Definisi Atrial Fibrillation
Atrial fibrillation (AF) adalah irama jantung abnormal yang paling umum.
Jantung berkontraksi (berdenyut) dan memompa darah dengan irama yang teratur, misalnya, pada kecepatan dari 60 denyutan per menit ada denyutan setiap detik. Jantung mungkin berdenyut lebih cepat atau lebih lambat dengan interval yang lebih panjang atau lebih pendek diantara denyutan-denyutan, namun pada satu angka apa saja interval antara denyutan-denyutan adalah konstan. Irama teratur in
i terjadi sebagai akibat dari pelepasan elektrik yang teratur (impuls-impuls listrik) yang berjalan melalui jantung dan menyebabkan otot jantung berkontraksi. Pada AF, pelepasan-pelepasan elektrik adalah tidak teratur dan cepat dan, sebagai akibatnya, jantung berdenyut secara tidak teratur dan biasanya secara cepat.
AF adalah umum; setengah juta kasus-kasus baru didiagnosa setiap tahun di U.S., dan milyaran dolar dihabiskan setiap tahun pada diagnosis dan perawatannnya.
Penyebab Atrial Fibrillation
Fungsi jantung yang normal
Jantung mempunyai empat kamar-kamar. Dua kamar bagian atas adalah atria, dan dua kamar lebih bawah adalah ventricles. Darah kembali ke jantung dari tubuh dalam superior dan inferior vena cava mengandung tingkat-tingkat oksigen yang rendah dan tingkat-tingkat karbon dioksida yang tinggi. Darah ini mengalir kedalam atrium kanan dan kemudian kedalam ventrikel kanan yang bersebelahan. Setelah ventricle terisi, kontraksi dari atrium kanan memompa darah tambahan kedalam ventricle kanan. Ventricle kanan kemudian berkontraksi dan memompa darah ke paru-paru dimana darah mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Darah kemudian mengalir dari paru-paru ke atrium kiri dan kedalam ventricle kiri yang bersebelahan. Kontraksi dari atrium kiri memompa darah tambahan kedalam ventricle kiri. Ventricle kiri kemudian berkontraksi dan memompa darah keseluruh tubuh. Denyut jantung (pulse) yang kita rasakan disebabkan oleh kontraksi dari ventricle-ventricle.
Ventricle-ventricle harus memasok cukup darah ke tubuh supaya tubuh berfungsi secara normal. Jumlah darah yang dipompa tergantung pada beberapa faktor-faktor. Faktor yang paling penting adalah angka kontraksi dari jantung (denyut jantung). Ketika denyut jantung meningkat, lebih banyak darah yang dipompa. Sebagai tambahan, jantung memompa lebih banyak darah dengan setiap denyutan ketika atria berkontraksi dan mengisi ventricle-ventricle dengan darah tambahan tepat sebelum ventricle-ventricle berkontraksi.
Dengan setiap denyut jantung, pelepasan elektrik (arus listrik) jalan melalui sistim elektrik jantung. Pelepasan elektrik menyebabkan otot dari atria dan ventricles berkontraksi dan memompa darah. Sistim elektrik jantung terdiri dari SA node (sino-atrial node), AV node (atrio-ventricular node) dan jaringan-jaringan khusus pada atria dan ventricles yang mengantar arus listrik.
SA node adalah pemicu elektrik. Ia adalah potongan kecil dari sel-sel yang berlokasi pada dinding atrium kanan; frekwensi dengannya SA node melepaskan elektrik menentukan angka padanya jantung berdenyut. Arus elektrik lewat dari SA node, melalui jaringan-jaringan khusus dari atria dan kedalam AV node. AV node melayani sebagai stasiun relai elektrik antara atria dan ventricles. Sinyal-sinyal elektrik dari atria harus lewat melalui AV node untuk mencapai ventricles.
Pelepasan-pelepasan elektrik dari SA node menyebabkan atria untuk berkontraksi dan memompa darah kedalam ventricles. Pelepasan-pelepasan elektrik yang sama kemudian lewat melalui AV node untuk mencapai ventricles, berjalan melalui jaringan-jaringan khusus dari ventricles dan menyebabkan ventricles berkontraksi. Pada jantung yang normal, angka dari kontraksi atria adalah sama seperti angka kontraksi ventricle.
Pada waktu istirahat, frekwensi dari pelepasan-pelepasan elektrik yang berasal dari SA node adalah rendah, dan jantung berdenyut pada batasan normal yang lebih rendah (60-80 denyut/menit). Selama latihan atau kegembiraan, frekwensi dari pelepasan-pelepasan elektrik dari SA node meningkat, meningkatkan angka padanya jantung berdenyut.
Fungsi jantung sewaktu atrial fibrillation
Sewaktu AF, pelepasan-pelepasan elektrik tidak dihasilkan semata-mata oleh SA node. Malahan, pelepasan-pelepasan elektrik datang dari bagian-bagian lain atria. Pelepasan-peepasan elektrik abnormal ini adalah cepat dan tidak teratur dan mungkin melebihi 350 pelepasan-pelepasan per menit. Pelepasan-pelepasan yang cepat dan tidak teratur ini menyebabkan kontraksi-kontraksi yang tidak efektif dari atria. Nyatanya, atria bergetar daripada berdenyut sebagai kesatuan. Ini mengurangi kemampuan atria untuk memompa darah kedalam ventricles.
Pelepasan-pelepasan elektrik yang cepat dan tidak teratur dari atria kemudian lewat melalui AV node dan kedalam ventricles, menyebabkan ventricles berkontraksi secara tidak teratur dan (biasanya) secara cepat. Kontraksi-kontraksi dari ventricles mungkin merata-rata 150/menit, jauh lebih lambat daripada angka pada atria. (ventricles tidak mampu untuk berkontraksi pada 350/menit). Bahkan pada angka rata-rata dari 150/menit, ventricles mungkin tidak mempunyai cukup waktu untuk mengisis secara maksimal dengan darah sebelum kontraksi berikutnya, terutama tanpa kontraksi normal dari atria. Jadi, AF mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh ventricles karena angka kontraksi mereka yang cepat dan ketidakhadiran dari kontraksi-kontraksi atria yang normal.
Angka denyut jantung selama atrial fibrillation
Pada jantung yang berdenyut secara normal, angka dari kontraksi ventricle adalah sama seperti angka dari kontraksi atrial. Pada AF, bagaimanapun, angka dari kontraksi ventricle adalah kurang dari angka kontraksi atrial. Angka dari kontraksi ventricle pada AF ditentukan oleh kecepatan dari transmisi dari pelepasan-pelepasan elektrik atrial melalui AV node. Pada orang-orang dengan AV node yang normal, angka dari kontraksi ventricle pada AF yang tidak dirawat biasanya mencakup dari 80 sampai 180 denyutan/menit; lebih tinggi transmisinya, lebih tinggi angka denyut jantungnya.
Beberapa orang-orang yang lebih tua mempunyai transmisi yang lambat melalui AV node yang disebabkan oleh penyakit didalam AV node. Ketika orang-orang ini mengembangkan AF, angka-angka denyut jantung mereka tetap normal atau lebih lambat dari normal. Ketika penyakit pada AV node berlanjut, orang-orang ini dapat bahkan mengembangkan angka denyut jantung yang sagat lambat dan memerlukan pacu jantung yang permanen untuk meningkatkan angka dari kontraksi-kontraksi ventricle.
Gejala-Gejala Dari Atrial Fibrillation
Banyak pasien-pasien dengan atrial fibrillation tidak mempunyai gejala-gejala dan tidak sadar atas irama jantung yang abnormal. Gejala-gejala yang paling umum dari atrial fibrillation adalah palpitasi-palpitasi, kesadaran yang tidak menyenangkan dari denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Gejala-gejala lain dari atrial fibrillation disebabkan oleh pasokan darah yang berkurang ke tubuh. Gejala-gejala ini termasuk dizziness, pingsan, kelemahan, kelelahan, sesak napas, dan angina (nyeri dada yang disebabkan oleh aliran darah yang berkurang ke otot-otot jantung).
Komplikasi-Komplikasi Dari Atrial Fibrillation
Gagal Jantung
Jika jantung tidak mampu untuk memompa jumlah darah yang memadai ke tubuh, seperti pada beberapa orang-orang dengan AF, tubuh mulai mengkompensasi dengan menahan cairan. Ini dapat menjurus pada kondisi yang disebut gagal jantung. Gagal jantung berakibat pada akumulasi dari cairan pada kaki-kaki bagian bawah (edema) dan paru-paru (pulmonary edema). Pulmonary edema membuat bernapas lebih sulit dan mengurangi kemampuan paru untuk menambah oksigen pada dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah. Tingkat-tingkat oksigen dalam darah dapat jatuh, dan tingkat-tingkat karbon dioksida dalam darah naik, komplikasi yang disebut kegagalan pernapasan (respiratory failure). Ini adalah komplikasi yang mengancam nyawa.
Stroke
Getaran dari atria pada AF menyebabkan darah didalam atria untuk macet (menggenang). Darah yang macet cenderung untuk membentuk gumpalan-gumpalan darah sepanjang dinding-dinding atria. Adakalanya, gumpalan-gumpalan darah ini terlepas, lewat melalui ventricles, dan tersangkut dalam otak, paru-paru, dan bagian-bagian lain dari tubuh. Proses ini disebut embolisasi. Satu komplikasi yang umum dari AF adalah gumpalan darah yang berjalan ke otak dan menyebabkan penimbulan yang tiba-tiba dari kelumpuhan satu sisi dari anggota tubuh dan/atau otot-otot muka (embolic stroke). Gumpalan darah yang berjalan ke paru-paru dapat menyebabkan luka pada jaringan-jaringan paru (pulmonary infarction), dan gejala-gejala dari nyeri dada dan sesak napas. Ketika gumpalan-gumpalan darah berjalan ke anggota-anggota tubuh, tangan-tangan, tungkai-tungkai, atau kaki-kaki yang dingin mungkin terjadi tiba-tiba karena kekurangan darah.
Faktor-Faktor Risiko Untuk Mengembangkan Atrial Fibrillation
Ada banyak faktor-faktor risiko untuk mengembangkan atrial fibrillation. Faktor-faktor risiko ini adalah:
* Umur yang bertambah (1% dari orang-orang diatas umur 60 tahu mempunyai atrial fibrillation)
* Penyakit jantung koroner (termasuk serangan jantung)
* Tekanan darah tinggi
* Fungsi otot jantung yang abnormal (termasuk gagal jantung kongestif)
* Penyakit dari klep mitral antara vnetricle kiri dan kanan
* Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hyperthyroidism) atau overdosis dari obat tiroid
* Jumlah-jumlah oksigen yang rendah dalam darah, misalnya, seperti terjadi dengan penyakit-penyakit paru seperti emphysema atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
* Peradangan dari lapisan yang mengelilingi jantung (pericarditis)
* Gumpalan-gumpalan darah dalam paru (pulmonary embolism)
* Penyakit-penyakit paru kronis (emphysema, asma, COPD)
* Pemasukan alkohol yang berlebihan (alkoholisme)
* Penggunaan obat stimulan seperti cocaine atau decongestants
* Operasi jantung atau paru baru-baru ini
* Struktur jantung yang abnormal sejak lahir (penyakit jantung congenital)
Kira-kira 1 dalam 10,000 kaum dewasa muda yang biasanya sehat mempunyai AF tanpa segala penyebab yang jelas atau penyakit jantung yang mendasarinya. AF pada individu-individu ini biasanya adalah sebentar-sebentar, namun dapat menjadi kronis pada 25%. Kondisi ini dirujuk sebagai lone AF. Stres, alkohol, tembakau, atau penggunaan dari stimulan-stimulan mungkin memainkan peran dalam menyebabkan lone AF.
Mendiagnosa Atrial Fibrillation
AF dapat menjadi kronis dan terus menerus, atau singkat dan sebentar-sebentar (paroxysmal). Paroxysmal AF merujuk pada episode-episode yang sebentar-sebentar dari AF yang berlangsung, misalnya, bermenit-menit sampai berjam-jam. Angka denyut jantung berbalik ke normal antara episode-episode. Pada AF yang kronis dan terus menerus, atria berfibrilasi pada semua waktu. AF yang kronis dan terus menerus tidak sulit untuk didiagnosa. Dokter-dokter dapat mendengar denyut-denyut jantung yang cepat dan tidak teratur mengunakan stethoscope. Denyut-denyut jantung yang abnormal juga dapat dirasakan dengan menghitung nadi pasien.
EKG (electrocardiogram)
Electrocardiogram (EKG) adalah perekaman yang singkat dari impuls-impuls elektrik jantung. Jejak-jejak EKG yang tidak teratur dari AF adalah mudah untuk dikenali asalkan AF terjadi selama EKG.
Holter monitor
Jika episode-episode dari AF terjadi secara sebentar-sebentar, EKG standar yang dilakukan pada saat kunjungan ke praktek dokter mungkin tidak menunjukan AF. Oleh karenanya, Holter monitor, perekaman yang terus menerus dari irama jantung selama 24 jam, seringkali digunakan untuk mendiagnosa episode-episode AF yang sebentar-sebentar.
Perekam kejadian yang diaktifkan oleh pasien
Jika episode-episode AF adalah jarang, rekaman Holter 24 jam mungkin tidak menangkap episode-episode sporadis (sekali-sekali) ini. Pada situasi ini, pasien dapat memakai perekan kejadian yang diaktifkan pasien untuk 1 sampai 4 minggu. Pasien menekan tombol untuk memulai perekaman ketika ia merasakan penimbulan dari denyut-denyut jantung yang tidak teratur atau gejala-gejala yang mungkin disebabkan oleh AF. Dokter kemudian menganalisa rekaman-rekaman pada waktu kemudian.
Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk menghasilkan gambar-gambar dari kamar-kamar jantung dan klep-klep jantung dan lapisan sekitar jantung (pericardium). Kondisi-kondisi yang mungkin menyertai AF seperti mitral valve prolapse, penyakit-penyakit rheumatic klep, dan pericarditis (peradangan dari "kantong" yang mengelilingi jantung) dapat dideteksi dengan echocardiography. Echocardiography juga bermanfaat dalam mengukur ukuran dari kamar-kamar atria. Ukuran atria adalah faktor yang penting dalam menentukan bagaimana pasien merespon pada perawatan untuk AF. Misalnya, adalah lebih sulit untuk mencapai dan mempertahankan irama jantung yang normal pada pasien-pasien dengan atria yang membesar.
Transesophageal echocardiography (TEE)
Transesophageal echocardiography (TEE) adalah teknik echocardiographic khusus yang melibatkan pengambilan gambar-gambar dari atria menggunakan gelombang suara. Probe khusus yang menghasilkan gelombang-gelombang suara ditempatkan pada esophagus (saluran makanan yang menghubungkan mulut ke lambung). Probe dilokasikan pada ujung dari tabung panjang yang lentur yang dimasukan melalui mulut kedalam esophagus. Teknik ini membawa probe sangat dekat pada jantung (yang terletak tepat didepan esophagus). Gelombang-gelombag suara yang dihasilkan oleh probe dipantulkan dari struktur-struktur didalam jantung, dan gelombang-gelombang suara yang dipantulkan digunakan untuk membentuk gambar dari jantung. TEE adalah sangat akurat untuk mendeteksi gumpalan-gumpalan darah dalam atria serta untuk mengukur ukuran dari atria.
Seperti sebelumnya didiskusikan, darah mungkin menggumpal dalam atria selama AF, dan potongan-potongan dari gumpalan mungkin terlepas dan berjalan ke otak, menyebabkan stroke. Dokter-dokter terutama prihatin tentang gumpalan-gumpalan darah yang terlepas selama atau setelah cardioversion (konversi dari AF balik kedalam irama jantung yang normal dengan obat-obat atau kejutan-kejutan elektrik). Lebih dari itu, dokter-dokter percaya bahwa resumsi (permulaan lagi) dari kontraksi-kontraksi atrial setelah cardioversion yang sukses meningkatkan kemungkinan bahwa potongan-potongan dari gumpalan akan terlepas. Untuk sebab-sebab ini, antikoagulasi (pengenceran) dari darah biasanya dilakukan sebelum cardioversion. Ini mencegah terbentuknya gumpalan baru sementara gumpalan yang lama larut atau mengeras sehingga potongan-potongan gumpalan tidak dapat pecah (terlepas). Jika tidak ada gumpalan-gumpalan terdeteksi dalam atria dengan TEE, risiko stroke setelah cardioversion dipercaya adalah lebih rendah. Jadi, beberapa dokter-dokter menggunakan TEE untuk menentukan risiko stroke setelah cardioversion. Studi-studi sedang dibuat untuk menentukan apakah pasien-pasien dengan TEE normal (tidak ada gumpalan-gumpalan darah) perlu diencerkan darah mereka sebelum cardioversion.
Tes-Tes lain
Tekanan darah tinggi dan tanda-tanda dari gagal jantung dapat dipastikan selama pemeriksaan fisik pasien. Tes-tes darah dilakukan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dalam tingkat-tingkat oksigen dan karbon dioksida darah, elektrolit-elektrolit, dan tingkat-tingkat hormon tiroid. X-rays dada mengungkap pembesaran jantung, gagal jantung, dan penyakit-penyakit lain dari paru. Pengujian latihan treadmill (perekaman yang terus menerus dari EKG selama latihan) adalah studi penyaringan (screening) yang berguna untuk mendeteksi penyakit jantung koroner yang parah.
Merawat Atrial Fibrillation
Perawatan dari AF adalah banyak segi-segi dan melibatkan 1) membalikan faktor-faktor yang menyebabkan AF, 2) memperlambat angka denyutan jantung dengan obat-obat, 3) mencegah stroke-stroke, 4) mengkonversi AF ke irama jantung yang normal dengan obat-obat atau kejutan elektrik, 5) mencegah kekambuhan dari AF dengan obat-obat, dan 6) menggunakan prosedur-prosedur (misalnya, pacu jantung, defibrillators, operasi) untuk mencegah episode-episode AF.
Membalikan Faktor-Faktor Risiko Yang Menyebabkan Atrial Fibrillation
Langkah pertama yang penting dalam perawatan dari atrial fibrillation adalah untuk menemukan dan membetulkan kondisi-kondisi (seperti hyperthyroidism atau penggunaan obat-obat stimulan) yang dapat menyebabkan atrial fibrillation. Langkah-langkah ini termasuk:
* Menghentikan penggunaan obat-obat stimulan dan pemasukan alkohol yang berlebihan
* Mengontrol tekanan darah tinggi
* Mengkoreksi hyperthyroidism (terlalu banyak hormon tiroid) dan tingkat-tingkat oksigen darah yang rendah
* Mengontrol gagal jantung dan merawat penyakit-penyakit dari jantung dan paru-paru yang dapat menyebabkan AF
Memperlambat Denyut Jantung Dengan Obat-Obat
Setelah menyampingkan atau mengkoreksi faktor-faktor yang menyebabkan AF, langkah berikutnya ketika ventricles berdenyut terlalu cepat biasanya adalah untuk memperlambat angka denyutan padanya ventricles berdenyut.
Obat-obat yang tersedia. Pasien-pasien dengan AF dan AV nodes yang sehat biasanya mempunyai ventricles berdenyut secara cepat. Obat-obat adalah perlu untuk memperlambat angka denyut jantung yang cepat. Obat-obat untuk memperlambat angka denyut jantung pada AF termasuk:
* digoxin (digitalis)
* Beta blockers seperti propranolol (Inderal), atenolol (Tenormin), metoprolol (Lopressor), esmolol (Brevibloc)
* Calcium channel blockers seperti verapamil (Calan), diltiazem (Cardizem)
Obat-obat ini memperlambat angka denyut jantung dengan memperlambat konduksi dari impuls-impuls elektrik melalui AV node. Obat-obat ini, bagaimanapun, biasanya tidak merubah AF balik kepada irama yang normal. Obat-obat atau perawatan-perawatan lain adalah perlu untuk mencapai irama jantung yang normal.
Manfaat-manfaat dari mengontrol angka denyut jantung. Pada pasien-pasien dengan kontraksi-kontraksi ventricle yang cepat sebagai akibat dari AF, memperlambat angka dari kontraksi-kontraksi ventricle memperbaiki efisiensi jantung pada pemasokan darah (dengan mengizinkan lebih banyak waktu antara kontraksi-kontraksi untuk ventricles mengisi dengan darah) dan membebaskan gejala-gejala dari aliran darah yang tidak cukup - kepeningan, kelemahan, dan sesak napas.
Dengan AF yang kronis dan terus menerus, dokter-dokter mungkin memutuskan untuk membiarkan beberapa pasien-pasien pada AF dengan syarat bahwa angka-angka denyut jantung mereka terkontrol, hasil (keluaran) darah dari ventricles cukup, dan darah mereka cukup encer untuk mencegah stroke-stroke. Bentuk perawatan ini disebut rate control therapy (lihat dibawah).
Keterbatasan-keterbatasan dari obat-obat untuk mengontrol angka denyut jantung. Pada pasien-pasien dengan AV nodes yang berpenyakit, kontraksi-kontraksi ventricle mungkin adalah lebih lambat dari pasien-pasien yang mempunyai AV nodes yang normal. Lebih dari itu, beberapa pasien-pasien kaum tua dengan AF adalah sangat sensitif pada obat-obat yang memperlambat angka dari kontraksi-kontraksi ventricle, biasanya karena AV node yang berpenyakit. Pada pasien-pasien ini, angka denyut jantung dapat menjadi perlahannya berbahaya dengan dosis-dosis kecil dari obat-obat untuk memperlambat jantung. Kondisi ini dirujuk sebagai tachycardia-bradycardia syndrome, atau "sick sinus syndrome". Pasien-pasien dengan tachycardia-bradycardia syndrome perlu obat-obat untuk mengontrol angka denyut jantung yang cepat dan pacu jantung untuk menyediakan angka denyut jantung aman yang minimum.
Obat-obat yang digunakan dalam memperlambat AF umumnya tidak dapat merubah AF ke irama normal. Oleh karenanya pasien-pasien ini berisiko untuk pembentukan gumpalan-gumpalan darah dalam jantung dan stroke-stroke dan akan perlu pengencer darah yang berkepanjangan dengan anticoagulants seperti warfarin (Coumadin).
Antikoagulasi Untuk Mencegah Gumpalan-Gumpalan Darah Dan Stroke
AF adalah salah satu dari penyebab-penyebab yang paling penting dari stroke di Amerika. Warfarin (Coumadin) adalah pengencer darah yang mencegah pembentukan gumpalan-gumpalan darah. Studi-studi pada pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus dan AF yang sporadis (paroxysmal) telah menunjukan bahwa warfarin mengurangi stroke-stroke.
Aspirin adalah anti-platelet agent. Platelets adalah elemen-elemen dalam darah yang perlu untuk terbentuknya gumpalan-gumpalan darah. Aspirin dapat dipertimbangkan sebagai pengencer darah yang lebih ringan daripada warfarin, namun ia tidak diandalkan seperti warfarin dalam mencegah stroke-stroke pada pasien-pasien dengan AF. Beberapa dokter-dokter meresepkan aspirin pada pasien-pasien ketika risiko perdarahan dari warfarin dipercayai terlalu tinggi dan pada pasien-pasien yang menolak untuk mengambil warfarin. Pasien-pasien muda dengan lone AF yang tidak berada pada peningkatan risiko stroke adakalanya diberikan aspirin daripada warfarin.
Efek-efek sampingan dari warfarin. Ada beberapa pasien-pasien yang berada pada peningkatan risiko untuk efek-efek sampingan dari warfarin. Terutama:
* Pasien-pasien dengan luka-luka borok lambung yang aktif dapat mengembangkan perdarahan borok ketika pada warfarin.
* Pasien-pasien kaum tua dapat mengalami hemorrhage kedalam otak ketika mengambil warfarin. Risiko hemorrhage adalah lebih tinggi jika pasien juga mempunyai tekanan darah tinggi.
* Pasien-pasien kaum tua yang goyah dan/atau cenderung pada kecelakaan berada pada peningkatan risiko untuk trauma yang dapat berakibat pada perdarahan yang berlebihan.
Karena efek-efek sampingan yang serius ini, pasien-pasien yang menggunakan warfarin harus dimonitor secara ketat dengan pengujian-pengujian penggumpalan seperti INR. INR adalah tes darah yang mengukur derajat dari pengenceran darah. (Lebih tinggi nilai untuk INR, lebih encer darahnya). Dalam mencegah stroke-stroke pada pasien-pasien dengan AF, dosis warfarin disesuaikan untuk mencapai "batasan therapeutik" dari INR. Nilai-nilai INR yang lebih tinggi daripada batasan therapeutik dihubungkan dengan risiko perdarahn yang meningkat, sementara nilai-nilai dibawah batasan therapeutik dihubungkan dengan pengurangan keefektifan pada pencegahan stroke. Pasien-pasien yang tidak dapat diandalkan atau tidak bersedia untuk dimonitor dengan pengukuran-pengukuran INR yang teratur mungkin dipertimbangkan untuk perawatan dengan aspirin daripada dengan warfarin.
Efek yang bermanfaat dari warfarin dalam mencegah stroke-stroke perlu diseimbangkan terhadap risiko perdarahan yang berlebihan jika darah menjadi terlalu encer.
Calon-calon untuk warfarin. Dokter-dokter merekomendasi warfarin pada kebanyakan pasien-pasien kaum tua yang berumur 65 tahun atau lebih tua dengan AF yang paroxysmal (kekambuhan episode-episode) atau kronis terus menerus. Dalam keseimbangan, pasien-pasien kaum tua dengan AF lebih mungkin untuk mendapat manfaat dari warfarin karena mereka berada pada risiko stroke yang sangat tinggi.
Pasien-pasien yang lebih muda dari 65 tahun dengan AF, terutama mereka yang dengan embolic strokes sebelumnya, penyakit-penyakit jantung yang signifikan, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, gagal jantung, penyakit jantung koroner, atau kamar-kamar atria yang membesar secara abnormal juga adalah calon-calon untuk warfarin.
Pasien-pasien yang bukan calon-calon untuk warfarin. Pasien-pasien yang bukan calon-calon untuk warfarin termasuk:
* Pasien-pasien dengan kondisi-kondisi yang meningkatkan risiko perdarahan yang berlebihan, seperti pasien-pasien dengan luka-luka borok yang aktif atau luka-luka perdarahan pada usus-usus
* Pasien-pasien kaum tua yang goyah dan/atau cenderung untuk kecelakaan dan yang berada pada peningkatan risiko untuk trauma yang dapat berakibat pada perdarahan yang berlebihan
* Pasien-pasien yang tidak dapat diandalkan atau tidak bersedia untuk dimonitor dengan pengukuran-pengukuran INR yang teratur (untuknya terapi dengn aspirin mungkin lebih baik)
Merubah Atrial Fibrillation Ke Irama Normal
Merubah AF ke irama yang normal dapat dipenuhi dengan obat-obat (chemical cardioversion) atau dengan kejutan-kejutan elektrik (electrical cardioversion). Dokter-dokter biasanya merekomendasi bahwa semua pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus menjalani paling sedikit satu percobaan (usaha) pada cardioversion, chemical atau electrical. Cardioversion yang sukses dapat meredakan gejala-gejala, memperbaiki toleransi latihan, memperbaiki kwalitas hidup, dan menurunkan risiko dari stroke-stroke. Dokter-dokter biasanya mencoba pertama cardioversion medis, dan jika obat-obat gagal, kemudian mencoba electrical cardioversion.
Pasien-pasien yang lebih mungkin mencapai dan mempertahankan irama jantung yang normal dengan chemical atau electrical cardioversion termasuk:
* Pasien-pasien yang lebih muda dari umur 65 tahun
* Pasien-pasien yang telah mempunyai AF untuk waktu yang singkat (kurang dari 12 bulan)
* Pasien-pasien dengan ukuran normal dari atria dan ventricles
* Pasien-pasien yang sedang mempunyai episode pertama mereka dari AF
Cardioversion dengan obat-obat. Sebelum meresepkan obat-obat untuk cardioversion, dokter biasanya mengontrol angka dari kontraksi-kontraksi ventricle dan mengencerkan darah, biasanya dengan warfarin.
1) Obat-obat yang tersedia. Obat-obat yang digunakan pada cardioversion biasanya bekerja dengan menghalangi kanal-kanal pada dinding-dinding dari sel-sel melaluinya ion-ion berjalan (sodium channels, potassium channels, beta adrenergic channels, dan calcium channels). Beberapa contoh-contoh dari obat-obat ini termasuk:
* quinidine (Quinaglute)
* procainamide (Procan SR)
* disopyramide (Norpace)
* flecainide (Tambocor)
* sotalol (Betapace)
* flecainide (Tambocor)
* amiodarone (Cordarone)
Obat-obat ini mampu merubah AF ke irama normal pada kira-kira 50% dari pasien-pasien. Mereka seringkali digunakan jangka panjang untuk mempertahankan irama yang normal dan mencegah kekambuhan-kekambuhan dari AF.
2) Kerugian-kerugian dari menggunakan obat-obat. Obat-obat yang digunakan untuk merubah AF membawa risiko kecil yang menyebabkan irama-irama jantung abnormal lainnya - mereka dikatakan adalah pro-arrhythmic- terutama pada pasien-pasien dengan penyakit-penyakit dari otot jantung atau arteri-arteri koroner. Irama-irama jantung abnormal ini dapat menjadi lebih mengancam nyawa daripada AF. Oleh karenanya, perawatan dengan obat-obat ini seringkali dimulai di rumah sakit sementara irama pasien secara terus menerus dimonitor untuk 24-72 jam.
Obat-obat ini mungkin tidak efektif dalam jangka panjang. Banyak pasien-pasien akhirnya mengembangkan kekambuhan dari AF meskipun dengan obat-obat.
Obat-obat yang digunakan dalam merawat atrial fibrillation seringkali mempunyai efek-efek sampingan yang penting. Banyak pasien-pasien menghentikan mereka karena mereka tidak dapat mentolerir efek-efek sampingan ini. Misalnya, amiodarone secara umum digunakan dalam merawat AF karena ia adalah kurang pro-arrhythmic dan telah ditunjukan mempertahankan irama yang normal pada sampai dengan 75% dari pasien-pasien. Bagaimanapun, amiodarone seringkali menyebabkan efek-efek sampingan dan interaksi-interaksi obat. Kira-kira 7 dari setiap 10 pasien-pasien yang mengambil amiodarone mengalami beberapa tipe dari efek sampinan, dan antara 1 dalam 5 dan 1 dalam 20 mengalami efek-efek sampingan yang cukup parah dimana amiodarone harus dihentikan. Amiodarone dapat berinteraksi dengan obat-obat lain seperti tricyclic antidepressants, misalnya, amitriptyline (Elavil) atau phenothiazine antipsychotics, misalnya, chlorpromazine (Thorazine) dan menyebabkan irama-irama jantung yang abnormal. Amiodarone berinteraksi dengan warfarin dan meningkatkan risiko perdarahan. Interaksi ini dengan warfarin dapat terjadi sedini 4-6 hari setelah permulaan dari kedua obat-obat atau dapat tertunda beberapa minggu. Jadi, dokter-dokter yang meresepkan kedua-duanya warfarin dan amiodarone akan menyesuaikan dosis dari warfarin untuk menghindari pengenceran darah yang berlebihan. Amiodarone juga dapat menyebabkan gangguan-gangguan tiroid pada fetus jika dimasukan secara oral ke ibu selama kehamilan. Amiodarone juga mungkin mempengaruhi fungsi tiroid pada kaum dewasa. Efek-efek sampingan yang paling parah dari amiodarone adalah keracunan paru yang berpotensi dapat menjadi fatal. Karena keracunan paru ini, pasien-pasien harus melaporkan segala gejala-gejala dari batuk, demam, atau pernapasan yang menyakitkan pada dokter-dokter mereka.
Electrical cardioversion. Electrical cardioversion adalah prosedur yang digunakan oleh dokter-dokter untuk merubah irama jantung yang abnormal (seperti AF) ke irama yang normal (sinus rhythm). Electrical cardioversion memerlukan pemasukan dari kejutan elektrik melalui dada. Kejutan elektrik menghentikan aktivitas elektrik yang abnormal dari jantung untuk saat yang singkat dan mengizinkan irama jantung yang normal mengambil alih. Meskipun electrical cardioversion dapat digunakan untuk merawat hampir segala denyut jantung yang cepatnya abnormal (seperti atrial flutter dan ventricular tachycardia), ia digunakan paling sering untuk merubah AF ke irama normal.
Warfarin biasanya diberikan untuk 3 sampai 4 minggu sebelum cardioversion untuk mengecilkan risiko stroke yang dapat terjadi selama atau segera setelah cardioversion. Warfarin diteruskan untuk empat sampai enam minggu setelah cardioversion yang sukses. Untuk beberapa pasien-pasien yang memerlukan electrical cardioversion yang mendesak, warfarin mungkin tidak bekerja cukup cepat untuk mengencerkan darah. Oleh karenanya, pasien-pasien ini mungkin diberikan heparin sebelum electrical cardioversion. Heparin adalah pengencer darah yang bekerja lebih cepat daripada warfarin, namun ia harus dimasukan sebagai infusi intravena yang terus menerus atau sebagai suntikan-suntikan dibawah kulit. Setelah cardioversion yang sukses, pasien-pasien ini dapat dipindahkan dari heparin ke warfarin.
* 1) Metode dari cardioversion. Electrical cardioversions (urgent dan elective) biasanya dilakukan di rumah sakit. Untuk elective (non-urgent) electrical cardioversion, pasien-pasien biasanya tiba di rumah sakit tanpa makan di pagi hari. Obat-obat yang diperlukan dapat diminum dengan minuman air yang sedikit-sedikit. Pasien-pasien diberikan suplemen oksigen via kateter-kateter hidung, dan infusi cairan intravena dimulai. Elektrode-elektrode (pads) ditempatkan pada kulit diatas dada untuk secara terus menerus memonitor irama jantung. Paddles kemudian ditempatkan diatas dada dan punggung bagian atas. Pasien-pasien dibius secara intravena dengan obat-obat. Ini diikuti dengan kejutan elektrik yang kuat melalui paddles. Kejutan merubah AF ke irama normal. Setelah cardioversion, pasien-pasien diamati untuk beberapa jam atau semalaman untuk memastikan bahwa irama jantung normal mereka stabil.
* 2) Keefektifan dari electrical cardioversion. Electrical cardioversion lebih efektif daripada obat-obat sendirian dalam mengakhiri AF dan memugar kembali irama jantung yang normal. Electrical cardioversion dengan sukses memugar kembali irama jantung yang normal pada lebih dari 95% dari pasien-pasien.
* 3) Keterbatasan-keterbatasan dari electrical cardioversion. Sementara electrical cardioversion adalah efektif dalam merubah AF ke irama jantung yang normal, irama normal mungkin tidak terus menerus lama. Kira-kira 75% dari pasien-pasien yang dirawat dengan sukses dengan electrical cardioversion mengalami kekambuhan AF dalam 12-24 bulan. Pasien-pasien yang lebih tua dengan atria dan ventricles yang membesar yang telah mempunyai AF untuk waktu yang lama adalah terutama cenderung pada kekambuhan-kekambuhan. Jadi, kebanyakan pasien-pasien yang menjalani cardioversion yang sukses ditempatkan pada obat-obat oral untuk encegah kekambuhan-kekambuhan dari AF.
* 4) Risiko-risiko dari electrical cardioversion. Risiko-risiko dari electrical cardioversion termasuk stroke, serangan jantung, kulit-kulit yang terbakar, dan pada kejadian-kejadian yang jarang, kematian.
* 5) Calon-calon untuk electrical cardioversion. Dokter-dokter biasanya merekomendasi bahwa semua pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus menjalani paling sedikit satu usaha pada cardioversion. Cardioversion biasanya dicoba pertama dengan obat-obat. Jika obat-obat gagal, electrical cardioversion dapat dipertimbangkan. Adakalanya dokter mungkin memilih menggunakan electrical cardioversion pertama jika AF adalah berdurasi singkat (penimbulan dalam 48 jam) dan transesophageal echocardiography menunjukan tidak ada gumpalan-gumpalan darah dalam atria.
Electrical cardioversion dilakukan secara mendesak (pada basis darurat) pada pasien-pasien dengan gejala-gejala yang parah dan berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh AF. Contohnya, beberapa pasien-pasien dengan AF yang cepat dapat mengembangkan nyeri dada, sesak napas, dan kepeningan atau pingsan. (Nyeri dada pada pasien-pasien ini disebabkan oleh kekurangan pemasokan darah ke otot-otot jantung. Sesak napas mengindikasikan pemompaan darah yang tidak efektif oleh ventricles. Pingsan atau kepeningan biasanya disebabkan oleh tekanan darah yang rendahnya berbahaya).
Rate control therapy. Studi-studi baru-baru ini telah menunjukan bahwa alternatif yang dapat diterima pada cardioversion (chemical atau electrical) adalah rate-control therapy. Pada rate-control therapy, dokter akan membiarkan pasien-pasien pada AF dengan syarat angka kontraksi-kontraksi ventricle mereka dibawah kontrol yang baik, hasil keluaran darah dari jantung cukup, dan darah mereka cukup diencerkan dengan warfarin untuk mencegah stroke-stroke. Angka denyut jantung pada pasien-pasien ini dapat dikontrol menggunakan obat-obat seperti beta-blockers, calcium channel blockers, atau digoxin atau AV node ablation dengan penanaman pacu jantung. Rate-control therapy digunakan untuk menyederhanakan terapi dan menghindari efek-efek sampingan dari obat-obat anti-arrhythmic (obat-obat yang digunakan untuk merawat dan mencegah AF).
Melaui periode-periode pengamatan yang panjang, pasien-pasien yang dirawat dengan rate-control therapy mempunyai kelangsungan hidup dan kwalitas hidup yang serupa dibanding pada pasien-pasien yang menjalani electrical atau chemical cardioversions yang berulangkali.
Calon-calon yang cocok untuk rate-control therapy termasuk:
o Pasien-pasien yang telah mempunyai AF lebih dari satu tahun
o Pasien-pasien dengan penyakit yang signifikan dari klep-klep jantung
o Pasien-pasien dengan jantung-jantung yang membesar sebagai akibat dari gagal jantung atau cardiomyopathy (kelemahan otot jantung)
o Pasien-pasien dengan efek-efek sampingan yang signifikan atau tidak dapat mentolerir obat-obat untuk AF
Prosedur-Prosedur Untuk Merawat Dan Mencegah Atrial Fibrillation
Setelah cardioversion yang sukses banyak pasien-pasien (sampai dengan 75%) mungkin mengalami kekambuhan dari AF dalam 12 bulan. Oleh karenanya, banyak pasien-pasien akan memerlukan perawatan jangka panjang dengan obat-obat untuk mencegah kekambuhan AF; bagaimanapun, obat-obat efektif hanya 50%-75% dari waktu dalam mencegah kekambuhan. Lebih dari itu, banyak pasien-pasien tidak dapat mentolerir efek-efek sampingan dari pengobatan jangka panjang. Untuk sebab-sebab ini, beberapa prosedur-prosedur telah dikembangkan untuk merawat dan mencegah kekambuhan dari AF; mereka termasuk:
* Ablasi AV node dengan implantasi (penanaman) pacu jantung
* Implantasi (penanaman) pacu jantung
* Implantasi (penanaman) atrial defibrillator
* Prosedur Maze
* Isolasi pulmonary vein
Ablasi AV node dengan implantasi (penanaman) pacu jantung. Ablasi AV node adalah prosedur yang menghancurkan AV node sehingga pelepasan-pelepasan elektrik (impuls-impuls elektrik) atrial tidak dapat lewat melalui AV node untuk mengaktifkan ventricles. Prosedur biasanya dilakukan dalam unit kateterisasi jantung atau unit electrophysiology rumah sakit.
1) Prosedur. Untuk ablasi AV node, pasien-pasien diberikan pembiusan lokal untuk mengecilkan nyeri dan dibuat tenang secara ringan dengan obat-obat intravena. Menggunakan bimbingan x-ray, kateter dimasukan melalui vena pada selangkangan untuk mencapai jantung. Rekaman-rekaman elektrik dari bagian dalam jantung membantu melokalisir AV node. AV node dihancurkan (diablasi) menggunakan panas yang dipasok oleh kateter. Setalah ablasi yang sukses dari AV node, impuls-impuls elektrik dari atria tidak dapat lagi mencapai ventricles. Penghancuran dari AV node (apakah dengan ablasi kateter atau oleh penyakit yang terjadi dengan penuaan) dapat menjurus pada angka kontraksi-kontraksi ventricle yang lambatnya berlebihan (angka denyut jantung yang lambat). Oleh karenanya, pacu jantung ditanamkan (diimplantasikan) dalam rangka untuk mencegah jantung dengan angka denyut jantung aman yang minimum.
2) Manfaat-manfaat dari ablasi AV node. Manfaat-manfaat dari ablasi AV node dan implantasi pacu jantung termasuk:
* permulaan lagi dari angka denyut jantung yang teratur (meskipun pacu jantung mungkin menentukan angka denyut jantung)
* pembebasan dari palpitasi-palpitasi, pingsan, kepeningan, dan sesak napas
* kemampuan untuk menghentikan obat-obat dan menghindari efek-efek sampingan mereka yang berpotensi serius
3) Risiko-risiko dari ablasi AV node. Komplikasi-komplikasi yang berpotnsi dari ablasi AV node dan implantasi yang permanen dari pacu jantung termasuk perdarahan, infeksi, serangan jantung, stroke, introduksi dari udara kedalam ruang antara paru dan dinding dada, dan kematian. Tetap, teknik ini telah membantu banyak pasien-pasien dengan gejala-gejala yang parah untuk hidup secara normal.
4) Calon-calon untuk ablasi AV node. Calon-calon untuk ablasi AV node adalah pasien-pasie dengan AF yang merespon secara buruk pada keduanya chemical dan electrical cardioversion. Pasien-pasien ini mengalami kekambuhan-kekambuhan AF yang berulangkali, seringkali dengan angka-angka yang cepat dari kontraksi-kontraksi ventricle meskipun dengan obat-obat. Ablasi juga mungkin adalah opsi (pilihan) untuk pasien-pasien yang mengembangkan efek-efek sampingan yang serius dari obat-obat yang digunakan untuk merawat dan mencegah AF.
5) Keterbatasan-keterbatasan dari ablasi AV node. Ablasi AV node hanya mengontrol angka dengannya ventricles berdenyut. Ia tidak merubah AF ke irama normal. Oleh karenanya, gumpalan-gumpalan darah masih dapat terbentuk dalam atria dan pasien-pasien tetap berada pada risiko stroke-stroke. Jadi, ada keperluan untuk antikoagulasi jangka panjang sebagai tambahan pada pacu jantung yang permanen.
Pacu jantung (Pacemaker). Pacu jantung- pacu jantung permanen adalah alat-alat yang dioperasikan dengan baterai yang menghasilkan impuls-impuls elektrik yang menyebabkan jantung untuk berdenyut lebih cepat ketika jantung berdenyut terlalu perlahan. Studi-stui baru-baru ini menyarankan bahwa beberapa pasien-pasien dengan paroxysmal AF yang kambuh dapat mendapat manfaat dari implantasi pacu jantung yang permanen. Meskipun sebab-sebab untuk manfaat ini tidak diketahui, impuls-impuls elektrik yang teratur dari pacu jantung mungkin mencegah kekambuhan AF. Lebih jauh, pacu jantung-pacu jantung yang lebih baru yang dapat menstimulasi dua tempat-tempat yang berbeda dalam atria (dual site atrial pacing) mungkin bahkan adalah lebih efektif daripada pacu jantung standar dalam mencegah AF. Meskipun demikian, implantasi pacu jantung permanen tidak dadpat dipertimbangkan sebagai perawatan AF non-medis yang standar.
Implantasi atrial defibrillators. Atrial defibrillators yang diimplantasikan dapat mendeteksi dan merubah AF kembali ke irama normal dengan menggunakan kejutan-kejutan bertenaga tinggi. Dengan mendeteksi AF dan mengakhirinya secara cepat, dokter-dokter berharap bahwa alat-alat ini akan mencegah kekambuhan-kekambuan dari AF melalui jangka panjang.
Atrial defibrillators diimplantasikan secara operasi didalam dada dibawah pembiusan lokal. Alat-alat ini memasok kejutan-kejutan bertenaga tinggi pada jantung yang adalah sedikit banyak menyakitkan. Atrial defibrillators tidak berguna pada pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus dan cocok hanya untuk pasien-pasien dengan serangan-serangan AF episodik yang jarang.
Prosedur Maze. Banyak dokter-dokter percaya bahwa atria tidak dapat fibrillate (bergetar) jika mereka dibelah kedalam potongan-potongan kecil sehingga konduksi dari arus listrik melalui atria disela (diinterupsi). Selama prosedur Maze, banyak irisan-irisan dibuat dalam atria untuk mengontrol denyut jantung yang tidak teratur dan memugar kembali irama yang teratur pada jantung.
1) Prosedur. Prosedur Maze paling umum dilakukan via operasi jantung terbuka. Beberapa electrophysiologists (dokter-dokter yang dilatih khusus untuk merawat kelainan-kelainan irama) sekarang mencoba melakukan prosedur Maze menggunakan kateter-kateter didalam jantung yang dimasukan melalui vena di selangkangan tanpa operasi jantung terbuka. Sayangnya, angka keberhasilan menggunakan kateter adalah dibawah 50% dan komplikasi-komplikasi (seperti stroke-stroke) mungkin terjadi.
2) Keefektifan dari prosedur Maze. Prosedur Maze uang dilakukan secara operasi (menggunakan operasi jantung terbuka) telah dilaporkan mengkoreksi AF pada 90-99% dari pasien-pasien. Hanya 15-20% dari pasien-pasien memerlukan pacu jantung setelah operasi, dan hanya ada 30% kesempatan memerlukan obat-obat jangka panjang untuk mempertahankan irama normal.
3) Risiko-risiko dari prosedur Maze. Prosedur maze secara operasi melibatkan operasi jantung terbuka dan pemompaan darah oleh pompa bypass eksternal ketika operasi dilakukan, banyak seperti pasien-pasien yang menjalankan opersi bypass jantung. Komplikasi-komplikasi adalah signifikan dan termasuk stroke, perdarahan, infeksi, dan kematian. Oleh karenanya, dokter-dokter biasanya tidak merekomendasi prosedur maze secara operasi untuk perawatan AF kecuali pasien menjalani operasi jantung terbuka untuk kondisi lain (seperti untuk coronary artery bypass atau penggantian atau perbaikan penyakit klep jantung).
Yang Baru Pada Atrial Fibrillation
Pulmonary vein isolation
Empat vena-vena pulmo (pulmonary veins) adalah pembuluh-pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya oksigen dar paru-paru ke atrium kiri. Ada pita sempit dari sel-sel otot yang mengelilingi bukaan-bukaan (mulut-mulut) dari vena-vena pulmo dimana mereka memasuki atrium kiri. Pita dari sel-sel otot ini mungkin mulai secara aktif menembakan/melepaskan elektrik, dan penembakan atau pelepasan ini mungkin mengawali AF. Selama isolasi vena pulmo atau pulmonary vein isolation (PVI), pita dari sel-sel otot dihancurkan oleh tenaga yang diaplikasikan melalui kateter. Ini secara efektif menghalangi impuls-impuls elektrik dari penyeberangan dari pita ke atrium kiri dan makanya mencegah AF.
Prosedur. Sebelum PVI, dokter melakukan pemeriksaan sejarah dan fisik, EKG, 24-jam Holter monitor, dan trans-esophageal echocardiogram untuk menyampingkan gumpalan-gumpalan darah dalam atria, dan, adakalanya, CAT scan dari dada. Dokter juga mungkin meminta pasien untuk menghentikan obat-obat tertentu, terutama pengencer-pengencer darah seperti aspirin, clopidogrel (Plavix), atau warfarin, beberapa hari sebelum prosedur. Dokter mungkin memeriksa waktu prothrombin darah dan tingkat INR untuk memastikan bahwa penggumpalan darah adalah cukup untuk prosedur.
PVI dilakukan dibawah penenangan kesadaran yang dalam (namun bukan pembiusan umum) pada laboratorium electro-physiology jantung dan memakan waktu tiga sampai enam jam. Beberapa kateter-kateter dimasukan melalui vena-vena besar (di leher, lengan atau selangkangan) dan dimasukan kedalam atrium kiri dibawah bimbingan x-ray (fluoroscopy). Salah satu dar kateter-kateter dilengkapi dengan ultrasound transducer yang mengizinkan dokter untuk melihat struktur-struktur didalam jantung selama prosedur. Sambungan dari vena-vena pulmo (pulmonary veins) dengan atrium kiri diidentifikasi, dan tenaga kemudian digunakan melalui kateter yang lain pada area ini. Ini berakibat pada kehancuran dari pita dari sel-sel otot dan penggantian mereka oleh jaringan parut. Proses ini diulangi pada mulut dari setiap empat vena-vena pulmo kedalam atrium kiri.
Course post-pulmonary vein isolation. Setelah PVI, pasien-pasien tetap di unit telemetry rumah sakit untuk beberapa hari sehingga irama jantung dapat dimonitor.
Banyak pasien-pasien akan mengalami AF dan palpitasi-palpitasi (denyut jantung yang tidak teratur) ketika di rumah sakit dan selama dua atau tiga bulan pertama setelah PVI. Oleh karenanya, mereka diberikan obat-obat seperti amiodarone untuk mencegh episode-episode dari AF dan antikoagulasi dengan obat-obat seperti warfarin untuk mencegah stroke-stroke. Palpitasi-palpitasi dan episode-episode dari AF secara berangsur-angsur berkurang. Pada tiga bulan setelah prosedur, mayoritas dari pasien-pasien akan mempunyai irama normal, dan dokter mungkin menghentikan warfarin dan amiodarone.
Pasien-pasien biasanya akan mempunyai EKG dan CAT scan dada tiga bulan setelah PVI. CAT scan dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada penyempitan dari pulmonary veins (pulmonary vein stenosis) yang disebabkan oleh luka parut.
Keefektifan dari pulmonary vein isolation. PVI di Amerika adalah prosedur yang baru. Kebanyakan cardiologists (spesialis-spesialis jantung) di Amerika mempunyai pengalaman yang terbatas dengan PVI. Jika dilakukan oleh dokter-dokter yang berpengalaman, PVI dapat diharapkan mencegah AF pada 70% sampai 80% dari pasien-pasien selama tahun pertama. Beberapa pasien-pasien mungkin memerlukan prosedur-prosedur PVI tambahan untuk mencegah lebih jauh episode-episode AF. Karena prosedur ini adalah baru, adalah sulit untuk mengetahui apakah pasien-pasien yang dirawat dengan sukses akan terus menerus pada irama normal untuk periode waktu yang berkepanjangan.
Risiko-risiko dari pulmonary vein isolation. Jika dilakukan oleh dokter-dokter yang berpengalaman pada PVI, prosedur adalah aman. Risiko-risiko dari pulmonary vein isolation termasuk cardiac tamponade (perdarahan kedalam pericardium, kantong yang mengelilingi jantung), penyempitan mulut-mulut dari vena-vena pulmo, luka pada syaraf phrenic yang mengontrol fungsi dari diafragma, luka pada pembuluh-pembuluh darah tepi (peripheral), dan, pada kasus-kasus yang jarang, kematian.
Pada tahun-tahun awal dari PVI, dokter-dokter mencoba untuk menghancurkan jaringan-jaringan didalam vena-vena pulmo (pulmonary veins). Ini menjurus pada penyempitan (yang disebabkan oleh luka parut) dari pulmonary veins yang, pada gilirannya, menjurus pada pulmonary hypertension, kondisi dimana tekanan darah dalam pulmonary veins dan arteri-arteri meningkat. Pulmonary hypertension adalah kondisi yang serius yang dapat menjurus pada gagal jantung dan bahkan kematian. Dokter-dokter tidak lagi mencoba untuk menghancurkan jaringan didalam pulmonary veins. Sebagai gantinya, mereka mencoba untuk menghancurkan jaringan-jaringan hanya pada sambungan dari pulmonary veins dan atria. Teknik sekarang ini tidak hanya lebih aman namun lebih efektif dan sederhana.
Calon-calon untuk pulmonary vein isolation. Umumnya, calon-calon yang baik untuk PVI termasuk:
* Pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus atau paroxysmal (sebentar-sebentar) AF
* Pasien-pasien yang mengembangkan kekambuhan AF ketika pada pengobatan-pengobatan
* Pasien-pasien dengan kekambuhan AF yang tidak dapat mentolerir efek-efek sampingan dari obat-obat jangka panjang
* Pasien-pasien dengan kekambuhan AF yang tidak menginginkan untuk meneruskan mengambil obat-obat jangka panjang atau anti-koagulasi
Atrial fibrillation (AF) adalah irama jantung abnormal yang paling umum.
