkatan sel-sel darah merah (erythrocytosis), gula darah yang rendah (hypoglycemia), dan kalsium darah yang tinggi (hypercalcemia). Tes-tes penyaringan (screening) diagnostik yang paling bermanfaat untuk kanker hati adalah suatu tes darah alpha-fetoprotein dan suatu studi gambar ultrasound dari hati.
Kelibatan virus hepatitis B dari organ-organ diluar hati (extra-hepatic)
Jarang, infeksi hepatitis B kronis dapat menjurus pada kelainan-kelainan yang mempengaruhi organ-organ lain daripada hati. Endapan dari kompleks-kompleks imun virus hepatitis B pada beragam organ-organ biasanya menyebabkan kelainan-kelainan ini. Suatu kompleks imun virus hepatitis B adalah suatu kesatuan yang berakibat dari pengikatan bersama dari suatu antibodi virus hepatitis B dan suatu antigen virus hepatitis B. (Suatu antigen adalah suatu senyawa yang adalah asing untuk tubuh dan suatu antibodi adalah suatu protein khusus yang dihasilkan oleh sel-sel darah putih dalam merespon pada antigen).
Kompleks-kompleks imun virus hepatitis B yang menempati atau mengendap dalam arteri-arteri kecil diseluruh tubuh dapat berakibat pada suatu peradangan pembuluh-pembuluh ini (vasculitis), disebut polyarteritis nodosa. Kondisi ini dapat menyebabkan suatu batasan yang lebar dari gejala-gejala, termasuk kelemahan otot, kerusakkan syaraf (neuropathy), borok-borok kulit yang dalam, persoalan-persoalan ginjal dengan kehilangan protein dalam urin (proteinuria), dan adakalanya gagal ginjal, hipertensi, demam-demam yang tidak dapat dijelaskan, dan sakit perut. Kompleks-kompleks imun virus hepatitis B dapat menyebabkan kerusakkan pada ginjal-ginjal dalam cara yang lain. Yaitu, kompleks-kompleks imun dapat diendapkan dalam glomeruli (elemen-elemen penyaring) dari ginjal, menyebabkan glomeronephritis, yang adalah suatu penyakit yang berbeda dari polyarteritis nodosa.
Mendiagnosis Hepatitis B
Hepatitis B didiagnosis dari hasil-hasil tes-tes darah spesifik virus hepatitis B (serologi) yang mencerminkan beragam komponen-komponen virus hepatitis B. Suatu diskusi dari setiap tes-tes darah virus hepatitis B menyusul. Tes-tes serologi virus hepatitis B ini berbeda dari tes-tes darah hati standar (seperti ALT/SGPT dan AST/SGOT) yang dapat menjadi abnormal ketika hati dirusak oleh penyebab apa saja, termasuk infeksi virus hepatitis B.
HBsAg dan anti-HBs
Diagnosis infeksi hepatitis B dibuat terutama dengan mendeteksi hepatitis B surface antigen (HBsAg) dalam darah. Kehadiran HBsAg berarti bahwa ada infeksi virus hepatitis B aktif dan ketidakhadiran HBsAg berarti tidak ada infekis virus hepatitis B aktif. Menyusul suatu paparan pada virus hepatitis B, HBsAg menjadi terdeteksi dalam darah dalam waktu empat minggu. Pada inidividu-individu yang sembuh dari infeksi virus hepatitis B akut, eliminasi atau pembersihan dari HBsAg terjadi dalam waktu empat bulan setelah timbulnya gejala-gejala. Infeksi virus hepatitis B kronis didefinisikan sebagai HBsAg yang menetap lebih dari enam bulan.
Setelah HBsAg dieliminasi dari tubuh, antibodi-antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) biasanya timbul. Anti-HBs ini menyediakan kekebalan pada infeksi virus hepatitis B yang berikutnya. Sama juga, individu-individu yang telah berhasil divaksinasi terhadap virus hepatitis B mempunyai anti-HBs yang dapat diukur dalam darah.
Anti-HBc
Hepatitis B core antigen hanya dapat ditemukan dalam hati dan tidak dapat terdeteksi dalam darah. Kehadiran dari jumlah-jumlah yang besar dari hepatitis B core antigen dalam hati mengindikasikan suatu reproduksi virus yang sedang berlangsung. Ini berarti bahwa virusnya aktif. Antibodi terhadap hepatitis B core antigen, dikenal sebagai antibodi hepatitis B core (anti-HBc), bagaimanapun, terdeteksi dalam darah. Sebagai suatu kenyataan, dua tipe dari antibodi-antibodi anti-HBc (IgM dan IgG) dihasilkan.
IgM anti-HBc adalah suatu penanda/indikator (marker/indicator) untuk infeksi hepatitis B akut. IgM anti-HBc ditemukan dalam darah selama infeksi akut dan berlangsung sampai enam bulan setelah timbulanya gejala-gejala. IgG anti-HBc berkembang selama perjalanan infeksi virus hepatitis B akut dan menetap seumur hidup, tidak perduli apakah individunya sembuh atau mengembangkan infeksi kronis. Sesuai dengan itu, hanya tipe IgM dari anti-HBc dapat digunakan secara spesifik untuk mendiagnosis suatu infeksi virus hepatitis B akut. Selain itu, menentukan hanya total anti-HBc (tanpa memisahkan kedua komponennya) adalah sangat tidak bermanfaat.
HBeAg, anti-HBe, dan mutasi-mutasi pre-core
Hepatitis B e antigen (HBeAg) dan antibodi-antibodinya, anti-HBe, adalah penanda-penanda (markers) yang bermanfaat untuk menentukan kemungkinan penularan virus oleh seseorang yang menderita infeksi virus hepatitis B kronis. Mendeteksi keduanya HBeAg dan anti-HBe dalam darah biasanya adalah eksklusif satu sama lain. Sesuai dengan itu, kehadiran HBeAg berarti aktivitas virus yang sedang berlangsung dan kemampuan menularkan pada yang lainnya, sedangkan kehadiran anti-HBe menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan risiko penularan yang lebih kecil.
Pada beberapa individu-individu yang terinfeksi dengan virus hepatitis B, material genetik untuk virus telah menjalankan suatu perubahan struktur yang tertentu, disebut suatu mutasi pre-core. Mutasi ini berakibat pada suatu ketidakmampuan virus hepatitis B untuk menghasilkan HBeAg, meskipun virusnya reproduksi/replikasi secara aktif. Ini berarti bahwa meskipun tidak ada HBeAg yang terdeteksi dalam darah dari orang-orang dengan mutasi, virus hepatitis B masih tetap aktif pada orang-orang ini dan mereka dapat menularkan pada yang lain-lainnya.
Hepatitis B virus DNA
Penanda yang paling spesifik dari reproduksi/replikasi virus hepatitis B adalah pengukuran dari hepatitis B virus DNA dalam darah. Anda ingat bahwa DNA adalah material genetik dari virus hepatitis B. Tingkat-tingkat yang tinggi dari hepatitis B virus DNA mengindikasikan suatu reproduksi/replikasi virus dan aktivitas virus yang sedang berlangsung. Tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang rendah atau tidak terdeteksi dikaitkan dengan fase/tahap infeksi virus hepatitis B yang tidak aktif. Beberapa tes-tes laboratorium yang berbeda (assays) tersedia untuk mengukur hepatitis B virus DNA.
PCR (polymerase chain reaction) adalah metode (assay) yang paling sensitif untuk menentukan tingkat hepatitis B virus DNA. Ini berarti bahwa PCR adalah metode yang terbaik untuk mendeteksi jumlah-jumlah yang sangat kecil dari penanda virus hepatitis B. Metode ini bekerja dengan memperbesar material yang sedang diukur sampai semilyar kali untuk mendeteksinya. Metode PCR, oleh karenanya, dapat mengukur sekecil 50 sampai 100 kopi (partikel-partikel) dari virus hepatitis B per mililiter darah. Tes ini, bagaimanapun, sebenarnya terlalu sensitif untuk penggunaan diagnosis yang praktis.
Tujuan mengukur hepatitis B virus DNA biasanya adalah untuk menentukan apakah infeksi virus hepatitis B aktif atau tidak aktif (diam). Perbedaan ini dapat dibuat berdasarkan jumlah hepatitis B virus DNA dalam darah. Tingkat-tngkat yang tinggi dari DNA mengindikasikan suatu infeksi yang aktif, dimana tingkat-tingkat yang rendah mengindikasikan suatu infeksi yang tidak aktif (tidur). Jadi, pasien-pasien denga penyakit yang tidur (tidak aktif) mempunyai kira-kira satu juta partikel-partikel virus per mililiter darah, sedangkan pasien-pasien dengan penyakit yang aktif mempunyai beberapa milyar partikel-partikel per mililiter. Oleh karenanya, siapa saja yang HBsAg positif, bahkan jika infeksi virus hepatitis B tidak aktif, akan mempunyai tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang dapat terdeteksi dengan metode PCR karena ia begitu sensitif.
Untuk tujuan-tujuan praktis, hepatitis B virus DNA dapat diukur menggunakan suatu metode yang disebut metode hybridization, yang adalah suatu tes yang lebih kuang sensitif daripada PCR. Tidak seperti metode PCR, metode hybridization mengukur material virus tanpa pembesaran. Sesuai dengan itu, tes ini dapat mendeteksi hepatitis B virus DNA hany ketika banyak partikel-partikel virus hadir dalam darah, berarti bahwa infeksinya aktif. Dengan kata lain, dari sudut pandang yang praktis, jika hepatitis B virus DNA terdeteksi dengan suatu metode hybridization, ini berarti bahwa infeksi virus hepatitis B adalah aktif.
Menginterpretasikan Tes-Tes Darah Virus Hepatitis B
Tabel 1 memberikan interpretasi-interpretasi diagnostik untuk beragam kumpulan-kumpulan (sets) dari hasil yang didapatkan dengan suatu deretan tes-tes darah virus (serologi) hepatitis B. Ingat, bagaimanapun, bahwa interpretasi dari tes-tes darah virus hepatitis B harus selalu dibuat dengan pengetahuan dari sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, dan hasil-hasil dari tes-tes darah hati standar yang dapat mengindikasikan kerusakan pada hati.
Tabel 1: Interpretasi tes-tes (+ = positif dan - = negatif) darah (serologi) virus hepatitis B
HBsAg Anti-HBs Anti-Hbc (total) Anti-HBc IgM HBeAg Anti-HBe HBV DNA Interpretasi
+ - + + + + + Tahap awal infeksi akut
+ - + + - + - Tahap Kemudian infeksi akut
- - + + - + - Tahap kemudian infeksi akut
- + + - - - - Kesembuhan dengan kekebalan
- + - - - - - Vaksinasi yang sukses
+ - + - + - + Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
+ - + - - + - Infeksi kronis dalam tahap tidak aktif
+ - + - - + + Infeksi kronis dengan reproduksi aktif
- - + - - + atau - - Kesembuhan, Hasil positif palsu, atau infeksi kronis
Peran Biopsi Hati pada Hepatitis B Kronis
Suatu biopsi hati adalah suatu bagian yang penting dari pengkajian seorang pasien dengan virus hepatitis B kronis. Tes ini bernilai karena inti yang kecil dari jaringan yang diambil dari hati pada umumnya mewakili keseluruhan dari hati. Lebih jauh, suatu diagnosis dari hepatitis kronis biasanya dapat dibuat dari biopsi. Bagaimanapun, tipe hepatitis kronis (atau sirosis yang diakibatkannya), apakah itu hepatitis B, C, atau hepatitis autoimun, tidak dapat ditentukan secara pasti dari biopsi.
Sejarah medis pasien, pemeriksaan fisik, tes-tes darah hati standar, dan testes darah virus hepatitis B (serologi), bersama dengan biopsi hati, digunakakn semuanya untuk membuat diagnosis dari tipe spesifik hepatitis kronis. Meski demikian, biopsi hati adalah tes yang menunjukan jumlah hati yang luka (peradangan) dan luka parut (fibrosis) pada hepatitis kronis atau sirosis. Informasi yang didapat dari biopsi kemudian digunakan untuk membantu menentukan prognosis (perjalanan dan hasil akhir) dari penyakit dan begitu juga keperluan untuk perawatan anti-virus.
Kemajuan Alami atau Perjalanan Hepatitis B Kronis
Suatu infeksi virus hepatitis B dapat maju/berkembang dari suatu tahap toleran imun (dimana sistim imun mengabaikan virus), melalui suatu tahap pembersihan imun (dimana sistim imun mencoba untuk mengeliminasi virus), ke suatu tahap diam (dimana virus tidak aktif). Perjalanan hepatitis B kronis, bagaimanpun, bervariasi dan berhubungan dengan beberapa faktor-faktor, termasuk umur pasien waktu infeksi mulai. Jadi, perjalanan virus hepatitis B pada orang-orang yang terinfeksi pada umur yang muda adalah sunguh berbeda dari mereka yang terinfeksi dalam kedewasaannya. Akhirnya, bagaimanapun, perjalanan tergantung sebagian besar dari interaksi atau keseimbangan antara sistim imun dan virus.
Tahap Toleran Imun
Untuk individu-individu yang terinfeksi pada saat umur muda (contohnya, anak-anak yang dilahirkan di Asia Tenggara atau Afrika sub-Sahara), sistim imun pada awalnya tidak mengenali atau bereaksi pada virus hepatitis B. Tahap infeksi ini dikenal sebagai tahap toleran imun karena sistim imun tampaknya mentolerir virus. Banyak faktor-faktor mungkin bertanggung jawab untuk toleransi ini. Untuk satu hal, sistim imun dipaparkan pada virus hepatitis B ketika sistim imun masih belum dewasa/matang dan, oleh karenanya, mungkin tidak mampu untuk mengenali virus hepatitis B sebagai material asing. Untuk hal yang lain, virus mungkin mengungkapkan/menyatakan dirinya dalam sel-sel hati selama tahun-tahun awal infeksi berbeda (contohnya, lebih tidak nyata) daripada tahun-tahun kemudian infeksinya.
Selama tahap toleran imun, sedikit atau tidak ada kerusakkan dilakukan pada hati meskipun adanya tingkat-tingkat virus yang tinggi dalam tubuh. Lebih dari itu, tes-tes darah hati adalah normal dan orang yang dipengaruhinya tidak mempunyai gejala-gejala. Tahap ini secara khas berlangsung bertahun-tahun, bahkan sampai dua atau tiga dekade. Hasil-hasil dari tes-tes darah virus hepatitis B selama tahap ini adalah HBsAg positif, HBeAg positif, dan virus hepatitis B DNA positif. Adalah penting untuk mengetahui bahwa tahap toleran imun biasanya tidak terlihat pada individu-individu yang terinfeksi selama masa dewasa, seperti yang biasanya terjadi di Amerika Utara dan Eropa Barat.
Tahap Pembersihan Imun
Tahap pembersihan imun mulai selama dekade ke-3 sampai ke-4 dari suatu infeksi virus hepatitis B yang didapat waktu masa kanak-kanak. Sistim imun pada pasien-pasien ini tidak lagi mengabaikan infeksi virus. Suatu infeksi virus hepatitis B yang didapat pada masa dewasa, berlawanan dengannya, biasanya mulai dengan tahap pembersihan imun. Pada tahap ini, sistim imun menyerang dan melukai sel-sel hati yang terinfeksi virus hepatitis B. Tahap ini disebut tahap pembersihan imun karena sistim imun mencoba untuk membersihkan atau mengeliminasi virus. Namun, karena luka hati yang berlawanan asas yang terjadi selama tahap ini, tes-tes darah hati standar adalah abnormal (meningkat), terutama ALT dan AST. Sebagai tambahan, biopsi hati mungkin menunjukkan luka hati (peradangan) yang signifikan dan pembentukan luka parut (fibrosis). Keparahan dari perusakkan sel hati dan durasi tahap ini menentukan apakah individu-individu mengembangkan penyakit hati yang signifikan atau bahkan sirosis (luka parut hati yang berat). Lebih parah kerusakkan dan lebih lama tahap, lebih mungkin pengembangan sirosis.
Tahap Diam
Setelah tahap pembersihan imun, infeksi virus masuk tahap diam (diam, tidur, atau tidak aktif). Tingkat-tingkat viris hepatitis B menjadi sangat rendah, tes-tes darah hati standar adalah mendekati normal atau normal, dan sedikit atau tidak ada sel-sel hati yang luka (meradang) terlihat pada biopsi hati. Fibrosis yang telah lanjut atau sirosis yang mungkin telah berkembang lebih awal, bagaimanapun, menetap. Pada tahap diam, individu akan hampir selalu tetap HBsAg positif, menandakan kehadiran infeksi virus hepatitis B yang sedang berlangsung. Pada saat ini, bagaimanapun, penanda-penanda (markers) dari reproduksi virus (HBeAg dan hepatitis B virus DNA) menjadi negatif dan anti-HBe (menandakan suatu keadaan yang lebih tidak aktif dari virus dan lebih tidak berisiko menularkan) menjadi positif.
Pengaktifan-pengaktifan kembali (flares) dan Kemajuan Hepatitis B selam tahap diam
Adakalanya, selama tahap diam, virus dapat menjadi aktif kembali. Pengaktifan kembali seringkali dikaitkan dengan gejala-gejala, tes-tes darah hati yang abnormal, dan luka pada hati. Flares disebabkan olah suatu gangguan dalam keseimbangan yang lembut antara sistim imun dan virus. Mereka dapat menjadi sangat parah dan berakibat pada luka parut hati yang lebih jauh. Pria-pria Asia yang berumur 40 tahun lebih adalah terutama berisiko mendapatkan pengaktifan kembali (flare) dari penyakit virus hepatitis B mereka. Faktanya, penyakit pada banyak individu-individu ini akan maju ke sirosis dan akhirnya ke sirosis yang telah lanjut atau stadium akhir sirosis, dengan komplikasi-komplikasi yang berkaitan dengannya, termasuk kanker hati.
Kemajuan ke sirosis, bagaimanapun, adalah tersembunyi/membahayakan pada kebanyakan incividu-individu dengan virus hepatitis B. Ini berarti bahwa kondisinya maju dengan sedikit atau tidak ada gejala-gejala untuk mengindikasikan keseriusan penyakit. Sekali sirosis terjadi, risiko mengembangkan komplikasi-komplikasi utama dari hipertensi portal (penahanan cairan, hepatic encephalopathy, atau perdarahan dari varices-varices kerongkongan) adalah kira-kira 20 sampai 25% melalui 5 tahun. Yang lebih dari itu, risiko mengembangkan kanker hati primer (hepatocellular carcinoma) adalah kira-kira 200 sampai 300 kali lebih tinggi daripada individu-individu yang sehat tanpa infeksi virus hepatitis B.
Pengidap-Pengidap Sehat Virus Hepatitis B
Individu-individu yang terinfeksi virus hepatitis B yang mempunyai suatu tahap pembersihan imun yang singkat dan ringan sebelum bergerak ke tahap diam cenderung melakukannya sangat baik. Ini berarti bahwa mereka mempunyai tes-tes hati yang normal dan tidak mempunyai gejala-gejala. Mereka dikenal sebagai pembawa-pembawa sehat (healthy carriers) virus hepatitis B. Pembawa-pembawa sehat, bagaimanapun, dapat menularkan infeksi virus hepatitis B kepada yang lain-lainnya. Risiko pembawa-pembawa virus hepatitis B mengembangkan sirosis dan kanker sel hati adalah sangat kecil, meskipun risikonya adalah sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang tanpa infeksi virus hepatitis B kronis. Jarang, pembawa-pembawa sehat secara spontan menjadi HBsAg negatif (menandakan suatu ketidakhadiran dari infeksi virus hepatitis B yang sedang berlangsung), meskipun ini hanya terjadi pada individu-individu yang mendapat virus hepatitis B pada masa dewasanya.
Obat-Obat Yang Digunakan Untuk Merawat Hepatitis B
Infeksi Akut
Infeksi akut dengan hepatitis B biasanya tidak memerlukan perawatan. Pada kasus-kasus yang jarang, bagaimanapun, infkesi mungkin menyebabkan kegagalan hati yang mengancam nyawa. Pasien-pasien dengan kegagalan hati yang disebabkan oleh hepatitis B akut harus dievaluasi untuk transplantasi hati. Studi-studi kecil menyarankan bahwa obat lamivudine (Epivir) mungkin efektif dalam setting ini.
Infeksi Kronis
Jika seorang terinfeksi secara kronis dengan hepatitis B dan mempunyai sedikit tanda-tanda atau gejala-gejala dari komplikasi-komplikasi, obat-obat biasanya tidak digunakan. Pasien-pasien ini diamati secara hati-hati dan diberikan tes-tes darah periodik. Satu tes mengukur 'viral load', yaitu, jumlah dari viral DNA dalam darah. Dokter-dokter akan merekomendasikan perawatan jika ada tanda-tanda bahwa virus mulai menyebabkan kerusakan atau jika viral load tinggi. Alasan lain untuk meresepkan obat adalah jika pasien mempunyai tes yang positif untuk Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah. HBeAg berhubungan dengan risiko yang meningkat dari kemajuan penyakit hati dan komplikasi-komplikasinya.
Pada hepatitis B kronis, tujuan dari perawatan adalah untuk mengurangi risiko dari komplikasi-komplikasi termasuk sirosis dan gagal hati. Bagaimanapun, itu memakan waktu berdekade-dekade untuk komplikasi-komplikasi terjadi, yang membuatnya sulit untuk mempelajari efek dari obat-obat. Sebagai pengganti untuk menunggu bertahun-tahun untuk menemukan apa yang terjadi, ilmuwan-ilmuwan telah menggunakan tes-tes seperti viral load atau tes-tes fungsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obatnya bekerja. Ini logis karena diketahui bahwa orang-orang yang mempunyai jumlah-jumlah yang besar dari virus dalan darah mereka berada pada risiko yang paling tinggi untuk mendapat sirosis. Sampai dengan satu pertiga dari orang-orang dengan viral loads yang sangat tinggi (lebih dari satu juta viral copies per mililiter darah) akan mengembangkan sirosis melalui satu dekade, dibanding pada hanya 4.5% dari mereka dengan viral loads yang rendah (lebih sedikit dari 300 viral copies per mililiter).
Obat-obat dapat mengurangi jumlah dari virus-virus dalam tubuh dan mungkin mampu untuk mengeliminasi virus dari aliran darah. Secara logis, ini harus menjurus pada mereka untuk mempunyai angka yang rendah dari kemajuan ke sirosis (<1% per tahun), meskipun studi-studi yang besar dan berjangka panjang masih belum dilakukan. Bahkan pada orang-orang yang menghapuskan virus dari darah mereka, jumlah-jumlah yang rendah dari virus-virus tetap hidup dalam hati dan sel-sel lain. Jadi, obat-obat tidak menyembuhkan penyakit, namun mereka dapat mencegah atau menunda komplikasi-komplikasi dan gejala-gejala. Orang-orang yang mempunyai respon yang baik pada perawatan tetap dapat menularkan virus. Dokter-dokter mengikuti tes-tes darah yang mengukur viral load dan fungsi hati dan mereka mungkin merekomendasikan biopsi-biopsi hati untuk mengevaluasi apakah obat-obat bekerja.
Obat-obat yang sekarang dalam penggunaan untuk hepatitis B kronis termasuk interferons dan nucleoside/nucleotide analogues. Agent-aget baru sedang dikembangkan meskipun mereka masih dibawah penyelidikan dan dipertimbangkan sebagai bersifat percobaan. Tidak ada petunjuk-petunjuk yang diterima yang memberitahukan bagaimana setiap pasien harus dirawat. Sebagai akibatnya, perawatan dibedakan dari orang ke orang.
Interferon
Interferon-alpha telah digunakan untuk merawat hepatitis B untuk lebih dari 20 tahun. Interferon-alpha adalah protein yang terjadi secara alami yang dibuat dalam tubuh oleh sel-sel darah putih untuk melawan infeksi-infeksi virus. Sebagai tambahan pada efek-efek anti virus langsungnya, interferon bekerja melawan virus hepatitis B dengan menstimulasi sistim imun tubuh untuk membersihkan virus. Dibanding pada agent-agent interferon alpha yang lebih lama, pegylated interferon alpha, dipasarkan sebagai Pegasys atau Pegintron, mempunyai jadwal pendosisan yang lebih menyenangkan, mungkin sedikit lebih efektif dan menekan virus-virus untuk periode waktu yang lebih lama. Pegylated interferon alpha diberikan sekali setiap minggu untk 48 minggu.
* Pengurangan yang signifikan dalam viral load atau eliminasi dari DNA virus yang dapat dideteksi dari darah terjadi pada duapertiga dari orang-orang selama perawatan.
* Tes-tes darah untuk fungsi-fungsi hati kembali normal pada kira-kira 40% orang-orang yang dirawat dengan interferon.
* Orang-orang yang mempunyai kelainan-kelainan yang signifikan dalam fungsi hati sebelum terapi lebih mungkin merespon pada perawatan.
* Mereka yang mempunyai tes-tes darah hati yang normal sebelum perawatan kurang mungkin merespon pada terapi interferon.
* Hasil-hasil biopsi hati menunjukan perbaikan pada kira-kira sepertiga dari pasien-pasien.
Hanya 27%-32% dari orang-orang yang mempunyai Hepatitis B e-antigen (HBeAg) dalam darah mereka akan mampu untuk mengeliminasi HBeAg dan menghasilkan antibodi-antibodi terhadap HBe antigen setelah perawatan dengan interferon. Kekambuhan mungkin terjadi setelah perawatan dihentikan.
Respon yang mendukung (viral load yang tidak dapat dideteksi dalam darah, tes-tes fungsi hati yang normal) terjadi pada kira-kira 15% sampai 30% dari pasien-pasien setelah obat dihentikan. Meskipun ini bukan penyembuhan (beberapa virus tetap hidup dalam hati dan ditempat lain), orang-orang dengan respon yang mendukung berada pada risiko yang rendah untuk komplikasi-komplikasi dari penyakit hati. Jika sistim imun dari respon dikompromikan, contohnya melalui penggunaan dari steroids atau memperoleh HIV, penyakit dapat berulang. Pengamatan periodik dari tes-tes darah dapat membantu menkonfirmasi bahwa respon berlanjut dipertahankan.
Efek-Efek Sampingan Interferon
Interferon menyebabkan beberapa efek-efek sampingan termasuk:
* kelelahan, sakit-sakit otot keseluruhan, demam, kedinginan dan kehilangan nafsu makan. Gejala-gejala seperti flu ini terjadi pada kira-kira 80% dari pasien-pasien yang dirawat;
* turun naiknya suasana hati, depresi, ketakutan dan efek-efek neuropsychiatric lain mungkin terjadi; dan
* kelainan-kelainan kelenjar tiroid yang berakibat ada hypothyroidism (terlalu sedikit hormon tiroid);
* penindasan yang signifikan dari sumsum tulang dan produksi dari sel-sel darah;
* infeksi;
* atau kehilangan rambut (rontok) mungkin terjadi.
Efek-efek sampingan mungkin cukup parah sehingga pasien tidak mampu untuk meneruskan perawatan. Selama perawatan, respon imun normal pada virus distimulasi dan mungkin menyebabkan perburukan peradangan dalam hati. Ini normalnya adalah sinyal yang baik yang menunjukan bahwa interferon bekerja, namun respon-respon yang lebih ekstrim mungkin pada kasus-kasus yang jarang menyebabkan kegagalan hati. Jadi, dokter-dokter akan memonitor tes-tes darah secara ketat selama terapi. Orang-orang dengan penyakit hati yang tidak stabil yang disebabkan oleh sirosis biasanya harus tidak mengambil interferon karena risiko yang meningkat dari kegagalan hati.
Nucleoside/Nucleotide Analogues
Nucleoside/nucleotide analogues (NAs) adalah kimia-kimia yang dibuat manusia yang meniru nucleosides dan nucleotides yang digunakan untuk membuat DNA. Ketika virus mencoba untuk menggunakan analogues untuk membuat DNAnya sendiri, ia tidak mampu untuk membuat DNA dan, oleh karenanya, tidak dapat reproduksi. Contoh-contoh dari agent-agent ini termasuk adefovir (Hepsera), entecavir (Baraclude), lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), telbivudine (Tyzeka) dan tenofovir (Viread).
* Pada pasien-pasien yang mempunai HBeAg dalam darah mereka, NAs mengurangi viral load, meyebabkan virus menjadi tidak terdeteksi pada 21% sampai 67% dari pasien-pasien.
* Normalisasi dari tes-tes darah hati terjadi pada 40% sampai 77%, dan kehilangan dari HBeAg terjadi pada kira-kira 12% sampa 22% dari kasu-kasus setelah satu tahun perawatan.
* Hasil-hasil adalah lebih baik pada pasien-pasien yang tidak mempunyai HBeAg dalam darah mereka, dengan 50% sampai 90% mempunyai virus yang tidak dapat terdeteksi dan 60% sampai 80% mempunyai normalisasi dari tes-tes fungsi hati.
