Mimisan

PERIKSAKAN JIKA TAK INGIN KEBABLASAN

Mimisan memang bukan penyakit baru. Keluarnya darah dari hidung ini tak jarang hanya dianggap sekadar panas dalam oleh masyarakat awam. Jika terjadi berulang-ulang, waspadalah. Bisa saja itu merupakan gejala penyakit yang lebih serius.

Mimisan alias keluarnya darah dari hidung atau terjadinya perdarahan di hidung, bisa saja terjadi secara spontan. Misalnya, akibat trauma atau terbentur, dikorek-korek oleh jari tangan , atau masuknya benda asing masuk ke dalam hidung. Sebaliknya, ada juga darah yang keluar dari lubang hidung tanpa diketahui, misalnya ketika sedang tidur, berolah raga, atau di mana saja. Kejadian ini dikenal dengan mimisan atau istilah medisnya epistaksis.

KLIK - Detail Dari penyebabnya, jelas Dr. Chospiadi Irawan, SpPD, KHOM, mimisan dibedakan menjadi dua bagian. "Yang pertama disebabkan faktor organik atau adanya kelainan organ dan kedua adalah gangguan medik atau adanya gangguan pembekuan darah." Mimisan karena kelainan organ bawaan akan terlihat sejak usia dini. Anak dipastikan sering mengalami mimisan. Biasanya terjadi pada usia balita atau anak usia aktif.

Begitu anak stres, beraktivitas, dan teriritasi, ia mimisan. Mungkin si kecil memiliki kelemahan pada organ hidung atau pembuluh darah hidungnya. "Namun, idealnya, sejak anak-anak tidak terjadi mimisan karena orang normal memiliki toleransi terhadap suhu di lingkungan sekitarnya. Dengan kata lain, ia punya daya tahan tubuh yang baik."

Pemicu terjadinya mimisan pun tergantung dari kedua penyebab di atas. Jika disebabkan kelainan organik, biasanya mimisan terjadi akibat adanya rangsangan dari zat-zat yang mengandung toxic (racun) atau gas, suhu yang ekstrem, misalnya udara yang sangat panas dan kering, serta udara yang sangat dingin. Kondisi-kondisi tersebut dapat mengakibatkan iritasi atau erosi pada pembuluh darah di dalam hidung.

Pada beberapa kondisi, mimisan umumnya diakibatkan oleh kelemahan-kelemahan bawaan. Misalnya, pembuluh darah di hidungnya melebar (varises) atau justru tipis (aneurisma). "Bisa juga karena pembuluh darahnya rapuh dan lebih ramai, sehingga lebih mudah mengalami iritasi hanya dengan pemicu yang ringan saja."

Yang berikut, mimisan yang disebabkan gangguan medik atau adanya gangguan pembekuan darah. Pada prinsipnya, ujar Chospiadi, saat sedang beraktivitas sehari-hari, manusia membutuhkan faktor pemeliharaan pembekuan darah. Baik secara primer maupun sekunder. "Yang primer adalah pembuluh darahnya dan trombosit. Trombosit adalah sel-sel darah merah yang bereaksi pertama kali ketika terjadi luka. Analoginya, pada kasus demam berdarah trombosit menjadi rendah karena dimakan oleh virus. Nah, setelah ia bereaksi menutup luka, lalu ia memicu faktor yang kedua, yaitu pembekuan darah. Pada umumnya mimisan itu terjadi pada gangguan primer, yaitu pada pembuluh darah dan trombosit."

Bagi manusia normal, lanjutnya, pada kondisi tertentu masih bisa menolerir suhu-suhu yang ekstrem. "Orang normal, pergi ke puncak Gunung Himalaya enggak akan terkena mimisan. Begitu pun ia akan tenang-tenang saja ketika berlari di padang yang panas dan kering. Sebab, dia dapat beradaptasi dengan suhu di sekitarnya. Misalnya, pembuluh darahnya akan menyempit sendiri ketika berada di suhu yang dingin dan sebaliknya."

BUKAN TURUNAN
Mimisan karena kelainan organik biasanya terjadi secara uniteral atau asimetris, di mana darah hanya keluar dari salah satu lubang hidung. Bisa dari kiri atau kanan saja. "Namun, jika mimisannya karena gangguan medik, perdarahan bisa terjadi berganti-ganti pada dua sisi hidung," jelas Chospiadi.