Jantung berkontraksi (berdenyut) dan memompa darah dengan irama yang teratur, misalnya, pada kecepatan dari 60 denyutan per menit ada denyutan setiap detik. Jantung mungkin berdenyut lebih cepat atau lebih lambat dengan interval yang lebih panjang atau lebih pendek diantara denyutan-denyutan, namun pada satu angka apa saja interval antara denyutan-denyutan adalah konstan. Irama teratur in
i terjadi sebagai akibat dari pelepasan elektrik yang teratur (impuls-impuls listrik) yang berjalan melalui jantung dan menyebabkan otot jantung berkontraksi. Pada AF, pelepasan-pelepasan elektrik adalah tidak teratur dan cepat dan, sebagai akibatnya, jantung berdenyut secara tidak teratur dan biasanya secara cepat.
AF adalah umum; setengah juta kasus-kasus baru didiagnosa setiap tahun di U.S., dan milyaran dolar dihabiskan setiap tahun pada diagnosis dan perawatannnya.
Penyebab Atrial Fibrillation
Fungsi jantung yang normal
Jantung mempunyai empat kamar-kamar. Dua kamar bagian atas adalah atria, dan dua kamar lebih bawah adalah ventricles. Darah kembali ke jantung dari tubuh dalam superior dan inferior vena cava mengandung tingkat-tingkat oksigen yang rendah dan tingkat-tingkat karbon dioksida yang tinggi. Darah ini mengalir kedalam atrium kanan dan kemudian kedalam ventrikel kanan yang bersebelahan. Setelah ventricle terisi, kontraksi dari atrium kanan memompa darah tambahan kedalam ventricle kanan. Ventricle kanan kemudian berkontraksi dan memompa darah ke paru-paru dimana darah mengambil oksigen dan melepaskan karbon dioksida. Darah kemudian mengalir dari paru-paru ke atrium kiri dan kedalam ventricle kiri yang bersebelahan. Kontraksi dari atrium kiri memompa darah tambahan kedalam ventricle kiri. Ventricle kiri kemudian berkontraksi dan memompa darah keseluruh tubuh. Denyut jantung (pulse) yang kita rasakan disebabkan oleh kontraksi dari ventricle-ventricle.
Ventricle-ventricle harus memasok cukup darah ke tubuh supaya tubuh berfungsi secara normal. Jumlah darah yang dipompa tergantung pada beberapa faktor-faktor. Faktor yang paling penting adalah angka kontraksi dari jantung (denyut jantung). Ketika denyut jantung meningkat, lebih banyak darah yang dipompa. Sebagai tambahan, jantung memompa lebih banyak darah dengan setiap denyutan ketika atria berkontraksi dan mengisi ventricle-ventricle dengan darah tambahan tepat sebelum ventricle-ventricle berkontraksi.
Dengan setiap denyut jantung, pelepasan elektrik (arus listrik) jalan melalui sistim elektrik jantung. Pelepasan elektrik menyebabkan otot dari atria dan ventricles berkontraksi dan memompa darah. Sistim elektrik jantung terdiri dari SA node (sino-atrial node), AV node (atrio-ventricular node) dan jaringan-jaringan khusus pada atria dan ventricles yang mengantar arus listrik.
SA node adalah pemicu elektrik. Ia adalah potongan kecil dari sel-sel yang berlokasi pada dinding atrium kanan; frekwensi dengannya SA node melepaskan elektrik menentukan angka padanya jantung berdenyut. Arus elektrik lewat dari SA node, melalui jaringan-jaringan khusus dari atria dan kedalam AV node. AV node melayani sebagai stasiun relai elektrik antara atria dan ventricles. Sinyal-sinyal elektrik dari atria harus lewat melalui AV node untuk mencapai ventricles.
Pelepasan-pelepasan elektrik dari SA node menyebabkan atria untuk berkontraksi dan memompa darah kedalam ventricles. Pelepasan-pelepasan elektrik yang sama kemudian lewat melalui AV node untuk mencapai ventricles, berjalan melalui jaringan-jaringan khusus dari ventricles dan menyebabkan ventricles berkontraksi. Pada jantung yang normal, angka dari kontraksi atria adalah sama seperti angka kontraksi ventricle.
Pada waktu istirahat, frekwensi dari pelepasan-pelepasan elektrik yang berasal dari SA node adalah rendah, dan jantung berdenyut pada batasan normal yang lebih rendah (60-80 denyut/menit). Selama latihan atau kegembiraan, frekwensi dari pelepasan-pelepasan elektrik dari SA node meningkat, meningkatkan angka padanya jantung berdenyut.
Fungsi jantung sewaktu atrial fibrillation
Sewaktu AF, pelepasan-pelepasan elektrik tidak dihasilkan semata-mata oleh SA node. Malahan, pelepasan-pelepasan elektrik datang dari bagian-bagian lain atria. Pelepasan-peepasan elektrik abnormal ini adalah cepat dan tidak teratur dan mungkin melebihi 350 pelepasan-pelepasan per menit. Pelepasan-pelepasan yang cepat dan tidak teratur ini menyebabkan kontraksi-kontraksi yang tidak efektif dari atria. Nyatanya, atria bergetar daripada berdenyut sebagai kesatuan. Ini mengurangi kemampuan atria untuk memompa darah kedalam ventricles.
Pelepasan-pelepasan elektrik yang cepat dan tidak teratur dari atria kemudian lewat melalui AV node dan kedalam ventricles, menyebabkan ventricles berkontraksi secara tidak teratur dan (biasanya) secara cepat. Kontraksi-kontraksi dari ventricles mungkin merata-rata 150/menit, jauh lebih lambat daripada angka pada atria. (ventricles tidak mampu untuk berkontraksi pada 350/menit). Bahkan pada angka rata-rata dari 150/menit, ventricles mungkin tidak mempunyai cukup waktu untuk mengisis secara maksimal dengan darah sebelum kontraksi berikutnya, terutama tanpa kontraksi normal dari atria. Jadi, AF mengurangi jumlah darah yang dipompa oleh ventricles karena angka kontraksi mereka yang cepat dan ketidakhadiran dari kontraksi-kontraksi atria yang normal.
Angka denyut jantung selama atrial fibrillation
Pada jantung yang berdenyut secara normal, angka dari kontraksi ventricle adalah sama seperti angka dari kontraksi atrial. Pada AF, bagaimanapun, angka dari kontraksi ventricle adalah kurang dari angka kontraksi atrial. Angka dari kontraksi ventricle pada AF ditentukan oleh kecepatan dari transmisi dari pelepasan-pelepasan elektrik atrial melalui AV node. Pada orang-orang dengan AV node yang normal, angka dari kontraksi ventricle pada AF yang tidak dirawat biasanya mencakup dari 80 sampai 180 denyutan/menit; lebih tinggi transmisinya, lebih tinggi angka denyut jantungnya.
Beberapa orang-orang yang lebih tua mempunyai transmisi yang lambat melalui AV node yang disebabkan oleh penyakit didalam AV node. Ketika orang-orang ini mengembangkan AF, angka-angka denyut jantung mereka tetap normal atau lebih lambat dari normal. Ketika penyakit pada AV node berlanjut, orang-orang ini dapat bahkan mengembangkan angka denyut jantung yang sagat lambat dan memerlukan pacu jantung yang permanen untuk meningkatkan angka dari kontraksi-kontraksi ventricle.
Gejala-Gejala Dari Atrial Fibrillation
Banyak pasien-pasien dengan atrial fibrillation tidak mempunyai gejala-gejala dan tidak sadar atas irama jantung yang abnormal. Gejala-gejala yang paling umum dari atrial fibrillation adalah palpitasi-palpitasi, kesadaran yang tidak menyenangkan dari denyut jantung yang cepat dan tidak teratur. Gejala-gejala lain dari atrial fibrillation disebabkan oleh pasokan darah yang berkurang ke tubuh. Gejala-gejala ini termasuk dizziness, pingsan, kelemahan, kelelahan, sesak napas, dan angina (nyeri dada yang disebabkan oleh aliran darah yang berkurang ke otot-otot jantung).
Komplikasi-Komplikasi Dari Atrial Fibrillation
Gagal Jantung
Jika jantung tidak mampu untuk memompa jumlah darah yang memadai ke tubuh, seperti pada beberapa orang-orang dengan AF, tubuh mulai mengkompensasi dengan menahan cairan. Ini dapat menjurus pada kondisi yang disebut gagal jantung. Gagal jantung berakibat pada akumulasi dari cairan pada kaki-kaki bagian bawah (edema) dan paru-paru (pulmonary edema). Pulmonary edema membuat bernapas lebih sulit dan mengurangi kemampuan paru untuk menambah oksigen pada dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah. Tingkat-tingkat oksigen dalam darah dapat jatuh, dan tingkat-tingkat karbon dioksida dalam darah naik, komplikasi yang disebut kegagalan pernapasan (respiratory failure). Ini adalah komplikasi yang mengancam nyawa.
Stroke
Getaran dari atria pada AF menyebabkan darah didalam atria untuk macet (menggenang). Darah yang macet cenderung untuk membentuk gumpalan-gumpalan darah sepanjang dinding-dinding atria. Adakalanya, gumpalan-gumpalan darah ini terlepas, lewat melalui ventricles, dan tersangkut dalam otak, paru-paru, dan bagian-bagian lain dari tubuh. Proses ini disebut embolisasi. Satu komplikasi yang umum dari AF adalah gumpalan darah yang berjalan ke otak dan menyebabkan penimbulan yang tiba-tiba dari kelumpuhan satu sisi dari anggota tubuh dan/atau otot-otot muka (embolic stroke). Gumpalan darah yang berjalan ke paru-paru dapat menyebabkan luka pada jaringan-jaringan paru (pulmonary infarction), dan gejala-gejala dari nyeri dada dan sesak napas. Ketika gumpalan-gumpalan darah berjalan ke anggota-anggota tubuh, tangan-tangan, tungkai-tungkai, atau kaki-kaki yang dingin mungkin terjadi tiba-tiba karena kekurangan darah.
Faktor-Faktor Risiko Untuk Mengembangkan Atrial Fibrillation
Ada banyak faktor-faktor risiko untuk mengembangkan atrial fibrillation. Faktor-faktor risiko ini adalah:
* Umur yang bertambah (1% dari orang-orang diatas umur 60 tahu mempunyai atrial fibrillation)
* Penyakit jantung koroner (termasuk serangan jantung)
* Tekanan darah tinggi
* Fungsi otot jantung yang abnormal (termasuk gagal jantung kongestif)
* Penyakit dari klep mitral antara vnetricle kiri dan kanan
* Kelenjar tiroid yang terlalu aktif (hyperthyroidism) atau overdosis dari obat tiroid
* Jumlah-jumlah oksigen yang rendah dalam darah, misalnya, seperti terjadi dengan penyakit-penyakit paru seperti emphysema atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD)
* Peradangan dari lapisan yang mengelilingi jantung (pericarditis)
* Gumpalan-gumpalan darah dalam paru (pulmonary embolism)
* Penyakit-penyakit paru kronis (emphysema, asma, COPD)
* Pemasukan alkohol yang berlebihan (alkoholisme)
* Penggunaan obat stimulan seperti cocaine atau decongestants
* Operasi jantung atau paru baru-baru ini
* Struktur jantung yang abnormal sejak lahir (penyakit jantung congenital)
Kira-kira 1 dalam 10,000 kaum dewasa muda yang biasanya sehat mempunyai AF tanpa segala penyebab yang jelas atau penyakit jantung yang mendasarinya. AF pada individu-individu ini biasanya adalah sebentar-sebentar, namun dapat menjadi kronis pada 25%. Kondisi ini dirujuk sebagai lone AF. Stres, alkohol, tembakau, atau penggunaan dari stimulan-stimulan mungkin memainkan peran dalam menyebabkan lone AF.
Mendiagnosa Atrial Fibrillation
AF dapat menjadi kronis dan terus menerus, atau singkat dan sebentar-sebentar (paroxysmal). Paroxysmal AF merujuk pada episode-episode yang sebentar-sebentar dari AF yang berlangsung, misalnya, bermenit-menit sampai berjam-jam. Angka denyut jantung berbalik ke normal antara episode-episode. Pada AF yang kronis dan terus menerus, atria berfibrilasi pada semua waktu. AF yang kronis dan terus menerus tidak sulit untuk didiagnosa. Dokter-dokter dapat mendengar denyut-denyut jantung yang cepat dan tidak teratur mengunakan stethoscope. Denyut-denyut jantung yang abnormal juga dapat dirasakan dengan menghitung nadi pasien.
EKG (electrocardiogram)
Electrocardiogram (EKG) adalah perekaman yang singkat dari impuls-impuls elektrik jantung. Jejak-jejak EKG yang tidak teratur dari AF adalah mudah untuk dikenali asalkan AF terjadi selama EKG.
Holter monitor
Jika episode-episode dari AF terjadi secara sebentar-sebentar, EKG standar yang dilakukan pada saat kunjungan ke praktek dokter mungkin tidak menunjukan AF. Oleh karenanya, Holter monitor, perekaman yang terus menerus dari irama jantung selama 24 jam, seringkali digunakan untuk mendiagnosa episode-episode AF yang sebentar-sebentar.
Perekam kejadian yang diaktifkan oleh pasien
Jika episode-episode AF adalah jarang, rekaman Holter 24 jam mungkin tidak menangkap episode-episode sporadis (sekali-sekali) ini. Pada situasi ini, pasien dapat memakai perekan kejadian yang diaktifkan pasien untuk 1 sampai 4 minggu. Pasien menekan tombol untuk memulai perekaman ketika ia merasakan penimbulan dari denyut-denyut jantung yang tidak teratur atau gejala-gejala yang mungkin disebabkan oleh AF. Dokter kemudian menganalisa rekaman-rekaman pada waktu kemudian.
Echocardiography
Echocardiography menggunakan gelombang-gelombang ultrasound untuk menghasilkan gambar-gambar dari kamar-kamar jantung dan klep-klep jantung dan lapisan sekitar jantung (pericardium). Kondisi-kondisi yang mungkin menyertai AF seperti mitral valve prolapse, penyakit-penyakit rheumatic klep, dan pericarditis (peradangan dari "kantong" yang mengelilingi jantung) dapat dideteksi dengan echocardiography. Echocardiography juga bermanfaat dalam mengukur ukuran dari kamar-kamar atria. Ukuran atria adalah faktor yang penting dalam menentukan bagaimana pasien merespon pada perawatan untuk AF. Misalnya, adalah lebih sulit untuk mencapai dan mempertahankan irama jantung yang normal pada pasien-pasien dengan atria yang membesar.
Transesophageal echocardiography (TEE)
Transesophageal echocardiography (TEE) adalah teknik echocardiographic khusus yang melibatkan pengambilan gambar-gambar dari atria menggunakan gelombang suara. Probe khusus yang menghasilkan gelombang-gelombang suara ditempatkan pada esophagus (saluran makanan yang menghubungkan mulut ke lambung). Probe dilokasikan pada ujung dari tabung panjang yang lentur yang dimasukan melalui mulut kedalam esophagus. Teknik ini membawa probe sangat dekat pada jantung (yang terletak tepat didepan esophagus). Gelombang-gelombag suara yang dihasilkan oleh probe dipantulkan dari struktur-struktur didalam jantung, dan gelombang-gelombang suara yang dipantulkan digunakan untuk membentuk gambar dari jantung. TEE adalah sangat akurat untuk mendeteksi gumpalan-gumpalan darah dalam atria serta untuk mengukur ukuran dari atria.
Seperti sebelumnya didiskusikan, darah mungkin menggumpal dalam atria selama AF, dan potongan-potongan dari gumpalan mungkin terlepas dan berjalan ke otak, menyebabkan stroke. Dokter-dokter terutama prihatin tentang gumpalan-gumpalan darah yang terlepas selama atau setelah cardioversion (konversi dari AF balik kedalam irama jantung yang normal dengan obat-obat atau kejutan-kejutan elektrik). Lebih dari itu, dokter-dokter percaya bahwa resumsi (permulaan lagi) dari kontraksi-kontraksi atrial setelah cardioversion yang sukses meningkatkan kemungkinan bahwa potongan-potongan dari gumpalan akan terlepas. Untuk sebab-sebab ini, antikoagulasi (pengenceran) dari darah biasanya dilakukan sebelum cardioversion. Ini mencegah terbentuknya gumpalan baru sementara gumpalan yang lama larut atau mengeras sehingga potongan-potongan gumpalan tidak dapat pecah (terlepas). Jika tidak ada gumpalan-gumpalan terdeteksi dalam atria dengan TEE, risiko stroke setelah cardioversion dipercaya adalah lebih rendah. Jadi, beberapa dokter-dokter menggunakan TEE untuk menentukan risiko stroke setelah cardioversion. Studi-studi sedang dibuat untuk menentukan apakah pasien-pasien dengan TEE normal (tidak ada gumpalan-gumpalan darah) perlu diencerkan darah mereka sebelum cardioversion.
Tes-Tes lain
Tekanan darah tinggi dan tanda-tanda dari gagal jantung dapat dipastikan selama pemeriksaan fisik pasien. Tes-tes darah dilakukan untuk mendeteksi kelainan-kelainan dalam tingkat-tingkat oksigen dan karbon dioksida darah, elektrolit-elektrolit, dan tingkat-tingkat hormon tiroid. X-rays dada mengungkap pembesaran jantung, gagal jantung, dan penyakit-penyakit lain dari paru. Pengujian latihan treadmill (perekaman yang terus menerus dari EKG selama latihan) adalah studi penyaringan (screening) yang berguna untuk mendeteksi penyakit jantung koroner yang parah.
Merawat Atrial Fibrillation
Perawatan dari AF adalah banyak segi-segi dan melibatkan 1) membalikan faktor-faktor yang menyebabkan AF, 2) memperlambat angka denyutan jantung dengan obat-obat, 3) mencegah stroke-stroke, 4) mengkonversi AF ke irama jantung yang normal dengan obat-obat atau kejutan elektrik, 5) mencegah kekambuhan dari AF dengan obat-obat, dan 6) menggunakan prosedur-prosedur (misalnya, pacu jantung, defibrillators, operasi) untuk mencegah episode-episode AF.
Membalikan Faktor-Faktor Risiko Yang Menyebabkan Atrial Fibrillation
Langkah pertama yang penting dalam perawatan dari atrial fibrillation adalah untuk menemukan dan membetulkan kondisi-kondisi (seperti hyperthyroidism atau penggunaan obat-obat stimulan) yang dapat menyebabkan atrial fibrillation. Langkah-langkah ini termasuk:
* Menghentikan penggunaan obat-obat stimulan dan pemasukan alkohol yang berlebihan
* Mengontrol tekanan darah tinggi
* Mengkoreksi hyperthyroidism (terlalu banyak hormon tiroid) dan tingkat-tingkat oksigen darah yang rendah
* Mengontrol gagal jantung dan merawat penyakit-penyakit dari jantung dan paru-paru yang dapat menyebabkan AF
Memperlambat Denyut Jantung Dengan Obat-Obat
Setelah menyampingkan atau mengkoreksi faktor-faktor yang menyebabkan AF, langkah berikutnya ketika ventricles berdenyut terlalu cepat biasanya adalah untuk memperlambat angka denyutan padanya ventricles berdenyut.
Obat-obat yang tersedia. Pasien-pasien dengan AF dan AV nodes yang sehat biasanya mempunyai ventricles berdenyut secara cepat. Obat-obat adalah perlu untuk memperlambat angka denyut jantung yang cepat. Obat-obat untuk memperlambat angka denyut jantung pada AF termasuk:
* digoxin (digitalis)
* Beta blockers seperti propranolol (Inderal), atenolol (Tenormin), metoprolol (Lopressor), esmolol (Brevibloc)
* Calcium channel blockers seperti verapamil (Calan), diltiazem (Cardizem)
Obat-obat ini memperlambat angka denyut jantung dengan memperlambat konduksi dari impuls-impuls elektrik melalui AV node. Obat-obat ini, bagaimanapun, biasanya tidak merubah AF balik kepada irama yang normal. Obat-obat atau perawatan-perawatan lain adalah perlu untuk mencapai irama jantung yang normal.
Manfaat-manfaat dari mengontrol angka denyut jantung. Pada pasien-pasien dengan kontraksi-kontraksi ventricle yang cepat sebagai akibat dari AF, memperlambat angka dari kontraksi-kontraksi ventricle memperbaiki efisiensi jantung pada pemasokan darah (dengan mengizinkan lebih banyak waktu antara kontraksi-kontraksi untuk ventricles mengisi dengan darah) dan membebaskan gejala-gejala dari aliran darah yang tidak cukup - kepeningan, kelemahan, dan sesak napas.
Dengan AF yang kronis dan terus menerus, dokter-dokter mungkin memutuskan untuk membiarkan beberapa pasien-pasien pada AF dengan syarat bahwa angka-angka denyut jantung mereka terkontrol, hasil (keluaran) darah dari ventricles cukup, dan darah mereka cukup encer untuk mencegah stroke-stroke. Bentuk perawatan ini disebut rate control therapy (lihat dibawah).
Keterbatasan-keterbatasan dari obat-obat untuk mengontrol angka denyut jantung. Pada pasien-pasien dengan AV nodes yang berpenyakit, kontraksi-kontraksi ventricle mungkin adalah lebih lambat dari pasien-pasien yang mempunyai AV nodes yang normal. Lebih dari itu, beberapa pasien-pasien kaum tua dengan AF adalah sangat sensitif pada obat-obat yang memperlambat angka dari kontraksi-kontraksi ventricle, biasanya karena AV node yang berpenyakit. Pada pasien-pasien ini, angka denyut jantung dapat menjadi perlahannya berbahaya dengan dosis-dosis kecil dari obat-obat untuk memperlambat jantung. Kondisi ini dirujuk sebagai tachycardia-bradycardia syndrome, atau "sick sinus syndrome". Pasien-pasien dengan tachycardia-bradycardia syndrome perlu obat-obat untuk mengontrol angka denyut jantung yang cepat dan pacu jantung untuk menyediakan angka denyut jantung aman yang minimum.
Obat-obat yang digunakan dalam memperlambat AF umumnya tidak dapat merubah AF ke irama normal. Oleh karenanya pasien-pasien ini berisiko untuk pembentukan gumpalan-gumpalan darah dalam jantung dan stroke-stroke dan akan perlu pengencer darah yang berkepanjangan dengan anticoagulants seperti warfarin (Coumadin).
Antikoagulasi Untuk Mencegah Gumpalan-Gumpalan Darah Dan Stroke
AF adalah salah satu dari penyebab-penyebab yang paling penting dari stroke di Amerika. Warfarin (Coumadin) adalah pengencer darah yang mencegah pembentukan gumpalan-gumpalan darah. Studi-studi pada pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus dan AF yang sporadis (paroxysmal) telah menunjukan bahwa warfarin mengurangi stroke-stroke.
Aspirin adalah anti-platelet agent. Platelets adalah elemen-elemen dalam darah yang perlu untuk terbentuknya gumpalan-gumpalan darah. Aspirin dapat dipertimbangkan sebagai pengencer darah yang lebih ringan daripada warfarin, namun ia tidak diandalkan seperti warfarin dalam mencegah stroke-stroke pada pasien-pasien dengan AF. Beberapa dokter-dokter meresepkan aspirin pada pasien-pasien ketika risiko perdarahan dari warfarin dipercayai terlalu tinggi dan pada pasien-pasien yang menolak untuk mengambil warfarin. Pasien-pasien muda dengan lone AF yang tidak berada pada peningkatan risiko stroke adakalanya diberikan aspirin daripada warfarin.
Efek-efek sampingan dari warfarin. Ada beberapa pasien-pasien yang berada pada peningkatan risiko untuk efek-efek sampingan dari warfarin. Terutama:
* Pasien-pasien dengan luka-luka borok lambung yang aktif dapat mengembangkan perdarahan borok ketika pada warfarin.
* Pasien-pasien kaum tua dapat mengalami hemorrhage kedalam otak ketika mengambil warfarin. Risiko hemorrhage adalah lebih tinggi jika pasien juga mempunyai tekanan darah tinggi.
* Pasien-pasien kaum tua yang goyah dan/atau cenderung pada kecelakaan berada pada peningkatan risiko untuk trauma yang dapat berakibat pada perdarahan yang berlebihan.
Karena efek-efek sampingan yang serius ini, pasien-pasien yang menggunakan warfarin harus dimonitor secara ketat dengan pengujian-pengujian penggumpalan seperti INR. INR adalah tes darah yang mengukur derajat dari pengenceran darah. (Lebih tinggi nilai untuk INR, lebih encer darahnya). Dalam mencegah stroke-stroke pada pasien-pasien dengan AF, dosis warfarin disesuaikan untuk mencapai "batasan therapeutik" dari INR. Nilai-nilai INR yang lebih tinggi daripada batasan therapeutik dihubungkan dengan risiko perdarahn yang meningkat, sementara nilai-nilai dibawah batasan therapeutik dihubungkan dengan pengurangan keefektifan pada pencegahan stroke. Pasien-pasien yang tidak dapat diandalkan atau tidak bersedia untuk dimonitor dengan pengukuran-pengukuran INR yang teratur mungkin dipertimbangkan untuk perawatan dengan aspirin daripada dengan warfarin.
Efek yang bermanfaat dari warfarin dalam mencegah stroke-stroke perlu diseimbangkan terhadap risiko perdarahan yang berlebihan jika darah menjadi terlalu encer.
Calon-calon untuk warfarin. Dokter-dokter merekomendasi warfarin pada kebanyakan pasien-pasien kaum tua yang berumur 65 tahun atau lebih tua dengan AF yang paroxysmal (kekambuhan episode-episode) atau kronis terus menerus. Dalam keseimbangan, pasien-pasien kaum tua dengan AF lebih mungkin untuk mendapat manfaat dari warfarin karena mereka berada pada risiko stroke yang sangat tinggi.
Pasien-pasien yang lebih muda dari 65 tahun dengan AF, terutama mereka yang dengan embolic strokes sebelumnya, penyakit-penyakit jantung yang signifikan, diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, gagal jantung, penyakit jantung koroner, atau kamar-kamar atria yang membesar secara abnormal juga adalah calon-calon untuk warfarin.
Pasien-pasien yang bukan calon-calon untuk warfarin. Pasien-pasien yang bukan calon-calon untuk warfarin termasuk:
* Pasien-pasien dengan kondisi-kondisi yang meningkatkan risiko perdarahan yang berlebihan, seperti pasien-pasien dengan luka-luka borok yang aktif atau luka-luka perdarahan pada usus-usus
* Pasien-pasien kaum tua yang goyah dan/atau cenderung untuk kecelakaan dan yang berada pada peningkatan risiko untuk trauma yang dapat berakibat pada perdarahan yang berlebihan
* Pasien-pasien yang tidak dapat diandalkan atau tidak bersedia untuk dimonitor dengan pengukuran-pengukuran INR yang teratur (untuknya terapi dengn aspirin mungkin lebih baik)
Merubah Atrial Fibrillation Ke Irama Normal
Merubah AF ke irama yang normal dapat dipenuhi dengan obat-obat (chemical cardioversion) atau dengan kejutan-kejutan elektrik (electrical cardioversion). Dokter-dokter biasanya merekomendasi bahwa semua pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus menjalani paling sedikit satu percobaan (usaha) pada cardioversion, chemical atau electrical. Cardioversion yang sukses dapat meredakan gejala-gejala, memperbaiki toleransi latihan, memperbaiki kwalitas hidup, dan menurunkan risiko dari stroke-stroke. Dokter-dokter biasanya mencoba pertama cardioversion medis, dan jika obat-obat gagal, kemudian mencoba electrical cardioversion.
Pasien-pasien yang lebih mungkin mencapai dan mempertahankan irama jantung yang normal dengan chemical atau electrical cardioversion termasuk:
* Pasien-pasien yang lebih muda dari umur 65 tahun
* Pasien-pasien yang telah mempunyai AF untuk waktu yang singkat (kurang dari 12 bulan)
* Pasien-pasien dengan ukuran normal dari atria dan ventricles
* Pasien-pasien yang sedang mempunyai episode pertama mereka dari AF
Cardioversion dengan obat-obat. Sebelum meresepkan obat-obat untuk cardioversion, dokter biasanya mengontrol angka dari kontraksi-kontraksi ventricle dan mengencerkan darah, biasanya dengan warfarin.
1) Obat-obat yang tersedia. Obat-obat yang digunakan pada cardioversion biasanya bekerja dengan menghalangi kanal-kanal pada dinding-dinding dari sel-sel melaluinya ion-ion berjalan (sodium channels, potassium channels, beta adrenergic channels, dan calcium channels). Beberapa contoh-contoh dari obat-obat ini termasuk:
* quinidine (Quinaglute)
* procainamide (Procan SR)
* disopyramide (Norpace)
* flecainide (Tambocor)
* sotalol (Betapace)
* flecainide (Tambocor)
* amiodarone (Cordarone)
Obat-obat ini mampu merubah AF ke irama normal pada kira-kira 50% dari pasien-pasien. Mereka seringkali digunakan jangka panjang untuk mempertahankan irama yang normal dan mencegah kekambuhan-kekambuhan dari AF.
2) Kerugian-kerugian dari menggunakan obat-obat. Obat-obat yang digunakan untuk merubah AF membawa risiko kecil yang menyebabkan irama-irama jantung abnormal lainnya - mereka dikatakan adalah pro-arrhythmic- terutama pada pasien-pasien dengan penyakit-penyakit dari otot jantung atau arteri-arteri koroner. Irama-irama jantung abnormal ini dapat menjadi lebih mengancam nyawa daripada AF. Oleh karenanya, perawatan dengan obat-obat ini seringkali dimulai di rumah sakit sementara irama pasien secara terus menerus dimonitor untuk 24-72 jam.
Obat-obat ini mungkin tidak efektif dalam jangka panjang. Banyak pasien-pasien akhirnya mengembangkan kekambuhan dari AF meskipun dengan obat-obat.
Obat-obat yang digunakan dalam merawat atrial fibrillation seringkali mempunyai efek-efek sampingan yang penting. Banyak pasien-pasien menghentikan mereka karena mereka tidak dapat mentolerir efek-efek sampingan ini. Misalnya, amiodarone secara umum digunakan dalam merawat AF karena ia adalah kurang pro-arrhythmic dan telah ditunjukan mempertahankan irama yang normal pada sampai dengan 75% dari pasien-pasien. Bagaimanapun, amiodarone seringkali menyebabkan efek-efek sampingan dan interaksi-interaksi obat. Kira-kira 7 dari setiap 10 pasien-pasien yang mengambil amiodarone mengalami beberapa tipe dari efek sampinan, dan antara 1 dalam 5 dan 1 dalam 20 mengalami efek-efek sampingan yang cukup parah dimana amiodarone harus dihentikan. Amiodarone dapat berinteraksi dengan obat-obat lain seperti tricyclic antidepressants, misalnya, amitriptyline (Elavil) atau phenothiazine antipsychotics, misalnya, chlorpromazine (Thorazine) dan menyebabkan irama-irama jantung yang abnormal. Amiodarone berinteraksi dengan warfarin dan meningkatkan risiko perdarahan. Interaksi ini dengan warfarin dapat terjadi sedini 4-6 hari setelah permulaan dari kedua obat-obat atau dapat tertunda beberapa minggu. Jadi, dokter-dokter yang meresepkan kedua-duanya warfarin dan amiodarone akan menyesuaikan dosis dari warfarin untuk menghindari pengenceran darah yang berlebihan. Amiodarone juga dapat menyebabkan gangguan-gangguan tiroid pada fetus jika dimasukan secara oral ke ibu selama kehamilan. Amiodarone juga mungkin mempengaruhi fungsi tiroid pada kaum dewasa. Efek-efek sampingan yang paling parah dari amiodarone adalah keracunan paru yang berpotensi dapat menjadi fatal. Karena keracunan paru ini, pasien-pasien harus melaporkan segala gejala-gejala dari batuk, demam, atau pernapasan yang menyakitkan pada dokter-dokter mereka.
Electrical cardioversion. Electrical cardioversion adalah prosedur yang digunakan oleh dokter-dokter untuk merubah irama jantung yang abnormal (seperti AF) ke irama yang normal (sinus rhythm). Electrical cardioversion memerlukan pemasukan dari kejutan elektrik melalui dada. Kejutan elektrik menghentikan aktivitas elektrik yang abnormal dari jantung untuk saat yang singkat dan mengizinkan irama jantung yang normal mengambil alih. Meskipun electrical cardioversion dapat digunakan untuk merawat hampir segala denyut jantung yang cepatnya abnormal (seperti atrial flutter dan ventricular tachycardia), ia digunakan paling sering untuk merubah AF ke irama normal.
Warfarin biasanya diberikan untuk 3 sampai 4 minggu sebelum cardioversion untuk mengecilkan risiko stroke yang dapat terjadi selama atau segera setelah cardioversion. Warfarin diteruskan untuk empat sampai enam minggu setelah cardioversion yang sukses. Untuk beberapa pasien-pasien yang memerlukan electrical cardioversion yang mendesak, warfarin mungkin tidak bekerja cukup cepat untuk mengencerkan darah. Oleh karenanya, pasien-pasien ini mungkin diberikan heparin sebelum electrical cardioversion. Heparin adalah pengencer darah yang bekerja lebih cepat daripada warfarin, namun ia harus dimasukan sebagai infusi intravena yang terus menerus atau sebagai suntikan-suntikan dibawah kulit. Setelah cardioversion yang sukses, pasien-pasien ini dapat dipindahkan dari heparin ke warfarin.
* 1) Metode dari cardioversion. Electrical cardioversions (urgent dan elective) biasanya dilakukan di rumah sakit. Untuk elective (non-urgent) electrical cardioversion, pasien-pasien biasanya tiba di rumah sakit tanpa makan di pagi hari. Obat-obat yang diperlukan dapat diminum dengan minuman air yang sedikit-sedikit. Pasien-pasien diberikan suplemen oksigen via kateter-kateter hidung, dan infusi cairan intravena dimulai. Elektrode-elektrode (pads) ditempatkan pada kulit diatas dada untuk secara terus menerus memonitor irama jantung. Paddles kemudian ditempatkan diatas dada dan punggung bagian atas. Pasien-pasien dibius secara intravena dengan obat-obat. Ini diikuti dengan kejutan elektrik yang kuat melalui paddles. Kejutan merubah AF ke irama normal. Setelah cardioversion, pasien-pasien diamati untuk beberapa jam atau semalaman untuk memastikan bahwa irama jantung normal mereka stabil.
* 2) Keefektifan dari electrical cardioversion. Electrical cardioversion lebih efektif daripada obat-obat sendirian dalam mengakhiri AF dan memugar kembali irama jantung yang normal. Electrical cardioversion dengan sukses memugar kembali irama jantung yang normal pada lebih dari 95% dari pasien-pasien.
* 3) Keterbatasan-keterbatasan dari electrical cardioversion. Sementara electrical cardioversion adalah efektif dalam merubah AF ke irama jantung yang normal, irama normal mungkin tidak terus menerus lama. Kira-kira 75% dari pasien-pasien yang dirawat dengan sukses dengan electrical cardioversion mengalami kekambuhan AF dalam 12-24 bulan. Pasien-pasien yang lebih tua dengan atria dan ventricles yang membesar yang telah mempunyai AF untuk waktu yang lama adalah terutama cenderung pada kekambuhan-kekambuhan. Jadi, kebanyakan pasien-pasien yang menjalani cardioversion yang sukses ditempatkan pada obat-obat oral untuk encegah kekambuhan-kekambuhan dari AF.
* 4) Risiko-risiko dari electrical cardioversion. Risiko-risiko dari electrical cardioversion termasuk stroke, serangan jantung, kulit-kulit yang terbakar, dan pada kejadian-kejadian yang jarang, kematian.
* 5) Calon-calon untuk electrical cardioversion. Dokter-dokter biasanya merekomendasi bahwa semua pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus menjalani paling sedikit satu usaha pada cardioversion. Cardioversion biasanya dicoba pertama dengan obat-obat. Jika obat-obat gagal, electrical cardioversion dapat dipertimbangkan. Adakalanya dokter mungkin memilih menggunakan electrical cardioversion pertama jika AF adalah berdurasi singkat (penimbulan dalam 48 jam) dan transesophageal echocardiography menunjukan tidak ada gumpalan-gumpalan darah dalam atria.
Electrical cardioversion dilakukan secara mendesak (pada basis darurat) pada pasien-pasien dengan gejala-gejala yang parah dan berpotensi mengancam nyawa yang disebabkan oleh AF. Contohnya, beberapa pasien-pasien dengan AF yang cepat dapat mengembangkan nyeri dada, sesak napas, dan kepeningan atau pingsan. (Nyeri dada pada pasien-pasien ini disebabkan oleh kekurangan pemasokan darah ke otot-otot jantung. Sesak napas mengindikasikan pemompaan darah yang tidak efektif oleh ventricles. Pingsan atau kepeningan biasanya disebabkan oleh tekanan darah yang rendahnya berbahaya).
Rate control therapy. Studi-studi baru-baru ini telah menunjukan bahwa alternatif yang dapat diterima pada cardioversion (chemical atau electrical) adalah rate-control therapy. Pada rate-control therapy, dokter akan membiarkan pasien-pasien pada AF dengan syarat angka kontraksi-kontraksi ventricle mereka dibawah kontrol yang baik, hasil keluaran darah dari jantung cukup, dan darah mereka cukup diencerkan dengan warfarin untuk mencegah stroke-stroke. Angka denyut jantung pada pasien-pasien ini dapat dikontrol menggunakan obat-obat seperti beta-blockers, calcium channel blockers, atau digoxin atau AV node ablation dengan penanaman pacu jantung. Rate-control therapy digunakan untuk menyederhanakan terapi dan menghindari efek-efek sampingan dari obat-obat anti-arrhythmic (obat-obat yang digunakan untuk merawat dan mencegah AF).
Melaui periode-periode pengamatan yang panjang, pasien-pasien yang dirawat dengan rate-control therapy mempunyai kelangsungan hidup dan kwalitas hidup yang serupa dibanding pada pasien-pasien yang menjalani electrical atau chemical cardioversions yang berulangkali.
Calon-calon yang cocok untuk rate-control therapy termasuk:
o Pasien-pasien yang telah mempunyai AF lebih dari satu tahun
o Pasien-pasien dengan penyakit yang signifikan dari klep-klep jantung
o Pasien-pasien dengan jantung-jantung yang membesar sebagai akibat dari gagal jantung atau cardiomyopathy (kelemahan otot jantung)
o Pasien-pasien dengan efek-efek sampingan yang signifikan atau tidak dapat mentolerir obat-obat untuk AF
Prosedur-Prosedur Untuk Merawat Dan Mencegah Atrial Fibrillation
Setelah cardioversion yang sukses banyak pasien-pasien (sampai dengan 75%) mungkin mengalami kekambuhan dari AF dalam 12 bulan. Oleh karenanya, banyak pasien-pasien akan memerlukan perawatan jangka panjang dengan obat-obat untuk mencegah kekambuhan AF; bagaimanapun, obat-obat efektif hanya 50%-75% dari waktu dalam mencegah kekambuhan. Lebih dari itu, banyak pasien-pasien tidak dapat mentolerir efek-efek sampingan dari pengobatan jangka panjang. Untuk sebab-sebab ini, beberapa prosedur-prosedur telah dikembangkan untuk merawat dan mencegah kekambuhan dari AF; mereka termasuk:
* Ablasi AV node dengan implantasi (penanaman) pacu jantung
* Implantasi (penanaman) pacu jantung
* Implantasi (penanaman) atrial defibrillator
* Prosedur Maze
* Isolasi pulmonary vein
Ablasi AV node dengan implantasi (penanaman) pacu jantung. Ablasi AV node adalah prosedur yang menghancurkan AV node sehingga pelepasan-pelepasan elektrik (impuls-impuls elektrik) atrial tidak dapat lewat melalui AV node untuk mengaktifkan ventricles. Prosedur biasanya dilakukan dalam unit kateterisasi jantung atau unit electrophysiology rumah sakit.
1) Prosedur. Untuk ablasi AV node, pasien-pasien diberikan pembiusan lokal untuk mengecilkan nyeri dan dibuat tenang secara ringan dengan obat-obat intravena. Menggunakan bimbingan x-ray, kateter dimasukan melalui vena pada selangkangan untuk mencapai jantung. Rekaman-rekaman elektrik dari bagian dalam jantung membantu melokalisir AV node. AV node dihancurkan (diablasi) menggunakan panas yang dipasok oleh kateter. Setalah ablasi yang sukses dari AV node, impuls-impuls elektrik dari atria tidak dapat lagi mencapai ventricles. Penghancuran dari AV node (apakah dengan ablasi kateter atau oleh penyakit yang terjadi dengan penuaan) dapat menjurus pada angka kontraksi-kontraksi ventricle yang lambatnya berlebihan (angka denyut jantung yang lambat). Oleh karenanya, pacu jantung ditanamkan (diimplantasikan) dalam rangka untuk mencegah jantung dengan angka denyut jantung aman yang minimum.
2) Manfaat-manfaat dari ablasi AV node. Manfaat-manfaat dari ablasi AV node dan implantasi pacu jantung termasuk:
* permulaan lagi dari angka denyut jantung yang teratur (meskipun pacu jantung mungkin menentukan angka denyut jantung)
* pembebasan dari palpitasi-palpitasi, pingsan, kepeningan, dan sesak napas
* kemampuan untuk menghentikan obat-obat dan menghindari efek-efek sampingan mereka yang berpotensi serius
3) Risiko-risiko dari ablasi AV node. Komplikasi-komplikasi yang berpotnsi dari ablasi AV node dan implantasi yang permanen dari pacu jantung termasuk perdarahan, infeksi, serangan jantung, stroke, introduksi dari udara kedalam ruang antara paru dan dinding dada, dan kematian. Tetap, teknik ini telah membantu banyak pasien-pasien dengan gejala-gejala yang parah untuk hidup secara normal.
4) Calon-calon untuk ablasi AV node. Calon-calon untuk ablasi AV node adalah pasien-pasie dengan AF yang merespon secara buruk pada keduanya chemical dan electrical cardioversion. Pasien-pasien ini mengalami kekambuhan-kekambuhan AF yang berulangkali, seringkali dengan angka-angka yang cepat dari kontraksi-kontraksi ventricle meskipun dengan obat-obat. Ablasi juga mungkin adalah opsi (pilihan) untuk pasien-pasien yang mengembangkan efek-efek sampingan yang serius dari obat-obat yang digunakan untuk merawat dan mencegah AF.
5) Keterbatasan-keterbatasan dari ablasi AV node. Ablasi AV node hanya mengontrol angka dengannya ventricles berdenyut. Ia tidak merubah AF ke irama normal. Oleh karenanya, gumpalan-gumpalan darah masih dapat terbentuk dalam atria dan pasien-pasien tetap berada pada risiko stroke-stroke. Jadi, ada keperluan untuk antikoagulasi jangka panjang sebagai tambahan pada pacu jantung yang permanen.
Pacu jantung (Pacemaker). Pacu jantung- pacu jantung permanen adalah alat-alat yang dioperasikan dengan baterai yang menghasilkan impuls-impuls elektrik yang menyebabkan jantung untuk berdenyut lebih cepat ketika jantung berdenyut terlalu perlahan. Studi-stui baru-baru ini menyarankan bahwa beberapa pasien-pasien dengan paroxysmal AF yang kambuh dapat mendapat manfaat dari implantasi pacu jantung yang permanen. Meskipun sebab-sebab untuk manfaat ini tidak diketahui, impuls-impuls elektrik yang teratur dari pacu jantung mungkin mencegah kekambuhan AF. Lebih jauh, pacu jantung-pacu jantung yang lebih baru yang dapat menstimulasi dua tempat-tempat yang berbeda dalam atria (dual site atrial pacing) mungkin bahkan adalah lebih efektif daripada pacu jantung standar dalam mencegah AF. Meskipun demikian, implantasi pacu jantung permanen tidak dadpat dipertimbangkan sebagai perawatan AF non-medis yang standar.
Implantasi atrial defibrillators. Atrial defibrillators yang diimplantasikan dapat mendeteksi dan merubah AF kembali ke irama normal dengan menggunakan kejutan-kejutan bertenaga tinggi. Dengan mendeteksi AF dan mengakhirinya secara cepat, dokter-dokter berharap bahwa alat-alat ini akan mencegah kekambuhan-kekambuan dari AF melalui jangka panjang.
Atrial defibrillators diimplantasikan secara operasi didalam dada dibawah pembiusan lokal. Alat-alat ini memasok kejutan-kejutan bertenaga tinggi pada jantung yang adalah sedikit banyak menyakitkan. Atrial defibrillators tidak berguna pada pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus dan cocok hanya untuk pasien-pasien dengan serangan-serangan AF episodik yang jarang.
Prosedur Maze. Banyak dokter-dokter percaya bahwa atria tidak dapat fibrillate (bergetar) jika mereka dibelah kedalam potongan-potongan kecil sehingga konduksi dari arus listrik melalui atria disela (diinterupsi). Selama prosedur Maze, banyak irisan-irisan dibuat dalam atria untuk mengontrol denyut jantung yang tidak teratur dan memugar kembali irama yang teratur pada jantung.
1) Prosedur. Prosedur Maze paling umum dilakukan via operasi jantung terbuka. Beberapa electrophysiologists (dokter-dokter yang dilatih khusus untuk merawat kelainan-kelainan irama) sekarang mencoba melakukan prosedur Maze menggunakan kateter-kateter didalam jantung yang dimasukan melalui vena di selangkangan tanpa operasi jantung terbuka. Sayangnya, angka keberhasilan menggunakan kateter adalah dibawah 50% dan komplikasi-komplikasi (seperti stroke-stroke) mungkin terjadi.
2) Keefektifan dari prosedur Maze. Prosedur Maze uang dilakukan secara operasi (menggunakan operasi jantung terbuka) telah dilaporkan mengkoreksi AF pada 90-99% dari pasien-pasien. Hanya 15-20% dari pasien-pasien memerlukan pacu jantung setelah operasi, dan hanya ada 30% kesempatan memerlukan obat-obat jangka panjang untuk mempertahankan irama normal.
3) Risiko-risiko dari prosedur Maze. Prosedur maze secara operasi melibatkan operasi jantung terbuka dan pemompaan darah oleh pompa bypass eksternal ketika operasi dilakukan, banyak seperti pasien-pasien yang menjalankan opersi bypass jantung. Komplikasi-komplikasi adalah signifikan dan termasuk stroke, perdarahan, infeksi, dan kematian. Oleh karenanya, dokter-dokter biasanya tidak merekomendasi prosedur maze secara operasi untuk perawatan AF kecuali pasien menjalani operasi jantung terbuka untuk kondisi lain (seperti untuk coronary artery bypass atau penggantian atau perbaikan penyakit klep jantung).
Yang Baru Pada Atrial Fibrillation
Pulmonary vein isolation
Empat vena-vena pulmo (pulmonary veins) adalah pembuluh-pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya oksigen dar paru-paru ke atrium kiri. Ada pita sempit dari sel-sel otot yang mengelilingi bukaan-bukaan (mulut-mulut) dari vena-vena pulmo dimana mereka memasuki atrium kiri. Pita dari sel-sel otot ini mungkin mulai secara aktif menembakan/melepaskan elektrik, dan penembakan atau pelepasan ini mungkin mengawali AF. Selama isolasi vena pulmo atau pulmonary vein isolation (PVI), pita dari sel-sel otot dihancurkan oleh tenaga yang diaplikasikan melalui kateter. Ini secara efektif menghalangi impuls-impuls elektrik dari penyeberangan dari pita ke atrium kiri dan makanya mencegah AF.
Prosedur. Sebelum PVI, dokter melakukan pemeriksaan sejarah dan fisik, EKG, 24-jam Holter monitor, dan trans-esophageal echocardiogram untuk menyampingkan gumpalan-gumpalan darah dalam atria, dan, adakalanya, CAT scan dari dada. Dokter juga mungkin meminta pasien untuk menghentikan obat-obat tertentu, terutama pengencer-pengencer darah seperti aspirin, clopidogrel (Plavix), atau warfarin, beberapa hari sebelum prosedur. Dokter mungkin memeriksa waktu prothrombin darah dan tingkat INR untuk memastikan bahwa penggumpalan darah adalah cukup untuk prosedur.
PVI dilakukan dibawah penenangan kesadaran yang dalam (namun bukan pembiusan umum) pada laboratorium electro-physiology jantung dan memakan waktu tiga sampai enam jam. Beberapa kateter-kateter dimasukan melalui vena-vena besar (di leher, lengan atau selangkangan) dan dimasukan kedalam atrium kiri dibawah bimbingan x-ray (fluoroscopy). Salah satu dar kateter-kateter dilengkapi dengan ultrasound transducer yang mengizinkan dokter untuk melihat struktur-struktur didalam jantung selama prosedur. Sambungan dari vena-vena pulmo (pulmonary veins) dengan atrium kiri diidentifikasi, dan tenaga kemudian digunakan melalui kateter yang lain pada area ini. Ini berakibat pada kehancuran dari pita dari sel-sel otot dan penggantian mereka oleh jaringan parut. Proses ini diulangi pada mulut dari setiap empat vena-vena pulmo kedalam atrium kiri.
Course post-pulmonary vein isolation. Setelah PVI, pasien-pasien tetap di unit telemetry rumah sakit untuk beberapa hari sehingga irama jantung dapat dimonitor.
Banyak pasien-pasien akan mengalami AF dan palpitasi-palpitasi (denyut jantung yang tidak teratur) ketika di rumah sakit dan selama dua atau tiga bulan pertama setelah PVI. Oleh karenanya, mereka diberikan obat-obat seperti amiodarone untuk mencegh episode-episode dari AF dan antikoagulasi dengan obat-obat seperti warfarin untuk mencegah stroke-stroke. Palpitasi-palpitasi dan episode-episode dari AF secara berangsur-angsur berkurang. Pada tiga bulan setelah prosedur, mayoritas dari pasien-pasien akan mempunyai irama normal, dan dokter mungkin menghentikan warfarin dan amiodarone.
Pasien-pasien biasanya akan mempunyai EKG dan CAT scan dada tiga bulan setelah PVI. CAT scan dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada penyempitan dari pulmonary veins (pulmonary vein stenosis) yang disebabkan oleh luka parut.
Keefektifan dari pulmonary vein isolation. PVI di Amerika adalah prosedur yang baru. Kebanyakan cardiologists (spesialis-spesialis jantung) di Amerika mempunyai pengalaman yang terbatas dengan PVI. Jika dilakukan oleh dokter-dokter yang berpengalaman, PVI dapat diharapkan mencegah AF pada 70% sampai 80% dari pasien-pasien selama tahun pertama. Beberapa pasien-pasien mungkin memerlukan prosedur-prosedur PVI tambahan untuk mencegah lebih jauh episode-episode AF. Karena prosedur ini adalah baru, adalah sulit untuk mengetahui apakah pasien-pasien yang dirawat dengan sukses akan terus menerus pada irama normal untuk periode waktu yang berkepanjangan.
Risiko-risiko dari pulmonary vein isolation. Jika dilakukan oleh dokter-dokter yang berpengalaman pada PVI, prosedur adalah aman. Risiko-risiko dari pulmonary vein isolation termasuk cardiac tamponade (perdarahan kedalam pericardium, kantong yang mengelilingi jantung), penyempitan mulut-mulut dari vena-vena pulmo, luka pada syaraf phrenic yang mengontrol fungsi dari diafragma, luka pada pembuluh-pembuluh darah tepi (peripheral), dan, pada kasus-kasus yang jarang, kematian.
Pada tahun-tahun awal dari PVI, dokter-dokter mencoba untuk menghancurkan jaringan-jaringan didalam vena-vena pulmo (pulmonary veins). Ini menjurus pada penyempitan (yang disebabkan oleh luka parut) dari pulmonary veins yang, pada gilirannya, menjurus pada pulmonary hypertension, kondisi dimana tekanan darah dalam pulmonary veins dan arteri-arteri meningkat. Pulmonary hypertension adalah kondisi yang serius yang dapat menjurus pada gagal jantung dan bahkan kematian. Dokter-dokter tidak lagi mencoba untuk menghancurkan jaringan didalam pulmonary veins. Sebagai gantinya, mereka mencoba untuk menghancurkan jaringan-jaringan hanya pada sambungan dari pulmonary veins dan atria. Teknik sekarang ini tidak hanya lebih aman namun lebih efektif dan sederhana.
Calon-calon untuk pulmonary vein isolation. Umumnya, calon-calon yang baik untuk PVI termasuk:
* Pasien-pasien dengan AF yang kronis terus menerus atau paroxysmal (sebentar-sebentar) AF
* Pasien-pasien yang mengembangkan kekambuhan AF ketika pada pengobatan-pengobatan
* Pasien-pasien dengan kekambuhan AF yang tidak dapat mentolerir efek-efek sampingan dari obat-obat jangka panjang
* Pasien-pasien dengan kekambuhan AF yang tidak menginginkan untuk meneruskan mengambil obat-obat jangka panjang atau anti-koagulasi
Komentar
Posting Komentar