Pada studi tahun 2004 pada orang-orang yang telah mempunyai sirosis dari hepatitis B, perawatan dengan lamivudine memotong risiko kanker hati dan kegagalan hati yang progresif dengan lebih dari 50%. NAs yang lebih baru seperti entecavir (Baraclude) dan telbivudine (Tyzeka) nampak mempunyai angka-angka respon yang lebih tinggi daripada agent-agent yang lebih lama seperti lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), namun ada lebih sedikit pengalaman dengan NAs ini.
Sayangnya, virus hepatitis B mungkin menjadi resisten pada NAs melalui waktu (lihat bawah). Adefovir mungin efektif terhadap strain-strain dari virus yang telah menjadi resisten pada lamivudine dan mungkin ditambahkan pada lamivudine jika resisten nampak. Hanya mengubah dari satu NA ke lainnya tidak direkomendasikan karena ini menjurus pada starin-strain virus yang resisten pada banyak obat-obat.
Sekarang ini, durasi yang optimal dari perawatan dengan nucleoside/nucleotide analogues tidak pasti. Orang-orang dengan HBeAg mungkin dirawat sampai enam bulan setelah HBeAg menghilang dari darah dan digantikan oleh antibodi-antibodi (anti-HBe), jika ini terjadi. Pada orang-orang tanpa HBeAg, titik-titik akhir adalah kurang jelas. Beberapa ahli-ahli mendukung perawatan hingga viral load (viral DNA) tidak terdeteksi dan surface antigen (HbsAg) telah dibersihkan dari darah. Yang lain-lain menyarankan meneruskan obat-obat untuk periode-periode yang berkepanjangan untuk menekan virus. Semua dari strategi-strategi ini dihambat oleh risiko dari virus menjadi resisten pada obat-obat. Pasien-pasien yang menghentikan perawatan dengan NAs harus dimonitor secara hati-hati untuk hepatitis yang berulang, yang mungkin adalah parah.
Mengapa Virus Hepatitis B Menjadi Resisten Terhadap Nucleoside/Nucleotide Analogues ?
Tantangan utama yang berhubungan dengan terapi jangka panjang dengan NAs adalah perkembangan dari resisten virus pada NAs. Resisten ini berakibat dari perubahan (mutasi) dalam materi genetik virus.
* Untuk lamivudine (Epivir-HBV, Heptovir, Heptodin), kejadian dari resisten adalah 25% setelah satu tahun dan setinggi 50% setelah tiga tahun perawatan.
* Dengan telbivudine (Tyzeka), angka-angka resisten adalah 5% sampai 11% setelah satu tahun.
Oleh karenanya, beberapa petunjuk-petunjuk tidak merekomendasikan lamivudine atau telbivudine sendirian sebagai perawatan pertama untuk hepatitis B kronis.
Untuk NAs lain seperti adefovir (Hepsera), resisten adalah kurang umum setelah satu tahun terapi namun meningkat sampai 30% setelah lima tahun. Hasil-hasil awal dengan entecavir (Baraclude) menyarankan bahwa resisten mungkin tidak umum dengan agnet ini. Jika resisten terjadi, viral load mungkin naik atau tes-tes darah hati mungkin menjadi abnormal.
Adakah Perawatan Yang Lebih Disukai Untuk Hepatitis B Kronis ?
Tidak ada petunjuk-petunjuk yang jelas untuk merekomendasikan agent mana yang digunakan pertama dalam merawat hepatitis B kronis. Interferon diberikan untuk periode waktu yang tertentu dan mungkin mempunyai respon yang lebih berkepanjangan setelah obat-obat dihentikan daripada NAs. Bagaimanapun, interferon diberikan sebagai suntikan, dan efek-efek sampingan seringkali menyusahkan. NAs diberikan sebagai pil dan mempunyai sedikit efek-efek sampingan, namun durasi perawatan tidak jelas, dan terapi yang berkepanjangan mungkin diperlukan. NAs mungkin disukai pada pasien-pasien dengan penyakit yang tidak stabil dan sirosis karena mereka diperkirakan kurang mungkin menyebabkan flare-flare yang serius dari hepatitis dengan penyakit hati yang lebih parah.
Efek-efek Alkohol Pada Virus Hepatitis B
Pecandu-pecandu minuman alkohol yang juga mempunyai virus hepatitis B kronis mempunyai suatu risko yang lebih besar mengembangkan sirosis dan kanker hati primer (hepatocellular carcinoma) daripada orang-orang yang sakit karena terlalu banyak minum alkohol atau virus hepatitis B kronis sendirian. Selain itu, studi-studi pada pasien-pasien dengan hepatitis C kronis (keadaan yang sangat tidak sama) telah menunjukan bahwa meminum bahkan tidak belebihan dikaitkan dengan luka parut yang lebih banyak dan suatu kemajuan ke sirosis yang lebih cepat dibandingkan dengan pasien-pasien virus hepatitis C yang tidak minum alkohol. Sayangnya, informasi perbandingan dari efek-efek meminum jumlah-jumlah alkohol yang sedang pada perjalanan hepatitis B kronis masih tidak tersedia. Meskipun demikian, pasien-pasien dengan hepatitis B kronis harus membatasi atau, dengan analogi pada hepatitis C, menghentikan konsumsi alkoholo mereka.
Efek-Efek Obat-Obat Penekan Imun Pada Virus Hepatitis B
Pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis B kronis harus hati-hati dengan konsumsi segala obat-obat yang menekan sistim imun (immunosuppressants) karena obat-obat ini mengurangi respon imun tubuh terhadap virus. Contoh-contoh dari immunosuppressants adalah prednisone yang digunakan untuk merawat banyak penyakit, termasuk asma, penyakit peradangan usus besar, dan tipe-tipe tertentu dari penyakit kulit dan arthritis; methotrexate, yang digunakan untuk merawat tipe-tipe tertentu penyakit kulit , arthritis, dan kanker; atau cyclophosphamide, yang digunakan untuk merawat beberapa kanker-kanker. Immunosuppressants dapat berakibat pada luka hati yang berat dan bahkan gagal hati pada pasien-pasien dengan infeksi virus hepatitis B kronis. Apa yang terjadi selama penekanan imun adalah bahwa virus hepatitis B mampu untuk ber-reproduksi secara bebas. (Mengukur hepatitis B virus DNA dapat memonitor reproduksi virus). Kemudian, ketika obat penekan imun ditarik, suatu peningkatan respon imun pada tingkat-tingkat virus yang tinggi dalam sel-sel hati menyebabkan luka hati yang berat.
Definisi Hepatitis Delta
Virus hepatitis delta (HDV) adalah suatu virus RNA, berarti bahwa material genetiknya terbentuk dari ribonucleic acid. Ia adalah suatu virus kecil yang memerlukan virus hepatitis B untuk hidup terus (survive). HDV tidak dapat hidup terus pada dirinya sendiri karena ia memerlukan amplop virus hepatitis B (HBsAg) untuk memungkinkan ia menginfeksi sel-sel hati. Cara-cara HDV ditularkan atau disebarkan, yaitu, dengan paparan pada darah yang tercemar, terutama penggunan obat secara intra vena, dan dengan kontak seksual, adalah pada dasarnya sama seperti untuk virus hepatitis B.
Virus hepatitis B akut dan hepatitis delta akut dapat diperoleh pada waktu yang bersamaan, yang berakibat pada suatu bentuk yang lebih berat dari hepatitis akut. Kebanyakan dari pasien-pasien ini, bagaimanapun, akan membersihkan kedua virus hepatitis B dan virus hepatitis delta sesudah itu. Individu-individu yang telah mempunyai hepatitis B kronis dapat memperoleh hepatitis delta akut. Individu-individu ini, bagaimanapun, biasanya akan terus mengembangkan infeksi hepatitis delta kronis diatas infeksi hepatitis B kronisnya. Lebih jauh, individu-individu yang mempunyai infeksi hepatitis delta kronis (dan ,menurut definisi, infeksi virus hepatitis B kronis) akan hampir selalu mengembangkan sirosis secara cepat.
Hepatitis delta kronis dengan infeksi yang berbarengan dengan infeksi virus hepatitis B kronis adalah sangat sulit untuk dirawat. Pasien-pasien ini memerlukan paling sedikit satu tahun terapi interferon. Meski demikian, kebanyakan pasien-pasien yang dirawat akan mempunyai suatu kekambuhan setelah interferon dihentikan. Lebih jauh, lamivudine (3TC) tidak mempunyai efek pada virus hepatitis delta.
Infeksi Yang Berbarengan (Co-Infection) Dari Virus Hepatits B Dengan Virus Hepatitis C
Sekitar 10% dari pasien-pasien virus hepatitis B kronis terinfeksi berbarengan dengan virus hepatitis C kronis (HCV). Virus hepatitis C lebih sering ditularkan dengan penggunaan obat secara intra vena daripada kontak seksual. Infeksi berbarengan dengan virus hepatitis B dan virus hepatitis C, oleh karenanya, biasanya (namun tidak secara eksklusif) terlihat diantara pengguna-pengguan obat secara intra vena. Pada infeksi berbarengan (co-infection) ini, biasanya satu dari dua infeksi-infeksi ini mendominasi. Contohnya, jika seorang pasien yang diinfeksi berbarengan mepunyai suatu tingkat virus hepatitis B yang tinggi, tingkat virus hepatitis C umumnya adalah rendah. Pada sisi lain, infeksi virus hepatitis B biasanya tidak aktif pada pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan dengan tingkat-tingkat virus hepatitis C yang tinggi. Terapi anti-virus, oleh karenanya, harus diarahkan melawan infeksi yang dominan.
Yang Terjadi Pada Infeksi Yang Berbarengan dari Virus Hepatits B Dengan HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) dan virus hepatitis B ditularkan pada dasarnya dengan cara yang sama. Kedua virus-virus ditularkan dengan kontak seksual dan paparan pada darah yang tercemar, termasuk penggunaan obat secara intra vena. Tidak mengherankan, oleh karenanya, penanda-penanda (markers) tes darah dari infeksi virus hepatitis B yang lalu atau sekarang ditemukan pada sebanyak 80% dari pasien-pasien dengan AIDS. Selain itu, kira-kira 10% dari pasien-pasien AIDS adalah pembawa-pembawa (carriers) virus hepatitis B; yaitu, mereka mempunyai suatu tes darah HBsAg positif. Memperhatikan co-infection ini dengan cara lain, kira-kira 10% dari pasien-pasien dengan virus hepatitis B kronis juga terinfeksi dengan HIV.
Individu-individu dengan HIV yang mengidap hepatitis B akut lebih mungkin mengembangkan hepatitis B kronis daripada individu-individu yang hanya mengidap hepatitis B akut tanpa HIV. Alasan untuk ini mungkin adalah bahwa penekanan imun yang disebabkan oleh HIV mengurangi kemampuan sistim imun untuk membersihkan virus hepatitis B. Lebih jauh, mungkin untuk alasan yang sama, pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan lebih tidak mungkin untuk menjalankan suatu kehilangan HBeAg dan hepatitis B virus DNA secara spontan dibandingkan dengan pasien-pasien hanya dengan virus hepatitis B sendiri saja. Kalau tidak, bagaimanapun, dampak infeksi HIV pada perjalanan alami dari hepatitis B kronis tidak dimengerti dengan baik. Contohnya, studi-studi lebih awal menemukan bahwa pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan dengan virus hepatitis B dan virus HIV mempunyai tingkat-tingkat virus hepatitis B yang lebih tinggi, tes-tes hati yang kurang abnormal (serum ALT dan AST), dan kelainan-kelainan yang ringan pada suatu biopsi hati dibanding pada pasien-pasien yang hanya terinfeksi dengan virus hepatitis B saja. Studi-studi yang lebih akhir ini, bagaimanapun, telah mendebatkan penemuan-penemuan ini.
Sebelum tersedianya highly active anti-retroviral therapy (HAART) untuk infeksi HIV, pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan virus hepatitis B dan HIV mengalah pada komplikasi-komplkasi AIDS. Sekarang, dengan sukses dari kombinasi-kombinasi anti-virus ini untuk HIV, pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan hidup lebih lama dan, oleh karenanya, mengembangkan komplikasi-komplikasi penyakit hati virus hepatitis B mereka. Selain itu, pada infeksi berbarengan HIV dan virus hepatitis B, infeksi virus hepatitis B merespon lebih kurang baik pada perawatan dengan interferon-alpha daripada pada infeksi virus hepatitis B sendiri saja.
Beberapa dari obat-obat yang dikembangkan untuk memperlambat reproduksi HIV (lamivudine, adefovir, dan lobucavir) adalah juga efektif melawan virus hepatitis B. Sesuai dengan itu, banyak pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan yang menerima lamivudine sebagai bagian dari cara HAART mereka telah mengembangkan varian YMDD dari virus hepatitis B. Adalah penting, oleh karenanya, untuk mengantisipasi kemungkinan suatu perburukan virus hepatitis B jika lamivudine dihentikan sewaktu suatu penyesuaian dari suatu cara HAART pada pasien-pasien yang terinfeksi berbarengan HIV dan virus hepatitis B.
Peran Pencangkokan Hati Pada Infeksi Hepatits B
Sejak pertengahan tahun 1980, pencangkokan hati telah menjadi suatu perawatan yang diterima untuk gagal hati akut dan stadium akhir sirosis. Sesuai dengan itu, pasien-pasien dengan gagal hati (hepatik) fulminant (tiba-tiba, cepat, dan berat) dari hepatitis B akut dengan atau tanpa infeksi hepatitis delta adalah calon-calon potensial untuk suatu pencangkokan hati. Juga, pasien-pasien dengan sirosis yang telah lanjut yang mengalami komplikasi-komplikasi sirosis yang tidak dapat dikendalikan atau kanker-kanker hati yang kecil mungkin adalah calon-calon untuk pencangkokan hati. Kasus-kasus dari infeksi hepatitis B bertanggung jawab untuk 7% dari pencangkokan-pencangkokan hati yang dilaksanakan di Amerika.
Sebelum awal tahun 1990, virus hepatitis B timbul kembali pada hati donor dalam hampir 90% dari pasien-pasien yang menjalankan pencangkokan hati untuk penyakit hati virus hepatitis B. Faktanya, selama tahun-tahun itu, separuh dari pasien-pasien dengan hepatitis B yang menjalankan pencangkokan hati meninggal dalam dua tahun karena kekambuhan infeksi hapatitis. Lebih akhir-akhir ini, bagaimanapun, terapi pencegahan dengan kedua HBIG dan lamivudine telah diberikan untuk mencegah kekambuhan virus hepatitis B. Perawatan ini telah menjurus pada suatu kelangsungan hidup diantara pasien-pasien virus hepatitis B setelah pencangkokan yang sekarang sebanding (kira-kira 75% hidup terus setelah 5 tahun) dengan pasien-pasien dengan penyakit hati lain yang menjalani pencangkokan hati.
Pasien-pasien dengan reproduksi virus hepatitis B yang aktif pada waktu pencangkokan hati adalah yang paling mungkin untuk mengembangkan suatu kekambuhan virus hepatitis B setelah pencangkokan. Sesuai dengan itu, pasien-pasien dengan reproduksi yang aktif (tingkat-tingkat hepatitis B virus DNA yang tinggi dalam darah) pada waktu pencangkokan ditempatkan pada terapi lamivudine secara tak terbatas. Pasien-pasien ini seringkali mengalami suatu perbaikan kondisi klinisnya (mereka merasa lebih baik) yang berkaitan dengan penekanan reproduksi virus dari lamivudine.
Sebagai tambahan, pada saat pencangkokan, dosis-dosis besar HBIG diberikan. HBIG diberikan ketika hati yang sakit diangkat, sebelum hati donor ditempatkan pada penerima. Tujuan dari memberikan HBIG pada waktu yang tertentu ini adalah mendapatkan antibodi-antibodi yang mengikat pada atau menjerat partikel-partikel virus hepatitis B yang beredar, dan dengan demikian mencegah virus dari menginfeksi hati yang baru (donor). HBIG diberikan setiap hari untuk enam hari dan kemudian setiap tiga sampai empat minggu. Kebanyakan pasien-pasien akan menerima kombinasi lamivudine dan HBIG untuk sisa hidupnya. Strategi yang menggunakan dua agent ini telah mengurangi kekambuhan virus hepatitis B menuju kurang dari 10% setelah suatu pencangkokan. Berlawanan dengannya, angka kekambuhan virus hepatitis B adalah kira-kira 30% ketika hanya menggunakan HBIG sendirian dan kira-kira 75% ketika menggunakan lamivudine sendirian. Persoalan-persoalan dengan terapi HBIG adalah biaya tingginya dan ketersediaannya yang terbatas.
Yang Dapat Diperbuat Untuk Mencegah Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit yang dapat dicegah. Terpenting, praktek-praktek perlindungan spesifik harus dipromosikan untuk menghindari risiko penularan virus secara seksual atau oleh darah yang tercemar. Sebagai tambahan, dua tipe dari immunoprophylaxis (pencegahan dengan metode-metode imunologi) tersedia untuk mencegah virus hepatitis B. Yang satu adalah perlindungan pasif, dimana antibodi-antibodi terhadap virus hepatitis B diberikan kepada pasien. Yang lainnya adalah perlindungan aktif, atau vaksinasi, yang menstimulasi tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodinya sendiri.
Keefektifan Hepatitis B Immune Globulin (HBIG) Dalam Mencegah Hepatitis B
Pada metode perlindungan pasif, anti-Hbs, yang adalah antibodi-antibodi spesifik terhadap HBsAg diberikan. Preparat yang tersedia dari antibodi-antibodi sepesifik dikenal sebagai hepatitis B immune globulin atau HBIG (BayHep B). HBIG terbentuk dari plasma (suatu produk darah) yang diketahui mengandung suatu konsentrasi yang tinggi dari antibodi-antibodi permukaan hepatitis B (hepatitis B surface). Perlindungan pasif biasanya diberikan setelah suatu paparan pada virus untuk mencegah seorang yang peka memperoleh virus hepatitis B. Jika diberikan dalam 10 hari dari paparan pada virus, HBIG adalah hampir selalu berhasil dalam mencegah infeksi virus hepatitis B. Bahkan jika diberikan sedikit lebih telat, bagaimanapun, HBIG mungkin mengurangi keparahan dari suatu infeksi virus hepatitis B. Perlindungan terhadap virus hepatitis B berlangsung/bertahan untuk kira-kira tiga minggu setelah HBIG diberikan. Tidak ada kasus-kasus yang didokumentasikan dari penularan HIV yang telah dikaitkan dengan pemberian HBIG.
Keefektifan Vaksinansi Untuk Hepatitis B
Untuk perlindungan aktif, atau vaksinasi, suatu antigen virus hepatitis B virus yang tidak berbahaya diberikan untuk menstimulasi sistim imun tubuh untuk menghasilkan antibodi-antibodi yang melindungi terhadap virus hepatitis B. Vaksin dengan demikian mencegah infeksi virus hepatitis B. Vaksin-vaksin virus hepatitis B yang pertama diturunkan dari plasma yang disatukan (gabungan) yang diperoleh dari orang-orang dengan tingkat-tingkat HBsAg yang tinggi. Vaksin-vaksin yang sekarang tersedia di Amerika dibuat (disintesis) menggunakan teknologi penggabungan-ulang (recombinant) DNA (menggabungkan segmen-segmen DNA). Vaksin-vaksin recombinant hepatitis B ini (Energix-B dan Recombivax-HB) dikonstrusikan mengandung hanya bagian dari HBsAg yang sangat berpotensi dalam menstimulasi sistim imun untuk menghasilkan anti-HBs. Vaksin tidak mengandung komponen virus lainnya dan adalah tidak menular (tidak menyebabkan infeksi).
Vaksin hepatitis B diberikan sebagai suatu rangkaian dari tiga suntikan-suntikan intramuskular. Untuk efek yang maksimal, vaksin harus disuntikan pada otot deltoid (pundak) pada dewasa-dewasa. Lebih dari 95% dari anak-anak dan anak-anak remaja, dan lebih dari 90% dari dewasa-dewasa yang muda dan sehat mengembangkan antibodi-antibodi (anti-HBs) yang memadai dalam responnya pada rangkaian dari tiga dosis yang direkomendasikan. Suatu kekurangan respon pada vaksin-vaksin hepatitis B tampaknya ditentukan oleh gen-gen warisan (diturunkan) yang spesifik dari individu yang mempengaruhi produksi antibodi-antibodi tertentu dari tubuh. Orang-orang yang merespon dengan antibodi-antibodi yang memadai pada vaksin hepatitis B terlindung terhadap hepatitis B. Sebagai tambahan, mereka, oleh karenanya, terlindung terhadap penyakit-penyakit yang tergantung dari virus hepatitis B, seperti hepatitis B kronis, sirosis virus hepatitis B dan komplikasi-komplikasinya (termasuk kanker hati hepatitis B), polyarteritis nodosa, dan hepatitis delta.
Komite Penasehat pada Praktek-Praktek Imunisasi pada Pusat-Pusat Pengontrolan Penyakit merekomendasikan vaksinasi hepatitis B untuk setiap orang berumur 18 tahun atau lebih muda, dan untuk dewasa-dewasa yang berumur lebih dari 18 tahun yang berada pada risiko yang meningkat untuk infeksi virus hepatitis B. Vaksinasi hepatitis B telah direkomendasikan sebagai suatu vaksinasi untuk bayi-bayi sejak 1991 dan untuk remaja-remaja sejak 1995. Dewasa-dewasa yang berada pada risiko yang meningkat untuk infeksi virus hepatitis B, dan mereka, oleh karenanya, harus menerima vaksin termasuk: heteroseksual-heteroseksual yang aktif secar seksual dengan lebih dari satu pasangan seksualnya dalam waktu sebelum enam bulan atau suatu sejarah dari suatu penyakit yang ditularkan secara seksual; pria-pria yang mempunyai hubunga seksual dengan pria-pria; pengguna-pengguna dari obat-obat suntikan yang ilegal (terlarang); orang-orang dengan suatu risiko infeksi dari pekerjaannya (contohnya, pekerja-pekerja pelayanan kesehatan); pasien-pasien hemodialysis; kontak-kontak rumah tangga dan seksual dari orang-orang dengan infeksi virus hepatitis B kronis; dan penghuni-penghuni dan staf dari institusi-institusi kejiwaan dan penjara-penjara.
Kebanyakan orang-orang dengan fungsi imun yang normal yang merespon secara memadai pada rangkaian 3-dosis vaksin hepatitis B akan mungkin tetap terlindungi secara tidak terbatas. Contohnya, mereka terlindungi bahkan ketika tingkat-tingkat anti-HBs dalam darah, yang secara normal berkurang secara perlahan dalam waktu bertahun-tahun, menjadi begitu rendah sehingga mereka tidak terdeteksi oleh tes-tes yang biasanya digunakan. Untuk sebab ini, memonitor tingkat-tingkat darah anti-HBs setelah vaksinasi dan dosis-dosis pendorong (booster) masa depan tidak direkomendsikan pada orang-orang yang sehat.
Diantara pasien-pasien yang tidak merespon pada suatu rangkaian tiga dosis vaksin hepatitis B, 25 sampai 50% dari mereka dengan fungsi imun yang normal akan merespon pada suatu dosis vaksin tambahan dan 50 sampai 75% akan merespon pada tiga dosis tambahan. Seseorang yang tidak merespon pada enam dosis vaksin, bagaimanapun, tidak akan mendapat manfaat dari dosis tambahan dan tidak terlindung dari infeksi virus hepatitis B. Akhirnya, seorang individu yang sistim imunnya terganggu mempunyai suatu angka respon antibodi yang jauh lebih rendah pada vaksin hepatitis B standar. Contoh-contoh dari individu-individu dengan sistim imun yang terganggu termasuk penerima-penerima pencangkokan atau orang-orang dengan infeksi HIV, kanker, atau gagal ginjal kronis.
Post-exposure immunoprophylaxis Untuk Virus Hepatitis B
Pencegahan infeksi dengan virus hepatitis B setelah seseorang terpapar melibatkan pemberian HBIG dan/atau vaksin hepatitis B (recombinant). Ini adalah kedua metode-metode dari immunoprophylaxis. Tipe immunoprophylaxis yang direkomendasikan pada situasi-situasi setelah paparan (post-exposure) tergantung dari tipe paparan (exposure). (Lihat tabel 2).
Tabel 2: Petunjuk pada post-exposure immunoprophylaxis untuk virus hepatitis B
Tipe Paparan Immunoprophylaxis
Peri-natal Vaksinasi dan HBIG
Seksual
Infeksi akut
Pembawa kronis
HBIG dengan atau tanpa vaksinasi
Vaksinasi
Kontak rumah tangga
Pembawa kronis
Kasus akut
Kasus akut, paparan yang diketahui
Vaksinasi
Tidak ada, kecuali paparan yang diketahui
HBIG dengan atau tanpa vaksinasi
Bayi (12 bulan)
Kasus akut pada pemberi layanan utama
Inadvertent cutaneous atau mukosal
HBIG dan vaksinasi
Vaksinasi dengan atau tanpa HBIG
Mencegah Penularan Virus Hepatitis B Dari Ibu Ke Bayi Yang Baru Dilahirkan
Peri-natal immunoprophylaxis adalah penting sekali (kritis) untuk mencegah penularan virus hepatitis B dari ibu ke bayi yang baru dilahirkan. Pada satu situasi, jika bayi dilahirkan oleh seorang ibu yang diketahui adalah HBsAg positif, bayi harus menerima HBIG waktu lahir atau dalam 12 jam kelahiran. Pada situasi yang lain, jika ibu tidak disaring sebelumnya untuk HBsAg dan ditemukan positif setelah melahirkan, bayi harus menerima HBIG sesegera mungkin, tidak lebih telat dari satu minggu setelah kelahiran. Pada kedua situasi, bayi harus juga diberikan vaksin hepatitis B (recombinant); menerima dosis pertama waktu kelahiran (dalam 12 jam), yang kedua waktu 1 bulan (tidak lebih telat dari 2 bulan), dan ketiga waktu 6 bulan.
Yang Baru Dalam Perawatan Virus Hepatitis B
Dua nucleotide yang baru dan nucleoside analogs (derivatif-derivatif kimia) telah dikembangkan untuk merawat virus hepatitis B kronis; adefovir dipivoxil (Hypsera) dan entecavir (Baraclude).
Adefovir adalah suatu penghambat (inhibitor) virus hepatitis B yang potensial (obat nucleotide ini tampaknya lebih berpotensial daripada nucleoside, lamivudine), dan telah sangat bermanfaat merawat varian YMDD dari virus hepatitis B. Adefovir telah ditunjukan memperbaiki hepatitis (peradangan hati yang terlihat pada biopsi hati), mengurangi tingkat virus hepatitis B dalam darah, dan mencegah replikasi virus. Perkembangan dari mutasi-mutasi virus YMDD yang resisten (umum selama perawatan Lamivudine yang memanjang) adalah jarang dengan perawatan adefovir. Oleh karenanya, adefovir adalah bermanfaat dalam merawat pasien-pasien yang telah mengembangkan virus yang resisten terhadap Lamivudine. Kerusakan ginjal, bagaimanapun, telah dikaitkan dengan suatu dosis adefovir yang tinggi pada pasien-pasien HIV. Oleh karenanya dosis rendah adefovir digunakan dalam merawat hepatitis B, dan fungsi-fungsi ginjal (tingkat-tingkat serum creatinine) diukur secara periodik selama perawatan. Pasien-pasien dengan disfungsi-disfungsi ginjal atau mengkonsumsi obat-obat yang adalah nephrotoxic harus menyiagakan (alert) dokter-dokter mereka sebelum menggunakan adefovir.
Entecavir (Baraclude) disetujui oleh komite penasehat FDA pada bulan Maret 2005 untuk perawatan hepatitis B kronis. Entecavir telah ditemukan mengurangi tingkat-tingkat virus hepatitis B dalam darah, mencegah replikasi virus hepaitits B, begitu juga memperbaiki tingkat-tingkat darah dari ALT/SGPT dan memperbaiki peradangan hati (seperti yang ditunjukan oleh biopsi hati). Pada percobaan-percobaan klinis yang membandingkan entecavir pada Lamivudine, entecavir ditemukan lebih unggul (superior) daripada Lamivudine dalam mengurangi tingkat darah virus hepatitis B dan ALT/SGPT, dan juga dalam memperbaiki hepatitis yang terlihat pada biopsi hati.
Adefovir dan Entecavir, seperti Lamivudine, ditolerir dengan baik pada penggunaan jangka panjang. Reaksi-reaksi kurang baik yang serius adalah jarang. Lactic acidosis yang jarang telah dilaporkan dengan penggunaan nucleoside analogues. Perburukan hepaitits dan fungsi-fungsi hati telah dilaporkan atas penghentian yang tiba-tiba dari perawatan-perawatan nucleoside analogue. Efek-efek sampingan dari ketiga obat-obat ini termasuk sakit kepala, sakit perut, mual, dan kelelahan.
Masa depan terapi anti-virus untuk virus hepatitis B kronis akan mungkin melibatkan terapi banyak obat, yang adalah serupa dengan strategi yang digunakan untuk merawat infeksi HIV. Kabar-kabar yang paling baik, bagaimanapun, adalah bahwa suatu program vaksinasi universal yang sukses harus berakibat pada eliminasi virus hepatitis B pada beberapa generasi-generasi berikutnya.
Komentar
Posting Komentar