Mimisan yang disebabkan gangguan medik inilah yang patut diperhatikan lebih lanjut. Sebab, bisa saja merupakan sebuah gejala bagi suatu penyakit yang lebih serius. Misalnya, pada demam berdarah yang menimbulkan gejala penyakit yang menganggu trombosit dan pembuluh darah. "Jika mengalami demam lebih dari tiga hari, lalu keluar bintik-bintik merah di kulit dan dibarengi dengan mimisan, tentu harus semakin wasapada. Ini biasa terjadi pada demam berdarah stadium yang lebih tinggi."

Bagi orang normal yang tadinya sehat-sehat saja lalu mendadak mimisan, misalnya saat sedang tidur atau berolah raga dan dibarengi dengan demam, ia harus waspada. Mimisan seperti ini, tutur Chospiadi, arahnya sudah ke gangguan medik. "Jika orang itu tiba-tiba kulitnya membiru di beberapa bagian disertai mimisan, bisa saja itu gejala leukemia (kanker darah)."

Mimisan yang terjadi berulang-ulang pun harus diwaspadai. Pertama-tama, periksakan ke ahli THT (telinga hidung tenggorokan). Setelah dievaluasi dan ternyata terjadi infeksi lokal, dokter pasti akan mengatasi atau mengobati erosi akibat infeksi lokalnya terlebih dahulu. Mimisan ini biasa terjadi pada anak-anak yang sering mengorek-korek hidungnya dengan tangan. "Karena dikorek-korek, timbul peradangan atau kerusakan jaringan. Agar lebih pasti apa penyebab mimisannya, memang lebih baik ke dokter untuk memastikan ada-tidaknya tumor di rongga hidung. Evaluasi dini akan mempercepat penyembuhan."

Jika tak ditemukan kelainan organik, biasanya dokter THT mengirim pasien ke ahli penyakit dalam atau hematolog (ahli darah) untuk mengecek ada-tidaknya kelainan pembekuan darah di pembuluh darah hidungnya. Gangguan pembekuan darah salah satunya terlihat dari jumlah trombosit yang terlalu sedikit. "Jika memang begitu, akan dicari tahu dulu kenapa sampai trombositnya sedikit, setelah itu baru diobati."

Yang jelas, hinggga kini belum ada bukti atau data baru dari dunia kedokteran yang menyatakan mimisan dapat diturunkan (genetik). "Pada umumnya, mimisan terjadi secara sporadik dan bisa terjadi pada siapa saja." Meski, kata Chospiadi, jika orangtuanya memiliki pembuluh darah yang lemah, kendati tidak mutlak, "Bisa saja salah satu anaknya akan memiliki pembuluh darah yang lemah juga. Berdasar pengalaman, mungkin saja hal itu bisa menjadi bahan pertimbangan, meski itu pun belum terbukti. Kasus yang banyak ditemui pada umumnya bersifat sporadis. Misalnya, jika gangguannya pada trombosit, salah satunya adalah penyakit ITP (immune thrombocytopenic purpura), yaitu suatu kondisi di mana trombositnya (darah merah) menurun karena dimakan oleh antibodi atau reaksi tubuhnya sendiri yang menghancurkan trombositnya."

Komentar

  1. Salam kenal ya Pak Dokter :)
    Saya baca urainnya satu per satu.
    Saya ingin bertanya tentang seberapa seringkah sehingga mimisan pada balita masih dianggap wajar?
    anak saya sering sekali mimisan, tidak kenal waktu, mau siang atau malam, mau sedang tidur atau sedang makan, bisa terjadi kapan saja.
    Sudah berkali2 tes darah, dan diberi obat maupun tambahan vitamin C, B, dll, tetapi tetap saja masih sering mimisan. Bagaimana ya spy bisa mengurangi mimisannya?
    makasih ya Pak Dokter

    BalasHapus
  2. Pagi dok,
    Mau tanya tadi saya tidur setelah itu bangun untuk minum dan tidur lagi. Ga lama kemudian di tenggorokka rasa ga enak dan berasa ada yg ngalir. Setelah saya bangun dan duduk ternyata saya mimisan. Masalahnya bahaya ga dok mimisan yg tadi masuk ke dlm ? Resikonya apa ?
    Sejak kecil saya sudah biasa mimisan dari tk selang bbrp thn ga pernah mimisan brp thn. skrg suka mimisan terus. Yang saya rasakan sih kalo kecapean atau sehabis minum dingin (es) .
    Kira" ada penyebab lain ga dok ?
    Akhir" ini kalo di perhatiin lobang hidung sebelah kanan suka mengeluarkan darah dan kalo mimisan selalu ada gumpalan itu.
    Mohon infonya.
    Terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar